Bolehkah Ibu Masuk Kamar Menantu Perempuannya?
BOLEHKAH IBU MASUK KAMAR MENANTU PEREMPUANNYA?
Masih ada sebagian ibu-ibu yang punya menantu wanita, keluar masuk kamar isteri anak laki-lakinya. Ini hal yang terlarang dalam syariat islam. Walaupun mungkin ada keperluan atau ada barang yang diambil.
Syaikh Muhammad bin Shalih al 'Utsaimin rahimahullah ditanya :
هل يجوز لأم الزوج أن تدخل غرفة الزوجة أي زوجة الولد في حال غيابها وأن تأخذ من هذه الغرفة ما تشاء بحجة أن هذا هو مال ابنها؟
Apakah boleh bagi ibu suami (mertua), dia masuk kamar istri atau isteri anaknya ketika istri tidak ada dan mengambil dari kamar ini sesuatu yang dia kehendaki dengan alasan, bahwasannya (barang) ini harta anaknya?
Beliau menjawab :
لا يحل لأم الزوج أن تدخل الغرفة الخاصة بزوجته لأن هذه من الأسرار التي لا يجب للإنسان الإطلاع عليها
Ibu suami tidak boleh masuk ke kamar yang khusus untuk istrinya.
Karena kamar ini termasuk rahasia yang seseorang wajib untuk tidak melihatnya.
وإنني أنصح أم هذا الزوج أن تتقي الله تعالى في نفسها وأن لا تتسلط على هذه المسكينة الأسيرة لأن الزوجة مع الزوج كالأسير مع آسره كما قال النبي عليه الصلاة والسلام (اتقوا الله في النساء فإنهن عوان عندكم)
Dan sesungguhnya saya nasehatkan kepada ibu suami ini untuk bertakwa kepada AllahTa'ala terhadap dirinya dan hendaknya dia tidak mengontrol tempat kediaman tawanan wanita ini dikarenakan kedudukan istri bersama suaminya bagaikan tawanan dengan orang yang menawannya.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam :
'Bertakwalah kepada Allah terhadap urusan istri-istri kalian, karena mereka itu sebagai tawanan di sisi kalian.'
فعلى هذه الأم أن تتقي الله عز وجل في نفسها وأن لا تؤذي هذه المرأة فإن الله تعالى قال في كتابه العزيز (والذين يؤذون المؤمنين والمؤمنات بغير ما اكتسبوا فقد احتملوا بهتانا وإثما مبينا)
Maka atas ibu ini hendaklah bertakwa kepada Allah 'azza wa jalla terhadap dirinya dan tidak menggangu seorang istri, maka sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman dalam al Qur'an yang mulia:
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min dan mu'minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS: al Ahzab:58)
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min dan mu'minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS: al Ahzab:58)
وربما تكون أذيتها لهذه المرأة سببا لفراق الزوج لها فتكون بمنزلة السحرة الذين يتعلمون من السحر ما يفرقون به بين المرء وزوجه
Dan mungkin bisa jadi gangguan mertua terhadap istri ini menjadi sebab suami menceraikannya, sehingga ibu suami ini kedudukannya seperti tukang sihir yang mempelajari sihir dengan tujuan memisahkan seseorang dengan istrinya.
ثم إنها في حال تسلطها على زوجة ابنها بلا حق تكون ظالمة وللزوجة أن تدعو عليها لقول النبي صلى الله عليه وسلم لمعاذ بن جبل حين أرسله إلى اليمن قال: (اتق دعوة المظلوم فإنه ليس بينها وبين الله حجاب)
Kemudian sesungguhnya dalam hal ini (ibu suami) mengontrol istri anaknya tanpa hak sebenarnya sebuah kezaliman yang seorang istri berhak mendoakan kejelekan terhadap mertuanya itu, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam kepada Muadz bin Jabal ketika beliau radhiyallahu anhu mengutusnya ke Yaman:
'Takutlah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya itu dengan Allah.
ولتعلم هذه الأم أنها إذا ظلمت ودعت المظلومة عليها فسيجيب الله دعوتها ولو بعد حين ربما لا يكون الدعاء مستجابا بسرعة لكن لابد من نصر المظلوم الذي لجأ إلى الله ولو بعد حين.فتاوى نور على الدرب (٣٠٨)
Dan ibu ini hendaklah mengetahui bahwasanya jika dia berbuat zalim dan istri yang terzalimi ini mendoakannya, niscaya Allah mengabulkan (doanya) walaupun mungkin selang beberapa waktu tidak terkabul dengan cepat, akan tetapi pasti Dzat yang menolong orang terzalimi yang berlindung kepada Allah mengabulkan meskipun selang beberapa waktu lamanya. (Fatawa Nurun 'Ala ad Darb 308).
Sumber : https://www.ajurry.com/vb/showthread.php?t=49576
AFM
Komentar
Posting Komentar