Tolak Ukur Kebenaran
TOLAK UKUR KEBENARAN
Sebagian orang, mengklaim bahwa dirinya atau kelompoknya ada di atas kebenaran. Sedangkan orang lain atau yang bukan kelompoknya berada di atas kebatilan.
Yang menjadi persoalan, apa tolak ukur kebenaran yang mereka klaim tersebut?
Kalau ternyata akhlaknya jauh dari akhlak Nabi, gambaran Nabi dalam sirahnya tidak tampak pada mereka dan juga mereka banyak menyelisihi petunjuk Nabi, maka ini hanya pengakuan belaka bahwa mereka di atas kebenaran. Yang pada hakekatnya mereka berjalan di atas kebatilan
Berkata Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullahu Ta’ala :
إن رسول الله صلى الله عليه و سلم هو الميزان الأكبر، فعليه تعرض الأشياء؛ على خلقه، وسيرته، وهديه، فما وافقها فهو الحق، وماخالفها فهو الباطل
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Dia adalah al-mizan al-akbar (tolak ukur terbesar), maka atas segala sesuatu berdasarkan (timbangan) akhlaknya, sirah (perjalanan hidup)nya dan petunjuknya. Maka apa yang sesuai dengannya (akhlak, sirah dan petunjuknya) itulah kebenaran. Dan apa yang bertentangan dengannya, itulah kebatilan.” (Al-Khathib Al-Baghdadi dalam Al-Jaami’ li akhlaaq ar-raawi wa adaab as-saami’, 1: 79)
AFM
Komentar
Posting Komentar