MENYELISIHI PARA SALAF DALAM MENASEHATI
MENYELISIHI PARA SALAF DALAM MENASEHATI
Para ulama terdahulu, jika ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam dirinya prasangka-prasangka buruk atau ketika mereka merasakan kesempitan hidup, mereka mendatangi gurunya dan meminta nasehat padanya.
Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah,
وكنا إذا اشتد بنا الخوف وساءت منا الظنون وضاقت بنا الأرض أتيناه، فما هو إلا أن نراه ونسمع كلامه فيذهب ذلك كله وينقلب انشراحاً وقوة ويقيناً وطمأنينة
Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika kami merasakan kesempitan hidup, kami segera mendatangi beliau untuk meminta nasehat, maka dengan hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau, serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang. [Al-wabilush shayyib hal 48].
Namun di zaman kini, sebagian orang kalau ada permasalahan, bukan mendatangi gurunya minta nasehat untuk mencari solusi jalan keluarnya, justru membuat masalah dengan gurunya, menghancurkan kehormatan gurunya dengan berbagai fitnah dan tuduhan.
Kalau memang ada kesalahan gurunya, atau diduga gurunya keliru, hendaklah tanyakan langsung kebenaran tentang perkara tersebut. Kalau memang benar, maka nasehati dengan baik. Nasehat secara tersembunyi dihadapan gurunya.
Berkata Imam Syafii rahimahullah,
من وعظ أخاه سرا فقد نصحه وزانه ومن وعظه علانية فقد فضحه وشانه
Barang siapa yang menasehati saudaranya dengan sembunyi-sembunyi maka ia telah benar-benar menasehatinya dengan baik, adapun yang menasehatinya secara terang-terangan hakikatnya ia hanya mempermalukannya. (Hilyatul Aulia 9/140).
Kalau orang dinasehati di khalayak ramai, dia tidak akan terima, dia akan marah dan tersinggung. Berhadapan berdua saja kadang tidak menerima, apalagi terang-terangan di depan sekumpulan manusia.
Berkata Imam Asy-Syafi’i rahimahullah,
تعمدني بنصحك في انفرادي. وجنبْني النصيحة في الجماعهْ فإن النصح بين الناس نوع. من التوبيخ لا أرضى استماعهْ وإن خالفتني وعصيت قولي. فلا تجزعْ إذا لم تُعْطَ طاعهْ
Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri, jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian.
Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya
Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku, maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti. (Diwan Imam Syafii).
Berkata Yahya bin Main rahimahullah،
ما رأيتُ على رجلٍ خطأً إلا سترته ، وأحببتُ أن أزين أمره ، وما استقبلتُ رجلاً في وجهه بأمر يكرهه،ولكن أبين له خطأه فيما بيني وبينه، فإن قبل ذلك وإلاَّ تركته
Tidaklah diriku melihat seseorang bersalah kecuali ku tutupi kesalahannya, dan aku berharap dapat memperbaiki kesalahannya, aku tak pernah mendatangi seseorang untuk menasehatinya secara terang-teranagan yang membuat ia marah, tetapi aku menerangkan kesalahannya ketika berdua dengannya, jika ia terima maka itulah seharusnya,namun jika ia menolak akupun meninggalkannya. (Siyar A’lamin Nubala’ 11/83).
Nasehati seseorang, dihadapan orang banyak saja menyelisihi para salaf, apalagi cacian, makian dan menyerang secara frontal di forum banyak orang yang diarahkan kepada gurunya yang notabene seorang ahlussunnah, maka orang seperti ini bukan seorang salafi yang kokoh diatas manhaj salaf.
Berkata Asy-Syaikh Muqbil bin Hady rahimahullah,
والسلفي لا يهاجم إخوانه أهل السنة ولا يشق عصاهم من أجل دريهمات.
"Seorang SALAFI tidak akan menyerang saudara-saudaranya sesama AHLUSSUNNAH dan tidak pula merusak tongkat PERSATUAN mereka hanya gara-gara uang beberapa dirham yang tidak berharga." (Tuhfatul Mujib, hlm. 186).
Khalifah Ali radhiyallahu anhu saja yang seorang sahabat pilihan, tidak terima diperlakukan seperti itu, apalagi orang selainnya.
Seorang laki-laki berkata kepada Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu anhu di depan orang banyak,
يا أمير المؤمنين : إنك أخطأت في كذاوكذا ، وأنصحك بكذا وبكذا ، فقال له علي رضي الله عنه :" إذا نصحتنيفانصحني بيني وبينك، فإني لا آمنعليكم ولا على نفسي حين تنصحنيعلناً بين الناس
Wahai amirul mu’minin sesungguhnya engkau telah melakukan kesalahan dalam hal-hal ini, dan aku menasehatimu sepatutnya engkau melakukan hal-hal seperti ini dan itu,
Maka beliau menjawab:
Bila engkau menasehatiku maka hendaknya menasehatiku ketika sedang berduaan denganmu, aku khawatir tak sanggup sabar mendengarkan nasehatmu dan menerimanya ketika kau lakukan terang-terangan di hadapan manusia. (Jami'ul 'Ulum Hal 77).
AFM
Copas dari berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar