DUDUKI DAN CEKIKLAH

DUDUKI DAN CEKIKLAH 


Orang-orang ahlul kalam mendahulukan akal daripada dalil alquran dan assunnah. Kalau sesuai dengan akalnya, maka mereka akan menerima dalil, namun jika tidak masuk akalnya, mereka menolak dalil. Inilah madzhabnya Abu Jahal. 

Sedangkan orang-orang Shufi, mereka meninggalkan wahyu dan akal, jika tidak sesuai dengan perasaannya. Jika menurut perasaannya enak dan nyaman, mereka amalkan, jika tidak, mereka pun tinggalkan wahyu dan akal. Inilah madzhabnya IBLIS. 

Jika menemukan orang model seperti ini, bantinglah, duduki, cekiklah dan bacakan ayat kursi. 

Berkata Imam Adz-Dzahabi rahimahullah, 

إذا رأيت المتكلِّم المبتدع يقول «دعنا من الكتاب والأحاديث الآحاد وهات العقل» فاعلم أنه أبو جهل

Apabila kamu melihat ahlul kalam pelaku bid’ah berkata, ‘Kita tinggalkan al-Quran dan Hadits-hadits ahad, mari kita merujuk kepada akal’, maka ketahuilah bahwasanya dia adalah ABU JAHAL. 

وإذا رأيت السالك التوحيدي يقول «دعنا من النقل ومن العقل وهات الذوق والوجد» فاعلم أنه إبليس قد ظهر بصورة بشر أو قد حلَّ فيه،

Dan jika kamu melihat Sufi berkata, ‘Kita tinggalkan dulu wahyu dan akal, mari kita gunakan perasaan’, maka ketahuilah, bahwasanya dia adalah IBLIS dalam wujud manusia atau orang itu sudah kerasukan Iblis

  فإن جبنت منه فاهرب، وإلاَّ فاصرعه، وابرك على صدره، واقرأ عليه آية الكرسي واخنقه

Maka jika kamu takut (merasa lemah), maka larilah, dan jika tidak takut bantinglah dia dan duduk di atas dadanya serta bacakan kepadanya ayat kursi dan cekiklah dia.” (Siyar A’lamin Nubala’, 4/472).

Oleh karena itu, beragama yang benar, standarnya bukan akal dan perasaan.  Tetapi mengikuti dalil al-Quran dan assunnah. Walaupun menurutnya bertentangan dengan akal dan tidak nyaman perasaan. 

Berkata Syekh Utsaimin rahimahullah, 

لا تأخذك العاطفة، فالعاطفة إن لم تكن مبنية على العقل والشرع صارت عاصفة تعصف بك وتُطيح بك في الهاوية. مجموع فتاوى ابن عثيمين (24/532)

Janganlah kamu ambil (turuti) perasaanmu. Maka perasaan itu jika tidak dibangun diatas akal dan syariat, ia akan menjadi badai yang menerbangkan dan menghempaskan dirimu ke dalam neraka hawiyah." (Majmu' Fatawa Ibnu 'Utsaimin 24/532).

Dan Berkata Syekh Utsaimin rahimahullah, 

ولو أن الإنسان فيما يتقرب به إلى الله اتبع ذوقه أو اتبع رأيه لأصبح بلا دين؛ لأنه إنما يتبع هواه.

Seandainya seseorang ketika bertaqarub kepada Allah mengikuti perasaannya atau mengikuti akalnya (pikirannya), niscaya dia telah menjadi tidak terikat dengan agama, karena sesungguhnya dia hanyalah mengikuti hawa nafsunya." (Al-Liqa'us Syahry, no. 40).

Berkata Syeikh Al-Albani rahimahullah, 

الدين ليس بالعقل ولا بالعاطفة إنما بإتباع أحكام الله في كتابه وأحكام رسوله في سنته وفي حديثة (سلسلة الهدي والنور٥٣٠).

Agama itu bukan dengan akal dan bukan dengan perasaan, akan tetapi dengan mengikuti hukum-hukum Allah di dalam kitab-Nya, dan hukum-hukum rasul-Nya di dalam sunnahnya, dan di dalam haditsnya. (Kaset Silsilah Al Huda Wannur No 530).  

AFM 

Copas dari berbagai sumber 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?