TAUHID ASMA WA SIFAT
TAUHID ASMA WA SIFAT
Pembahasan berikutnya adalah tauhid asma wa sifat. Tauhid ini juga sangat penting untuk diketahui dan dipahami, karena banyak orang tergelincir dan menyimpang dari tauhid asma wa sifat ini.
Diantara definisi Tauhid Asma wa sifat adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah,
إفراد الله سبحانه وتعالى بما سمى به نفسه، ووصف به نفسه؛ في كتابه، أو على لسان رسوله صلى الله عليه وسلم، نفيا وإثباتا؛ فيثبت له ما أثبته لنفسه، وينفي عنه ما نفاه عن نفسه؛ من غير تحريف ولا تعطيل، ومن غير تكييف ولا تمثيل
Mengesakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan apa-apa yang diriNya menamakan dan mensifati dengannya dalam kitabNya atau atas lisan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam, dalam meniadakan dan menetapkan.
Yaitu dengan menetapkan nama dan sifat yang Dia tetapkan dan menafikan apa yang Dia nafikan.
Tanpa melakukan tahrif, ta’thil, takyif dan tanpa tamtsil. (Majmu Fatawa).
Tanpa melakukan tahrif, ta’thil, takyif dan tanpa tamtsil. (Majmu Fatawa).
TAHRIF adalah mengubah lafadz suatu dalil sehingga arti dan maknanya berubah. Atau mengubah maknanya saja tanpa merubah lafadz.
Contohnya yang merubah lafadz adalah firman Allah Ta'ala,
وَكَلَّمَ اللَّـهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا
“Dan Allah berbicara kepada Musa secara langsung.” (QS. an-Nisā’: 164).
Dirubah lafadz, dengan merubah harokatnya. Yang tadinya kata Allah dengan harokat dhommah, diganti dengan harokat fathah. Yang tadinya Allah sebagai fail (subyek), menjadi maful (obyek).
وَكَلَّمَ اللَّـهَ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا
“Dan Musa berbicara kepada Allah secara langsung.” (QS. an-Nisā’: 164).
Contoh yang merubah maknanya, tanpa merubah lafadz adalah firman Allah Ta'ala,
قَالَ يَٰٓإِبۡلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسۡجُدَ لِمَا خَلَقۡتُ بِيَدَيَّۖ أَسۡتَكۡبَرۡتَ أَمۡ كُنتَ مِنَ ٱلۡعَالِينَ
(Allah) berfirman, “Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang (lebih) tinggi?” (Surat Shad, Ayat 75).
Kata tangan dirubah dengan arti kekuatan atau kekuasaan.
TA'THIL adalah mengingkari nama-nama dan sifat-sifat Allah yang telah Allah tetapkan untuk diri-Nya, baik mengingkari keseluruhan maupun sebagian.
Contoh misalkan, Allah tidak memilki tangan, Allah tidak beristiwa di atas Arsy dan lain sebagainya.
TAKYIF adalah menanyakan bagaimana sifat Allah.
Contohnya, bertanya bagaimana Allah beristiwa di atas arasy, bagaimana Allah turun ke langit bumi? Dan yang lainnya.
TAMTSIL adalah menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya.
Contohnya, Allah memilki tangan atau wajah, kemudian diserupakan dengan tangan dan wajah makhluk-Nya.
Ahlussunnah itu tidak ribet dalam memahami nama-nama dan sifat Allah. Misalkan, Allah turun ke langit bumi disepertiga malam terakhir, perhatikan perkataan dari salah seorang ulama ahlussunnah di bawah ini
Syeikh Bin Baz rahimahullah ditanya,
كيف نرد على من قال: إنكم تقولون: أن الله ينزل إلى السماء الدنيا بالثلث الأخير من الليل فإن ذلك يقتضي تركه العرش؛ لأن ثلث الليل الأخير ليس في وقت واحد على أهل الأرض؟
Bagaimana menjawab pertanyaan seseorang yang berkata: “Anda mengatakan bahwa Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam akhir. Berarti ketika itu Allah meninggalkan Arsy? Selain itu sepertiga malam akhir itu tidak sama waktunya di semua belahan bumi.”
Beliau menjawab,
هذا كلام رسول الله ﷺ فهو القائل عليه الصلاة والسلام: ينزل ربنا تبارك وتعالي إلى السماء الدنيا كل ليلة حين يبقي ثلث الليل الآخر؛ فيقول: من يدعوني فأستجيب له؟ من يسألني فأعطيه؟ من يستغفرني فأغفر له؟ حتى ينفجر الفجر
Ini kalam Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Beliau yang mengatakan alaihiishsholatu wasallam.
“Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia setiap sepertiga malam akhir. Ia lalu berkata: ‘Barangsiapa yang berdoa, akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri. Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, akan Aku ampuni. Hingga terbit fajar‘ ” (HR. Bukhari 1145, Muslim 758).
متفق على صحته، وقد بين العلماء أنه نزول يليق بالله وليس مثل نزولنا، لا يعلم كيفيته إلا هو سبحانه وتعالى، فهو ينزل كما يشاء، ولا يلزم من ذلك خلو العرش فهو نزول يليق به ، والثلث يختلف في أنحاء الدنيا وهذا شيء يختص به تعالى لا يشابه خلقه في شيء من صفاته
Hadits ini disepakati keshahihannya. Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud nuzul (turun) di sini adalah sifat nuzul yang layak bagi Allah bukan sebagaimana kita turun. Tidak ada yang mengetahui bagaimana bentuk turunnya kecuali Allah. Allah Ta’ala turun ketika Ia menginginkannya, dan ini tidak berarti ketika itu Arsy kosong, karena sifat nuzul di sini adalah nuzul yang layak bagi Allah Jalla Jalaluhu.
Juga masalah sepertiga malam akhir itu tidak sama waktunya di semua belahan bumi, nuzul Allah itu khusus bagi Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya sedikitpun.
كما قال سبحانه: لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ [الشورى: 11] وقال جل وعلا: يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا [طه: 110] وقال في آية الكرسي: وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ [البقرة: 255]
Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS. Asy Syura: 11)
Allah Jalla Jalaluhu juga berfirman:
“Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya” (QS. Thaha: 110)
Allah Azza Wa Jalla juga berfirman dalam ayat kursi:
“Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya” (QS. Al Baqarah: 255)
والآيات في هذا المعنى كثيرة، وهو سبحانه أعلم بكيفية نزوله، فعلينا أن نثبت النزول على الوجه الذي يليق بالله، ومع كونه استوى على العرش، فهو ينزل كما يليق به ليس كنزولنا إذا نزل فلان من السطح خلا منه السطح، وإذا نزل من السيارة خلت منه السيارة فهذا قياس فاسد له، لأنه سبحانه لا يقاس بخلقه، ولا يشبه خلقه في شيء من صفاته.
Ayat-ayat yang semakna dengan ini banyak sekali. Hanya Allah yang tahu bagaimana bentuk nuzul-Nya. Yang wajib bagi kita adalah menetapkan sifat nuzul bagi Allah sesuai apa yang layak bagi-Nya, dalam keadaan Ia berada di atas Arsy. Karena yang dimaksud nuzul di sini adalah sifat nuzul yang layak bagi Allah bukan sebagaimana kita turun. Yaitu jika seseorang turun dari suatu tempat yang tinggi, maka tempat tersebut akan kosong. Atau jika seseorang turun dari mobil maka mobil tersebut akan kosong. Ini adalah qiyas (analogi) yang rusak. Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak boleh dianalogikan dengan makhluk-Nya. Dan tidak menyerupai sifat makhluk-Nya sedikitpun... Majmu Fatawa. Sumber: http://www.binbaz.org.sa/mat/ 4233
كيف نرد على من قال: إنكم تقولون: أن الله ينزل إلى السماء الدنيا بالثلث الأخير من الليل فإن ذلك يقتضي تركه العرش؛ لأن ثلث الليل الأخير ليس في وقت واحد على أهل الأرض؟
Bagaimana menjawab pertanyaan seseorang yang berkata: “Anda mengatakan bahwa Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam akhir. Berarti ketika itu Allah meninggalkan Arsy? Selain itu sepertiga malam akhir itu tidak sama waktunya di semua belahan bumi.”
Beliau menjawab,
هذا كلام رسول الله ﷺ فهو القائل عليه الصلاة والسلام: ينزل ربنا تبارك وتعالي إلى السماء الدنيا كل ليلة حين يبقي ثلث الليل الآخر؛ فيقول: من يدعوني فأستجيب له؟ من يسألني فأعطيه؟ من يستغفرني فأغفر له؟ حتى ينفجر الفجر
Ini kalam Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Beliau yang mengatakan alaihiishsholatu wasallam.
“Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia setiap sepertiga malam akhir. Ia lalu berkata: ‘Barangsiapa yang berdoa, akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri. Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, akan Aku ampuni. Hingga terbit fajar‘ ” (HR. Bukhari 1145, Muslim 758).
متفق على صحته، وقد بين العلماء أنه نزول يليق بالله وليس مثل نزولنا، لا يعلم كيفيته إلا هو سبحانه وتعالى، فهو ينزل كما يشاء، ولا يلزم من ذلك خلو العرش فهو نزول يليق به ، والثلث يختلف في أنحاء الدنيا وهذا شيء يختص به تعالى لا يشابه خلقه في شيء من صفاته
Hadits ini disepakati keshahihannya. Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud nuzul (turun) di sini adalah sifat nuzul yang layak bagi Allah bukan sebagaimana kita turun. Tidak ada yang mengetahui bagaimana bentuk turunnya kecuali Allah. Allah Ta’ala turun ketika Ia menginginkannya, dan ini tidak berarti ketika itu Arsy kosong, karena sifat nuzul di sini adalah nuzul yang layak bagi Allah Jalla Jalaluhu.
Juga masalah sepertiga malam akhir itu tidak sama waktunya di semua belahan bumi, nuzul Allah itu khusus bagi Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya sedikitpun.
كما قال سبحانه: لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ [الشورى: 11] وقال جل وعلا: يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا [طه: 110] وقال في آية الكرسي: وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ [البقرة: 255]
Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS. Asy Syura: 11)
Allah Jalla Jalaluhu juga berfirman:
“Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya” (QS. Thaha: 110)
Allah Azza Wa Jalla juga berfirman dalam ayat kursi:
“Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya” (QS. Al Baqarah: 255)
والآيات في هذا المعنى كثيرة، وهو سبحانه أعلم بكيفية نزوله، فعلينا أن نثبت النزول على الوجه الذي يليق بالله، ومع كونه استوى على العرش، فهو ينزل كما يليق به ليس كنزولنا إذا نزل فلان من السطح خلا منه السطح، وإذا نزل من السيارة خلت منه السيارة فهذا قياس فاسد له، لأنه سبحانه لا يقاس بخلقه، ولا يشبه خلقه في شيء من صفاته.
Ayat-ayat yang semakna dengan ini banyak sekali. Hanya Allah yang tahu bagaimana bentuk nuzul-Nya. Yang wajib bagi kita adalah menetapkan sifat nuzul bagi Allah sesuai apa yang layak bagi-Nya, dalam keadaan Ia berada di atas Arsy. Karena yang dimaksud nuzul di sini adalah sifat nuzul yang layak bagi Allah bukan sebagaimana kita turun. Yaitu jika seseorang turun dari suatu tempat yang tinggi, maka tempat tersebut akan kosong. Atau jika seseorang turun dari mobil maka mobil tersebut akan kosong. Ini adalah qiyas (analogi) yang rusak. Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak boleh dianalogikan dengan makhluk-Nya. Dan tidak menyerupai sifat makhluk-Nya sedikitpun... Majmu Fatawa. Sumber: http://www.binbaz.org.sa/mat/
AFM
Copas dari berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar