TIDAK MENYUKAI BANYAK TEMAN
TIDAK MENYUKAI BANYAK TEMAN
Berteman itu boleh dengan siapa saja, tetapi berteman akrab, mesti dengan orang-orang yang shaleh, dan inilah sebaik-baiknya teman. Tidak boleh berteman akrab dengan orang-orang yang tholeh (buruk). Karena pengaruh teman akrab itu sangatlah dahsyat, ini bisa mewarnai adab, akhlak dan agama seseorang.
Seorang salaf mengatakan, berteman atau bermajlis dengan anjing itu lebih baik daripada berteman akrab atau bermajlis dengan orang-orang yang buruk (adab, akhlak dan agamanya).
Allah Ta'ala berfirman,
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُوْلَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّـۧنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَۚ وَحَسُنَ أُوْلَٰٓئِكَ رَفِيقٗا
Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang orang salih. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.[Surat An-Nisa': 69]
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhori Muslim).
Al-Imam Abu Hatim Ibnu Hibban rahimahullah berkata:
ﻭﻛﻞ ﺟﻠﻴﺲ ﻻ ﻳﺴﺘﻔﻴﺪ ﺍﻟﻤﺮﺀ ﻣﻨﻪ ﺧﻴﺮﺍ ﺗﻜﻮﻥ ﻣﺠﺎﻟﺴﺔ ﺍﻟﻜﻠﺐ ﺧﻴﺮﺍ ﻣﻦ ﻋﺸﺮﺗﻪ، ﻭﻣﻦ ﻳﺼﺤﺐ ﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﺴﻮﺀ ﻻ ﻳﺴﻠﻢ، ﻛﻤﺎ ﺃﻥ ﻣﻦ ﻳﺪﺧﻞ ﻣﺪﺍﺧﻞ ﺍﻟﺴﻮﺀ ﻳﺘﻬﻢ.
“Semua teman duduk yang seseorang tidak bisa mengambil manfaat berupa kebaikan darinya, maka duduk berdekatan DENGAN ANJING lebih baik dibandingkan bergaul dengannya, dan siapa yang suka berteman dengan orang yang buruk perbuatannya maka dia tidak akan selamat, sebagaimana siapa yang suka masuk ke tempat-tempat perbuatan yang buruk maka dia akan dicurigai atau dituduh ikut melakukannya.” (Raudhatul Uqala’, hlm. 103).
Banyak orang yang menyesal ketika di akhirat, karena dulunya di dunia berteman akrab dengan orang-orang yang buruk (adab, akhlak dan agamanya), yang membuat dirinya tersesat dan menyimpang dari kebenaran.
Allah Ta'ala berfirman,
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا. يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا. لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي ۗوَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا
Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul."
Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab (ku).
Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur'an ketika Al Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia. (Al Furqon 27-29).
Di dalam tafsir Al-Muyassar, dijelaskan tentang ayat di atas,
"واذكر -أيها الرسول- يوم يَعَضُّ الظالم لنفسه على يديه ندمًا وتحسرًا قائلا يا ليتني صاحبت رسول الله محمدًا صلى الله عليه وسلم واتبعته في اتخاذ الإسلام طريقًا إلى الجنة، ويتحسَّر قائلا يا ليتني لم أتخذ الكافر فلانًا صديقًا أتبعه وأوده. لقد أضلَّني هذا الصديق عن القرآن بعد إذ جاءني. وكان الشيطان الرجيم خذولا للإنسان دائمًا. وفي هذه الآيات التحذير من مصاحبة قرين السوء؛ فإنه قد يكون سببًا لإدخال قرينه النار."
Dan ingatlah (wahai Rasul) pada hari orang yang berbuat kezhaliman terhadap dirinya akan menggigit dua tangannya lantaran penyesalan dan kekecewaan, sembari berkata, “Celaka aku, seandainya aku dulu mau mendampingi Rasulullah Muhammad dan mengikutinya untuk menjadikan Islam sebagai jalan menuju surga.”. Dan ia merasakan penyesalan mendalam seraya berkata,”Sekiranya aku dulu tidak menjadikan orang kafir si Fulan itu sebagai teman dekat yang aku ikuti dan aku cintai. Sesungguhnya teman akrab itu telah menyimpangkan diriku dari al-Qur’an setelah datang kepadaku. Dan setan yang terlaknat itu adalah makhluk yang selalu tidak mau menolong manusia.” Dalam ayat-ayat ini terkandung satu peringatan dari menjalin persahabatan dengan teman yang buruk, karena sesungguhnya dia bisa menjadi penyebab teman dekatnya masuk neraka" (Tafsir Al-Muyassar).
Maka sangat keliru sebagian perkataan orang, yang mengatakan, "Saya mah berteman akrab dengan siapa saja, dengan orang baik maupun orang buruk, bergaul dengan kelompok manapun, makanya teman saya tuh di mana-mana ada."
Oleh karena itu, sebagian salaf terdahulu, tidak menyukai banyak teman. Bahkan ada yang mengatakan, jika kamu melihat seseorang banyak temannya, maka ketahuilah sesungguhnya dia ini seorang yang sudah tercampur (terwarnai agamanya).
Disebutkan dalam kitab At-Tawadhu’ Wal Khumul Libni Abi Dunya.
وعَنْ مُغِيرَةَ قَالَ: قَالَ سِمَاكُ بْنُ سَلَمَةَ: «يَا قَلْبُ إِيَّاكَ وَكَثْرَةَ الْأَخِلَّاءِ»
وعن سُفْيَانَ قال: «كَثْرَةُ الْإِخْوَانِ مِنْ سَخَافَةِ الدِّينِ»
وعن عُثْمَانَ بْنَ زَائِدَةَ قال: كَانَ يُقَالُ: «إِذَا رَأَيْتَ الرَّجُلَ كَثِيرَ الْأَخِلَّاءِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ مُخَلِّطٌ». من كتاب التواضع والخمول لابن أبي الدنيا.
Dari Mughirah, dia berkata, Sammak bin Salamah rahimahullah berkata :
“Wahai hati, jauhi olehmu banyak teman.”
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata :
“Banyak teman itu merupakan kerendahan dalam agama.”
Utsman bin Za’id berkata :
“Dahulu dikatakan : Jika engkau melihat seorang banyak temannya, maka ketahuilah sesungguhnya dia ini seorang yang sudah tercampur (terwarnai agamanya).
AFM
Copas dari berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar