Edisi Virus Corona 9
Edisi Virus Corona 9
MENANGIS KARENA MASJID DI TUTUP
Banyak orang menangis karena masjid ditutup. Seorang ahlul masjid, yang senantiasa memakmurkan masjid dengan shalat jamaah, shalat jumat dan majlis ilmu, akan meneteskan air mata dengan keadaan seperti ini. Namun demi kemaslahatan bersama dan mentaati penguasa, mereka pun rela untuk tidak ke masjid.
Ada tulisan dari seseorang berkebangsaan arab, beliau berkata :
الذي يبكي على غلق المساجد جعلت لي الأرض مسحدا و طهورا والذي يبكي على الجماعة : صل مع أهلك و ولدك فتلك كذلك جماعة. الزم بيتك.
"Yang menangis atas tutupnya masjid-masjid, bumi dijadikan bagiku masjid dan suci. Orang yang menangis atas jamaah (tidak bisa shalat jamaah di masjid), shalatlah (jamaah) bersama isteri dan anakmu. Dan yang demikian itu juga termasuk jamaah. Tetap tinggal dirumahmu."
Namun orang yang hatinya tidak terpaut dengan masjid, ditutup atau tidaknya masjid, sama saja baginya. Tidak ada tetesan air mata membasahi pipinya. Mungkin juga tersenyum dan tertawa gembira.
Namun ada yang lebih mengherankan lagi, ada orang yang ke masjid cuma sekali sepekan atau hanya diawal-awal ramadhan saja, justru mereka yang paling keras penentangannya dengan kebijakan penguasa agar shalat di rumah untuk kebaikan bersama agar virus corona tidak menyebar. Sudah tidak menangis, mencak-mencak dan marah-marah pula dengan penguasa.
AFM
MENANGIS KARENA MASJID DI TUTUP
Banyak orang menangis karena masjid ditutup. Seorang ahlul masjid, yang senantiasa memakmurkan masjid dengan shalat jamaah, shalat jumat dan majlis ilmu, akan meneteskan air mata dengan keadaan seperti ini. Namun demi kemaslahatan bersama dan mentaati penguasa, mereka pun rela untuk tidak ke masjid.
Ada tulisan dari seseorang berkebangsaan arab, beliau berkata :
الذي يبكي على غلق المساجد جعلت لي الأرض مسحدا و طهورا والذي يبكي على الجماعة : صل مع أهلك و ولدك فتلك كذلك جماعة. الزم بيتك.
"Yang menangis atas tutupnya masjid-masjid, bumi dijadikan bagiku masjid dan suci. Orang yang menangis atas jamaah (tidak bisa shalat jamaah di masjid), shalatlah (jamaah) bersama isteri dan anakmu. Dan yang demikian itu juga termasuk jamaah. Tetap tinggal dirumahmu."
Namun orang yang hatinya tidak terpaut dengan masjid, ditutup atau tidaknya masjid, sama saja baginya. Tidak ada tetesan air mata membasahi pipinya. Mungkin juga tersenyum dan tertawa gembira.
Namun ada yang lebih mengherankan lagi, ada orang yang ke masjid cuma sekali sepekan atau hanya diawal-awal ramadhan saja, justru mereka yang paling keras penentangannya dengan kebijakan penguasa agar shalat di rumah untuk kebaikan bersama agar virus corona tidak menyebar. Sudah tidak menangis, mencak-mencak dan marah-marah pula dengan penguasa.
AFM
Komentar
Posting Komentar