Mengeraskan Suara
MENGERASKAN SUARA
Ketika turun ayat larangan mengeraskan suara di atas suara Nabi shallallahu alaihi wa sallam, banyak para sahabat yang suaranya lebih keras kalau bicara dihadapan Nabi, ketakutan dan menangis, takut amal-amalnya terhapuskan.
Nah di zaman sekarang ini, banyak orang yang berpendapat dengan pendapatnya sendiri yang mengikuti akal dan perasaannya. Dimana pendapatnya menyelisihi pendapat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Maka orang seperti ini lebih layak lagi untuk terhapuskan amal-amalnya dibandingkan dengan orang yang mengeraskan suaranya melebihi suara di zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. (Surah Al Hujurat:2).
Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah
ﻓﺈﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺭﻓﻊ ﺃﺻﻮﺍﺗﻬﻢ ﻓﻮﻕ ﺻﻮﺗﻪ ﺳﺒﺒﺎ ﻟﺤﺒﻮﻁ ﻋﻤﻠﻬﻢ ﻓﻜﻴﻒ ﺗﻘﺪﻳﻢ ﺃﺭﺍﺋﻬﻢ ﻭﻋﻘﻮﻟﻬﻢ ﻭﺃﺫﻭﺍﻗﻬﻢ ﻭﺳﻴﺎﺳﺎﺗﻬﻢ ﻭﻣﻌﺎﺭﻓﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺟﺎﺀ ﺑﻪ ﻭﺭﻓﻌﻬﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﻟﻴﺲ ﻫﺬﺍ ﺃﻭﻟﻰ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﺤﺒﻄﺎ ﻷﻋﻤﺎﻟﻬﻢ ؟
Maka apabila meninggikan suara mereka melebihi suara Nabi shalallahu 'alaihi wassalam saja, menjadi sebab dihapusnya amalan mereka.
Lalu bagaimana kiranya, seorang yang lebih mengedepankan pendapat, akal, kecerdasan, siasat dan keahlian mereka atas apa yang datang kepada beliau (dari al quran dan as sunnah)?!
Bukankah ini lebih pantas untuk menghapuskan amal-amal mereka? (I'lamul Muwaqqi'in (1/51)).
Bukankah ini lebih pantas untuk menghapuskan amal-amal mereka? (I'lamul Muwaqqi'in (1/51)).
AFM
Komentar
Posting Komentar