KETERGELINCIRAN SEORANG MUKMIN

KETERGELINCIRAN SEORANG MUKMIN


Orang yang sudah mengenyam pahit manisnya dan asam garamnya dakwah di tengah masyarakat, kadang masih tergelincir kepada kesalahan, apatah lagi orang yang baru terjun ke medan dakwah. 

Kesalahan kecil misalkan ketika khutbah jumat atau khutbah id. Saya sendiri yang sudah tak terhitung naik turun mimbar jumat atau id dari mulai tahun 90 an, kadang masih salah baca pembukaan khutbah, keliru baca ayat atau hadits, keselio lidah dalam menjelaskan dan dalam doa penutup khutbah. Apalagi orang yang baru naik mimbar. 

Ini terjadi juga kepada seorang ustadz yang baru lulus dari fakultas hadits Universitas Islam Madinah yang berkhutbah di masjid depan rumah beberapa waktu yang lalu, yang pembukaan khutbah saja keselio lidah. 

Begitu pula kesalahan dan ketergelinciran lainnya, mungkin ketika bercakap atau mengobrol, ketika kajian, ketika menulis kitab, ketika memposting postingan di medsos dan yang lainnya. 

Dan bagi seorang mukmin jika ada saudara munkmin lainnya terlebih-lebih seorang dai ahlussunnah tergelincir dalam kesalahan, mestinya bersedih hati, prihatin atau merasa terluka, bukannya bergembira, berenang-senang bahkan memviralkan kesalahannya, padahal yang tergelincir telah meminta maaf, telah menghapus atau mengedit kekeliruannya. 

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah, 

المؤمن يتوجع لعثرة أخيه المؤمن إذا عثر، حتى كأنه هو الذي عثر بها،ولا يشمت به 

Seorang mukmin itu bersedih (menderita sakit) karena saudara mukminnya tergelincir, ketika dia tergelincir, sehingga seolah-olah dia sendirilah yang tergelincir dengannya, dan dia tidak akan berenang-senang dengannya. (Madarijus Salikin: (1/436)).

Sebenarnya yang menerima nasehat orang lain terhadap kesalahannya dan mengakui kesalahannya, dialah orang yang jujur, yang mesti mendapatkan apresiasi, bukan jadi bahan bullyan. Kecuali kalau dia ngeyel, tidak mengakui kesalahannya, dan kekeliruannya sudah tersebar di masyarakat, maka ini perlu nasehat yang terbuka dalam rangka meluruskan ketergelincirannya. 

Berkata Asy-Syaikh Dr. Muhammad Ghalib hafizhahullah:

‏الرجوع إلى الحق والاعتذار عن الخطأ يحتاج رجالا صادقين متوكلين، يرجون ما عند الله من الأجر، لا ما عند الخلق من حطام الدنيا أو الشهرة والمديح.

"Kembali kepada kebenaran dan mengakui kesalahan membutuhkan orang-orang yang jujur dan bertawakkal, yaitu orang-orang yang mengharapkan pahala di sisi Allah, bukan mengharapkan apa yang ada pada makhluk berupa rongsokan dunia atau ketenaran dan pujian." Sumber ||https://twitter.com/m_g_alomari/status/818188055899176961 

AFM

Copas dari berbagai sumber 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?