Onani Tidak Membatalkan Puasa?
ONANI MEMBATALKAN PUASA?
Ahlul bid'ah itu pendusta, tukang hoax, hobi menuduh dan memfitnah. Contoh misalkan potongan ceramah ustadz Yazid hafizhahullah, tentang onani orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.
Kalau mereka mau jujur dan mendengar secara utuh ceramahnya, tentulah mereka tidak berkesimpulan seperti itu. Namun memang niatnya sudah tidak baik, ingin memfitnah dan menghancurkan kehormatan, disebarluaskanlah bahwa ustadz Yazid mengatakan onani tidak membatalkan puasa, bahkan yang lebih parah lagi, tuduhannya bahwa ustadz Yazid membolehkan onani ketika puasa Ramadhan.
Padahal beliau lagi menjelaskan, ada pendapat ulama yang mengatakan onani tidak membatalkan puasa, walaupun keluar mani, namun kebanyakan ulama berpendapat onani membatalkan puasa kalau mengeluarkan mani. Dan beliau mengikuti pendapat jumhur. Dipotongloh video beliau yang lagi menjelaskan pendapat ulama yang mengatakan onani tidak membatalkan puasa.
Onani ketika puasa, menurut banyak para ulama, memang tidak membatalkan puasa jika tidak keluar mani. Jika keluar mani, maka batal puasanya. Sama dengan mencumbui isteri, jika tidak keluar mani, tidak batal, jika keluar mani maka batal.
Berkata Ibnu Qudamah rahimahullah,
" وَلَوْ اسْتَمْنَى بِيَدِهِ فَقَدْ فَعَلَ مُحَرَّمًا , وَلا يَفْسُدُ صَوْمُهُ بِهِ إلا أَنْ يُنْزِلَ , فَإِنْ أَنْزَلَ فَسَدَ صَوْمُهُ " انتهى .
وقال أيضا (4/361) : " إذَا قَبَّلَ ( أي زوجته ) فَأَمْنَى فَيُفْطِرَ بِغَيْرِ خِلافٍ نَعْلَمُهُ " انتهى .
: “Kalau seseorang beronani dengan tangannya, maka ia telah melakukan perbuatan haram. Dan tidak membatalkan puasanya sampai keluar mani. Apabila keluar mani maka puasanya batal”. (al Mughni: 4/ 363).
Beliau juga mengatakan, pada jilid 4 / 361: “Apabila mencium istrinya, lalu keluar mani, maka batal puasanya. Sepanjang pengetahuan kami tidak ada perbedaan di antara para ulama dalam masalah ini”.
Berkata Imam Nawawi rahimahullah,
" إذَا قَبَّلَ أَوْ بَاشَرَ فِيمَا دُونَ الْفَرْجِ بِذَكَرِهِ أَوْ لَمَسَ بَشَرَةَ امْرَأَةٍ بِيَدِهِ أَوْ غَيْرِهَا , فَإِنْ أَنْزَلَ الْمَنِيَّ بَطَلَ صَوْمُهُ وَإِلا فَلا , وَنَقَلَ صَاحِبُ الْحَاوِي وَغَيْرُهُ الإِجْمَاعَ عَلَى بُطْلانِ صَوْمِ مَنْ قَبَّلَ أَوْ بَاشَرَ دُونَ الْفَرْجِ فَأَنْزَلَ " انتهى باختصار .
“Apabila seseorang mencium dan bercumbu dengan istrinya, merabanya akan tetapi tidak sampai berhubungan intim, lalu keluar mani maka puasanya batal, namun jika tidak keluar mani, maka puasanya tidak batal. Penulis kitab al Hawy dan yang lainnya menyatakan secara ijma’ bahwa seseorang yang melakukan sebagaimana di atas maka puasanya batal”. (al Majmu’: 6/ 439).
Berkata Imam Ibnu Rusydi rahimahullah,
يقولون : ـ يعني الأئمة ـ أن من قبل فأمنى فقد أفطر " انتهى .
“Semua imam berpendapat bahwa jika seseorang mencium istrinya dan keluar mani maka batal puasanya”. (Bidayatul Mujtahid” 1/382).
Berkata Ibnu Abdil Bar rahimahullah,
" لا أعلم أحدا أرخص في القبلة للصائم إلا وهو يشترط السلامة مما يتولد منها ، وأن من يعلم أنه يتولد عليه منها ما يفسد صومه وجب عليه اجتنابها " انتهى .
“Saya tidak mengetahui seseorang memberikan keringanan bagi yang berpuasa untuk mencium istrinya, kecuali dengan syarat dia mampu menahan syahwatnya. Apabila dia tidak bisa menahan maka wajib menjauhi ciuman”. (al Istidzkar 3/296).
Pendapat madzhab dzohiriyyah (Ibnu Hazm) berpendapat, bahwa masturbasi keluar mani atau tidak keluar mani, tidak membatalkan puasa.
Madzhab Adz Dzohiriyah berpendapat,
لا فطر بالاستمناء ولو أمنى ، لعدم الدليل من القرآن والسنة على أنه يفطر بذلك ، ولا يمكن أن نفسد عبادة عباد الله إلا بدليل من الله ورسوله صلّى الله عليه وسلّم .
“Masturbasi itu tidak membatalkan puasa, meskipun sampai keluar mani; karena tidak ada dalil dari al Qur’an dan Sunnah, dan tidak mungkin kami merusak ibadah hamba-hamba Allah kecuali dengan dalil dari Allah dan Rasul-Nya”.
Berkata Ibnu Hazm rahimahullah :
ولا ينقض الصوم حجامة ولا احتلام، ولا استمناء، ولا مباشرة الرجل امرأته أو أمته المباحة له فيما دون الفرج، تعمد الإمناء أم لم يمن، أمذى أم لم يمذ ولا قبلة كذلك فيهما
Tidak membatalkan puasa berbekam, bermimpi basah, ONANI, menggauli istri atau budak wanita pada selain kemaluan, baik keluar mani ataupun tidak atau keluar madzi atau tidak, dan begitu juga (tidak membatalkan puasa) berciuman. (Al-Muhalla bil Atsar).
Namun pendapat Ibnu Hazm ini menyelisihi dalil dan menyelisihi pendapat mayoritas ulama. Karena sesungguhnya puasa itu untuk menahan syahwat, sedangkan onani, tidak bisa menahan syahwatnya. Pendapatnya ini sama dengan tentang musik, menyelisihi dalil dan jumhur ulama yang mengharamkan musik, sedangkan pendapat beliau membolehkan.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ. (رواه مسلم).
Setiap anak Adam kebaikannya dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa jalla berfirman : kecuali puasa, maka sesungguhnya aku sendiri yang membalas dengan puasanya itu. Dia menahan SYAHWATNYA, makanannya karena Aku. Bagi yang puasa itu ada dua kegembiraan, gembira ketika berbuka dan gembira ketika berjumpa Rabbnya. Dan sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah dari pada minyak misik. (HR. Muslim).
Berkata Syekh Utsaimin rahimahullah,
إذا طلب خروج المني بأي وسيلة ، سواء بيده ، أو بالتدلك على الأرض ، أو ما أشبه ذلك حتى أنزل ، فإنّ صومه يفسد بذلك ، وهذا ما عليه الأئمة الأربعة رحمهم الله مالك ، والشافعي ، وأبو حنيفة ، وأحمد .
“Apabila seseorang mencari cara untuk mengeluarkan maninya, baik dengan tangannya, atau dengan menggosoknya di lantai atau yang lainnya sampai keluar mani, maka puasanya batal. Inilah pendapat madzhab empat dari Imam Malik, Imam Syafi’I, Abu Hanifah dan Ahmad. (Syarhul Mumti’”: 6/234-235).
Berkata Syeikh Ibnu Baaz rahimahullah,
" الاستمناء في نهار الصيام يبطل الصوم إذا كان متعمدا ذلك وخرج منه المني ، وعليه أن يقضي إن كان الصوم فريضة ، وعليه التوبة إلى الله سبحانه وتعالى ؛ لأن الاستمناء لا يجوز لا في حال الصوم ولا في غيره ، وهو التي يسميها الناس العادة السرية " انتهى . "مجموع فتاوى ابن باز" (15/267) .
“Onani pada siang hari ketika seseorang berpuasa membatalkan puasanya, jika ia melakukannya dengan sengaja dan keluar mani, dia wajib mengqodho’ puasa wajibnya, dan bertaubat kepada allah –subhanahu wa ta’ala-. Karena onani dilarang baik dalam keadaan puasa atau tidak, itulah yang dikenal dengan sebutan kebiasaan rahasia”. (Majmu’ Fatawa Ibnu Baaz: 15/ 267).
Ahlul bid'ah kalau tidak menuduh, memfitnah dan bikin hoax, maka bukan ahlul bid’ah namanya.
AFM
Copas dari berbagai sumber terutama dari Al Islam Sual Wa Jawab No 71213
Komentar
Posting Komentar