Menerima Kekalahan Dengan Lapang Dada

MENERIMA KEKALAHAN DENGAN LAPANG DADA

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Segala sesuatu sudah Allah takdirkan, rizki, ajal, jodoh dan lain sebagainya, termasuk kepemimpinan, tidak akan ada yang bisa merubahnya. Siapa yang akan memimpin suatu daerah atau suatu negeri, Allah Ta'ala telah tetapkan lima puluh ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi.

Rasulullah shalallhu ‘alaihi wa salam bersabda :

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi." (HR. Muslim).

Dan Rasulullah shalallhu ‘alaihi wa salam bersabda :

” قَدَّرَ اللهُ الْمَقَادِيرَ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّماوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ ”

“Allâh telah mentakdirkan semua takdir sebelum menciptakan langit-langit dan bumi 50 ribu tahun”. [HR. Ahmad. Berkata Syaikh Syu’aib al-Arnauth. Hadits Shahih).

Kepemimpinan atau kerajaan, Allah Ta'ala pergilirkan kepada siapa yang dikehendakiNya. Makanya kita perhatikan, semua itu tidak ada yang abadi. Siapa yang berkuasa, selalu silih berganti, termasuk di negara kita tercinta ini.

Allah Ta'ala berfirman:

{قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنزعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Katakanlah, "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.  (QS.Ali Imran : 26).

Untuk itu, bagi siapa saja yang berjuang untuk meraih kepemimpinan atau mendorong seseorang untuk menjadi pemimpin jangan kecewa kalau jagoannya tidak naik. Jangan melampiaskan kekecewaan dengan kemarahan dan kemurkaan.

Jangan mengatakan, kekalahan ini karena ulah si pulan, karena ucapan si anu, akibat kecurangan disana sini dan lain sebagainya. Jangan pula mengatakan seandainya si pulan tidak berulah, si anu tidak bicara, penyelenggara tidak curang, pasti kita menang.

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu syaithon. (HR. Muslim).

Orang yang berakidah yang lurus dan benar akan menerima takdir dan ketentuan Allah Ta'ala dengan penuh kerelaan dan lapang dada. 

Orang yang menerima takdir dan ketentuan Allah Ta'ala akan merasakan kelezatan iman, ketenangan dan ketentraman jiwa. Mereka akan mengembalikan semuanya kepada sang Khaliq. Bahwa semua yang Allah Ta'ala takdirkan tidak akan meleset dan tidak akan ada seorang pun yang bisa mencegah dan menghalanginya. Walaupun semua orang akan berusaha memberikan manfaat atau mudharat, semua itu tidak akan merubah ketetapan Allah Ta'ala.

Berkata Ubadah bin Ash-Shamit Radhiyallahu anhu :

يَا بُنَيَّ إِنَّكَ لَنْ تَطْعَمَ طَعْمَ الْإِيمَانِ، وَلَنْ تَبْلُغْ حَقَّ حَقِيقَةِ الْعِلْمِ بِاللهِ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ: قُلْتُ: يَا أَبَتَاهُ وَكَيْفَ لِي أَنْ أَعْلَمَ مَا خَيْرُ الْقَدَرِ مِنْ شَرِّهِ؟ قَالَ: تَعْلَمُ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ. يَا بُنَيَّ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ الْقَلَمُ، ثُمَّ قَالَ: اكْتُبْ فَجَرَى فِي تِلْكَ السَّاعَةِ بِمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ” يَا بُنَيَّ إِنْ مِتَّ وَلَسْتَ عَلَى ذَلِكَ دَخَلْتَ النَّارَ

Wahai anakku! Sungguh kamu tidak akan bisa merasakan lezatnya iman, dan tidak akan mencapai kebenaran hakekat ilmu terhadap Allâh, sebelum kamu meyakini takdir yang baik dan yang buruk. Anaknya bertanya, “Wahai bapakku, bagaimana aku mengetahui takdir yang baik dan yang buruk?” Beliau menjawab, “Kamu mengetahui bahwa apa yang telah ditakdirkan tidak menimpa dirimu pasti tidak akan menimpamu, dan apa yang telah ditakdirkan menimpa dirimu pasti tidak akan meleset. Wahai anakku, aku telah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya pertama kali yang diciptakan Allâh adalah pena, kemudian Allâh berfirman kepadanya: “Tulislah!”. Maka terjadilah semenjak saat itu dengan apa yang terjadi sampai hari kiamat. Wahai anakku, jika kamu mati tidak dalam keyakinan seperti ini, kamu pasti masuk  neraka. (HR. Ahmad. Berkata Syu'aeb Al Arnuth : Hadist Shahih).

Berkata Ibnu Ad Dailami rahimahullah :

لَقِيتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ، فَقُلْتُ: يَا أَبَا الْمُنْذِرِ، إِنَّهُ قَدْ وَقَعَ فِي نَفْسِي شَيْءٌ مِنْ هَذَا الْقَدَرِ، فَحَدِّثْنِي بِشَيْءٍ، لَعَلَّهُ يَذْهَبُ مِنْ قَلْبِي. قَالَ: “لَوْ أَنَّ اللهَ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَهْلَ أَرْضِهِ، لَعَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَهُمْ، وَلَوْ رَحِمَهُمْ، كَانَتْ رَحْمَتُهُ لَهُمْ خَيْرًا مِنْ أَعْمَالِهِمْ، وَلَوْ أَنْفَقْتَ جَبَلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فِي سَبِيلِ اللهِ، مَا قَبِلَهُ اللهُ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ، وَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ، وَلَوْ مِتَّ عَلَى غَيْرِ ذَلِكَ، لَدَخَلْتَ النَّارَ” قَالَ: فَأَتَيْتُ حُذَيْفَةَ، فَقَالَ لِي مِثْلَ ذَلِكَ، وَأَتَيْتُ ابْنَ مَسْعُودٍ، فَقَالَ لِي مِثْلَ ذَلِكَ، وَأَتَيْتُ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ، فَحَدَّثَنِي عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ ذَلِكَ

Aku bertemu Ubay bin Kaab, lalu aku berkata: “Wahai Abul Mundzir, Ada sesuatu keraguan dalam hatiku tentang masalah qadar, maka ceritakanlah kepadaku tentang suatu hadits, semoga hal itu hilang dari hatiku”. Maka beliau Radhiyallahu anhu berkata, “Seandainya Allâh menyiksa penduduk langit dan bumi, maka Allâh menyiksa mereka dengan tidak zalim kepada mereka. Dan seandainya Allâh merahmati mereka, maka rahmat Allâh kepada mereka lebih baik dari pada amalan mereka. Seandainya kamu menginfakkan emas sebesar gunung uhud di jalan Allâh, Allâh tidak akan menerimanya darimu, sebelum kamu beriman kepada qadar, dan kamu meyakini bahwa apa yang telah ditakdirkan mengenai dirimu pasti tidak akan meleset, dan apa yang telah ditakdirkan tidak mengenai dirimu pasti tidak akan menimpamu. Dan jika kamu mati tidak dalam keyakinan seperti ini, pasti kamu menjadi penghuni  neraka”.

Ibnu ad-Dailami berkata, “Lalu aku mendatangi Hudzaifah, maka beliau berkata kepadaku seperti itu.  Aku mendatangi Ibnu Mas’ud, maka beliau berkata kepadaku seperti itu. Aku juga mendatangi Zaid bin Tsabit, beliau menceritakan kepadaku hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti itu.” [HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah. Berkata Syaikh Syu’aib al-Arnauth dan Syaikh Al-Albani : Hadist Shahih).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِاجْتَمَعَتْ عَلىَ أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ ؛ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَ إِنِ اجْتَمَعُوْا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ ؛ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ ، رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ

Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.’” (HR. at-Tirmidzi. Berkata Syeikh Al Albani : Hadits Shahih).



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?