MENOLAK ATAU MENTA'WIL NAMA DAN SIFAT ALLAH

MENOLAK ATAU MENTA'WIL NAMA DAN SIFAT ALLAH 


Jika seseorang menolak atau mengingkari sifat-sifat Allah secara keseluruhan, sebagian atau salah satunya, jika telah disampaikan hujjah tetap saja dia ngeyel, membantah dan menolak sifat Allah, maka dia telah kafir. 

Berkata Imam Syafii rahimahullah, 

لله أسماء وصفات لا يسع أحداً ردها، ومن خالف بعد ثبوت الحجة عليه، فقد كفر. وأما قبل قيام الحجة، فإنه يعذر بالجهل….

Allah memiliki sifat-sifat yang tidak selayaknya seseorang menolaknya, maka barang siapa yang menyelisihi setelah hujjah di tegakkan kepadanya, maka ia telah kafir. Namun sebelum ditegakkan hujjah maka ia di berikan udzur dengan kejahilannya. …) (Fathul baari: 13/407).

Berkata Syekh Muhammad Shalih hafidzhulloh :

من أنكر أسماء الله أو صفاته بالكلية ونفاها عن الله تعالى ، كما هو حال الباطنية ، وغلاة الجهمية ، فهو كافر خارج عن الملة مكذب للقرآن والسنة خارق لإجماع الأمة .

وكذا من جحد اسما من أسماء الله أو صفة من صفاته مما ثبت لله تعالى في كتابه فهو كافر ؛ لأن مقتضى جحده أنه مكذب بالقرآن .

Barang siapa yang mengingkari nama-nama dan sifat-sifat Allah secara keseluruhan dan menafikannya dari Allah –Ta’ala-, seperti halnya kelompok Batiniyyah, Jahmiyyah yang melampaui batas, maka dia adalah kafir, keluar dari agama, mendustakan al Qur’an dan sunnah dan mencederai ijma’ (konsensus) semua umat Islam.

Demikian juga seseorang yang mengingkari salah satu Sifat dan Nama Allah yang telah Dia tetapkan di dalam al Qur’an maka dia telah kafir; karena yang menjadi patokan kekufurannya adalah karena dia mendustakan al Qur’an. (Al Islam Sual Wa Jawab No 179588). 

Tetapi kalau dia hanya menta'wil sifat-sifat Allah, merubah dari makna-Nya yang sebenarnya, seperti seseorang yang menta'wil sifat TANGAN Allah dengan kekuasaan, dan kata ISTIWA dengan kata istaula (menguasai) dan lain sebagainya, dia tidak kafir, namun jatuh kepada kebid'ahan. 

Syeikh Abdul Aziz Ar Rajihi rahimahullah ditanya, 

هل إذا ثبت على الأشاعرة صفة تأولوها هل يكفرون ؟ فأجاب :

“Apakah jika telah ditetapkan bahwa ‘Asy’ariyah telah mentakwil sifat Allah, secara langsung mereka menjadi kafir ?

Beliau menjawab:

 " لا ، المتأول لا يكفر ، الجاحد من جحد اسماً من أسماء الله كفر ، قال الله تعالى: ( وَهُمْ يَكْفُرُونَ بِالرَّحْمَنِ ) إذا جحد اسماً من الأسماء أو صفة من الصفات بدون تأويل كفر ، قال الله تعالى: ( الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى ) لو أنكر الآية كفر ، لكن إذا أوَّلها بالاستيلاء يكون له شبهة ، يدرأ بها عنه التكفير " انتهى .


“Tidak, orang yang melakukan takwil, tidak serta merta menjadi kafir, orang yang mengingkari salah satu Nama dari Nama-nama Allah-lah yang menjadi kafir, Allah –Ta’ala- berfirman:

“Padahal mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah”. (QS. Ar Ra’du: 30)

Jika seseorang mengingkari salah satu dari Nama-nama atau sifat-sifat-Nya tanpa takwil maka ia telah menjadi kafir, Allah –Ta’ala- berfirman:

“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang beristiwa di atas `Arsy”. (QS. Thaha: 5)

Jika seseorang telah mengingkari satu ayat saja maka dia telah kafir, namun jika dia mentakwilnya dengan kekuasaan maka terdapat syubhat pada dirinya, yang menghalanginya dari kekufuran. (ar.islamway.net). 

Berkata Syekh Muhammad Shalih hafizhahullah, 

وأما من تأول شيئا من صفات الله ، وحرفها عن معناها ، كمن يؤول صفة اليد على أنها القدرة ، ويقول استوى يعني استولى ، ونحو ذلك ، فهو مخطئ فيما تأوله على غير ظاهره ، مبتدع بقدر ما عنده من المخالفة للسنة ، والخروج عن طريق أهل السنة والجماعة ؛ وفيه من البدعة بقدر ما فيه من المخالفة ، ولكنه ليس بكافر لمجرد هذا التأويل ، وقد يكون معذورا باجتهاده وتأويله ، بحسب حاله من العلم والإيمان ، وإنما المدار في ذلك على طلب ما جاء به الرسول صلى الله عليه وسلم ، والحرص على متابعته .

Adapun bagi seseorang yang mentakwil sifat-sifat Allah, merubah dari makna-Nya yang sebenarnya, seperti seseorang yang mentakwil sifat Tangan Allah dengan kekuasaan, dan kata istawa dengan kata istaula (menguasai) dan lain sebagainya, maka dia telah melakukan kesalahan pada takwilnya karena tidak sesuai dengan makna yang nampak jelas, termasuk pelaku bid’ah sesuai dengan kadar penyimpangannya terhadap sunnah, keluar dari jalannya ahlus sunnah wal jama’ah. Di situ ada unsur bid’ah yang sesuai dengan kadar penyimpangannya terhadap sunnah, akan tetapi dia tidak serta merta menjadi kafir karena takwil tersebut, karena bisa jadi dia dimaafkan dengan ijtihad dan takwilnya berdasarkan kondisi keilmuan dan keimanannya, yang menjadi ukuran adalah dalam rangka untuk mencari apa yang dibawa oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan keinginan kuat untuk mengikuti beliau.(Al Islam Sual Wa Jawab No 179588). 

Aqidah Ahlussunnah waljamaah menerima seluruh nama dan sifat-sifat Allah. Tidak seperti mujassimah yang menolak atau mengingkari seluruh nama dan sifat Allah. Tidak seperti Mu'tazilah, menetapkan nama Allah, tetapi menafikan seluruh sifat Allah. Dan tidak seperti Asy'ariyah al-maturidiyah menetapkan nama Allah dan menetapkan sebagian sifat Allah dan sebagiannya di ta'wil. Silahkan baca link ini (https://shamela.ws/book/8610/62).

Berkata Ibnu Abdil Bar rahimahullah, 

" أهل السنة مجمعون على الإقرار بالصفات الواردة كلها في القرآن والسنة والإيمان بها ، وحملها على الحقيقة لا على المجاز ، إلا أنهم لا يكيفون شيئا من ذلك ، ولا يحدون فيه صفة محصورة ، وأما أهل البدع والجهمية والمعتزلة كلها والخوارج فكلهم ينكرها ، ولا يحمل شيئا منها على الحقيقة " انتهى ، من "التمهيد" (7/145) . 

“Ahlus sunnah telah berijma dalam meyakini Sifat-sifat Allah yang tertera di dalam al Qur’an dan Sunnah dan mengimaninya, dan membawanya kepada makna yang hakiki bukan kepada makna majas (kiasan), hanya saja mereka tidak menyerupakan dengan sesuatu apapun, dan mereka tidak membatasinya pada sifat tertentu. Adapun para ahli bid’ah, Jahmiyah, semua Mu’tazilah dan Khawarij, mereka semua mengingkarinya, dan tidak membawa makna sifat-sifat Allah tersebut kepada makna yang hakiki”. (At Tamhid: 7/145). 

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, 

أَنَّ جَمِيعَ مَا فِي الْقُرْآنِ مِنْ آيَاتِ الصِّفَات فَلَيْسَ عَنْ الصَّحَابَةِ اخْتِلَافٌ فِي تَأْوِيلِهَا. وَقَدْ طَالَعْت التَّفَاسِيرَ الْمَنْقُولَةَ عَنْ الصَّحَابَةِ وَمَا رَوَوْهُ مِنْ الْحَدِيثِ وَوَقَفْت مِنْ ذَلِكَ عَلَى مَا شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى مِنْ الْكُتُبِ الْكِبَارِ وَالصِّغَارِ أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ تَفْسِيرٍ فَلَمْ أَجِدْ – إلَى سَاعَتِي هَذِهِ – عَنْ أَحَدٍ مِنْ الصَّحَابَةِ أَنَّهُ تَأَوَّلَ شَيْئًا مِنْ آيَاتِ الصِّفَاتِ أَوْ أَحَادِيثِ الصِّفَاتِ بِخِلَافِ مُقْتَضَاهَا الْمَفْهُومِ الْمَعْرُوفِ

“Semua ayat-ayat tentang sifat Allah di dalam Al Qur’an, tidak ada perbedaan di antara para sahabat Nabi dalam menafsirkannya. Aku telah menelaah kitab-kitab tafsir yang mengandung riwayat-riwayat dari para sahabat Nabi, dan juga perkataan para sahabat dalam hadits-hadits, dan aku telah mencarinya dalam waktu yang lama, sesuai dengan yang Allah kehendaki, dari kitab-kitab besar dan kitab-kitab kecil, lebih dari 100 kitab tafsir. Namun aku tidak menemukan sampai sekarang ada seorang sahabat Nabi pun yang menta'wilkan satu saja dari ayat-ayat tentang sifat Allah atau menakwilkan hadits-hadits tentang sifat Allah sehingga mereka tidak memaknainya sesuai makna yang dipahami dari ayat” (Al Majmu’ Al Fatawa, 6/394). 

Namun ahlussunnah yang menyakini dan menetapkan nama dan sifat-sifat Allah seluruhnya, dituduh, dilabeli, dilaqobi atau dicap sebagai “mujassimah“, atau “musyabbihah“, atau “hasyawiyah."

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, 

فالمعتزلة ، ونحوهم يسمُّون الصفاتية – الذين يقولون : إن الله تعالى حي بحياة ، عليم بعلم ، قدير بقدرة ، سميع بسمع ، بصير ببصر ، متكلم بكلام – يسمُّونهم : ” مجسِّمة ” ، ” مشبِّهة ” ، ” حشوية ” ، والصفاتية هم : السلف ، والأئمة ، وجميع الطوائف المثبتة للصفات : كالكلابية ، والكرامية ، والأشعرية ، والسالمية ، وغيرهم من طوائف الأمة

“Mu’tazilah dan yang semisal mereka, melabeli orang-orang shifatiyyah (yaitu yang meyakini Allah punya sifat hidup, ilmu, kekuasaan, pendengaran, penglihatan, berfirman) sebagai “mujassimah“, atau “musyabbihah“, atau “hasyawiyah“. Dan orang-orang shifatiyyah yang dimaksud di sini adalah: para salaf dan imam-imamnya, dan seluruh sekte yang menetapkan (sebagian sifat) seperti kulabiyah, karomiyah, asy’ariyah, salimiyah dan sekte lainnya” (Majmu’ Al Fatawa, 6/40).

AFM 

Copas dari berbagai sumber 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?