Berburu Rekomendasi
BERBURU REKOMENDASI
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Ada seseorang yang ingin masuk bekerja di sebuah perusahaan, instansi pemerintah, atau ingin masuk perguruan tinggi dan yang lainnya, jika ingin mulus jalanya dan diterima, maka seseorang ini mencari mendapatkan surat SAKTI, KATABELECE ATAU REKOMENDASI dari seorang pejabat atau tokoh masyarakat yang disegani dan diperhitungkan namanya.
Dikarenakan adanya surat sakti, katabelece atau rekomendasi, kadang orang yang memiliki ilmu, kemampuan dan kapasitas yang memadai tersingkirkan dan yang diterima orang yang tidak memiliki itu semua. Diterima karena adanya surat sakti.
Ternyata dalam dunia dakwahpun orang berburu REKOMENDASI dari seorang Syekh atau seorang ustadz agar ada kepercayaan dari umat. Nah tentu yang mendapatkan rekomendasi ini hanya segelintir orang saja.
Nah bagaimana dengan umat yang harus didakwahi ini begitu banyak yang tak terhitung jumlahnya, jika yang harus berdakwah itu menunggu adanya rekomendasi dari seorang Syekh atau ustadz kibar?
Kalau begitu, betapa banyaknya ustadz-ustadz bermanhaj salaf alumni Madinah, Riyadh, Yaman, Mesir, LIPIA, STDI Jember, STAI Ali Bin Abi Thalib Surabaya dan mahad-mahad salaf lainnya yang begitu banyak yang tidak bisa berdakwah karena tidak mengantongi surat rekomendasi dari seorang Syekh atau Ustadz kibar.
Untuk itu yang terpenting seseorang itu dalam berdakwah harus memiliki ilmu dan pemahaman yang benar.
Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah :
«ينبغي لطالب العلم وغير طالب العلم؛ كل من علم سنة ينبغي أن يبينها في كل مناسبة، ولا تقل أنا لست بعالم، نعم لست بعالم لكن عندك علم.
قال النبي صلى الله عليه وسلم: {بلغوا عني ولو آية}
فينبغي للإنسان في مثل هذه الأمور أن ينتهز الفرص، كلما سمحت الفرصة لنشر السنة فانشرها يكن لك أجرها وأجر من عمل بها إلى يوم القيامة»
“Sepantasnya bagi seorang penuntut ilmu dan selain penuntut ilmu siapa saja yang mengetahui sebuah sunnah Nabi untuk menjelaskannya pada setiap kesempatan, dan jangan mengatakan, ‘Saya bukan ulama.’ Ya, memang engkau bukan seorang ulama, tetapi engkau memiliki ilmu. Nabi shallallahu alaihi was sallam bersabda:
ﺑَﻠِّﻐُﻮْﺍ ﻋَﻨِّﻲْ ﻭَﻟَﻮْ ﺁﻳَﺔً.
“Sampaikan dariku walaupun hanya satu ayat!” (HR. Al-Bukhari)
Jadi sepantasnya bagi seseorang pada perkara seperti ini untuk semangat memanfaatkan kesempatan, setiap kali engkau mendapatkan kesempatan untuk menyebarkan sunnah Nabi maka sebarkanlah, engkau akan mendapatkan pahalanya dan pahala siapa saja yang mengamalkannya hingga hari kiamat nanti.” (Syarh Riyadhush Shalihin, jilid 4 hlm. 215).
Allah Ta'ala berfirman:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِين
“Katakanlah (wahai Muhammad): Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah kepada Allah di atas bashiroh (dengan ilmu), Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” [QS. Yusuf: 108]
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:
Allah Ta'ala berfirman kepada Rasul-Nya untuk menyampaikan kepada manusia dan jin bahwa inilah jalan agamaku dan sunnahku, yaitu menyeru kepada persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku menyeru kepada Allah dengan hujah yang nyata, keyakinan dan bukti akan kebenaran seruan ini. Seruan ini dilakukan pula oleh semua orang yang mengikuti jalanku atas dasar hujah yang nyata dan bukti yang jelas menurut rasio dan syara'. (Tafsir Ibnu Katsir).
Berkata Syaikh ‘Utsaimin rahimahullah :
فتضمنت هذه الدعوة الإخلاص والعلم لأن أكثر ما يفسد الدعوة عدم الإخلاص أو عدم العلم وليس المقصود بالعلم في قوله على بصيرة العلم بالشرع فقط بل يشمل العلم بالشرع والعلم بحال المدعو والعلم بالسبيل الموصل إلى المقصود وهو الحكمة
“Dakwah ini harus mencakup ikhlas dan ilmu, karena kebanyakan yang merusak dakwah adalah tidak ikhlas dan tidak ada ilmu. Dan bukanlah maksud ilmu dalam firman Allah, “(Dakwah) di atas bashiroh (dengan ilmu)” hanyalah ilmu tentang syari’at saja, tetapi mencakup: Ilmu tentang syari’at, ilmu tentang keadaan orang yang didakwahi, dan ilmu tentang metode yang dapat mengantarkan kepada tujuan dakwah, yaitu hikmah.” [Al-Qoulul Mufid fi Syarhi Kitab At-Tauhid, 1/130]
Berkata Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullahu ta’ala :
هذه الآية في آخر سورة يوسف، يأمر الله سبحانه وتعالى نبيه محمداً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أن يُعلن للناس عن بيان منهجه ومنهج أتباعه، وهو الدعوة إلى الله على بصيرة، فدل على أن من لم يدع على بصيرة فإنه لم يحقق اتباع النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وإن كان عالماً وفقيها
“Ayat ini terdapat di akhir surat Yusuf, Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan Nabi-Nya Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam untuk mengumumkan kepada manusia tentang penjelasan manhaj beliau dan manhaj para pengikutnya, yaitu berdakwah kepada Allah dengan dasar ilmu, maka ini menunjukkan bahwa orang yang tidak berdakwah dengan dasar ilmu, belum merealisasikan peneladanan kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, meskipun ia seorang yang berilmu dan faqih.” [I’aanatul Mustafid, 1/101].
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Ada seseorang yang ingin masuk bekerja di sebuah perusahaan, instansi pemerintah, atau ingin masuk perguruan tinggi dan yang lainnya, jika ingin mulus jalanya dan diterima, maka seseorang ini mencari mendapatkan surat SAKTI, KATABELECE ATAU REKOMENDASI dari seorang pejabat atau tokoh masyarakat yang disegani dan diperhitungkan namanya.
Dikarenakan adanya surat sakti, katabelece atau rekomendasi, kadang orang yang memiliki ilmu, kemampuan dan kapasitas yang memadai tersingkirkan dan yang diterima orang yang tidak memiliki itu semua. Diterima karena adanya surat sakti.
Ternyata dalam dunia dakwahpun orang berburu REKOMENDASI dari seorang Syekh atau seorang ustadz agar ada kepercayaan dari umat. Nah tentu yang mendapatkan rekomendasi ini hanya segelintir orang saja.
Nah bagaimana dengan umat yang harus didakwahi ini begitu banyak yang tak terhitung jumlahnya, jika yang harus berdakwah itu menunggu adanya rekomendasi dari seorang Syekh atau ustadz kibar?
Kalau begitu, betapa banyaknya ustadz-ustadz bermanhaj salaf alumni Madinah, Riyadh, Yaman, Mesir, LIPIA, STDI Jember, STAI Ali Bin Abi Thalib Surabaya dan mahad-mahad salaf lainnya yang begitu banyak yang tidak bisa berdakwah karena tidak mengantongi surat rekomendasi dari seorang Syekh atau Ustadz kibar.
Untuk itu yang terpenting seseorang itu dalam berdakwah harus memiliki ilmu dan pemahaman yang benar.
Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah :
«ينبغي لطالب العلم وغير طالب العلم؛ كل من علم سنة ينبغي أن يبينها في كل مناسبة، ولا تقل أنا لست بعالم، نعم لست بعالم لكن عندك علم.
قال النبي صلى الله عليه وسلم: {بلغوا عني ولو آية}
فينبغي للإنسان في مثل هذه الأمور أن ينتهز الفرص، كلما سمحت الفرصة لنشر السنة فانشرها يكن لك أجرها وأجر من عمل بها إلى يوم القيامة»
“Sepantasnya bagi seorang penuntut ilmu dan selain penuntut ilmu siapa saja yang mengetahui sebuah sunnah Nabi untuk menjelaskannya pada setiap kesempatan, dan jangan mengatakan, ‘Saya bukan ulama.’ Ya, memang engkau bukan seorang ulama, tetapi engkau memiliki ilmu. Nabi shallallahu alaihi was sallam bersabda:
ﺑَﻠِّﻐُﻮْﺍ ﻋَﻨِّﻲْ ﻭَﻟَﻮْ ﺁﻳَﺔً.
“Sampaikan dariku walaupun hanya satu ayat!” (HR. Al-Bukhari)
Jadi sepantasnya bagi seseorang pada perkara seperti ini untuk semangat memanfaatkan kesempatan, setiap kali engkau mendapatkan kesempatan untuk menyebarkan sunnah Nabi maka sebarkanlah, engkau akan mendapatkan pahalanya dan pahala siapa saja yang mengamalkannya hingga hari kiamat nanti.” (Syarh Riyadhush Shalihin, jilid 4 hlm. 215).
Allah Ta'ala berfirman:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِين
“Katakanlah (wahai Muhammad): Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah kepada Allah di atas bashiroh (dengan ilmu), Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” [QS. Yusuf: 108]
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:
Allah Ta'ala berfirman kepada Rasul-Nya untuk menyampaikan kepada manusia dan jin bahwa inilah jalan agamaku dan sunnahku, yaitu menyeru kepada persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku menyeru kepada Allah dengan hujah yang nyata, keyakinan dan bukti akan kebenaran seruan ini. Seruan ini dilakukan pula oleh semua orang yang mengikuti jalanku atas dasar hujah yang nyata dan bukti yang jelas menurut rasio dan syara'. (Tafsir Ibnu Katsir).
Berkata Syaikh ‘Utsaimin rahimahullah :
فتضمنت هذه الدعوة الإخلاص والعلم لأن أكثر ما يفسد الدعوة عدم الإخلاص أو عدم العلم وليس المقصود بالعلم في قوله على بصيرة العلم بالشرع فقط بل يشمل العلم بالشرع والعلم بحال المدعو والعلم بالسبيل الموصل إلى المقصود وهو الحكمة
“Dakwah ini harus mencakup ikhlas dan ilmu, karena kebanyakan yang merusak dakwah adalah tidak ikhlas dan tidak ada ilmu. Dan bukanlah maksud ilmu dalam firman Allah, “(Dakwah) di atas bashiroh (dengan ilmu)” hanyalah ilmu tentang syari’at saja, tetapi mencakup: Ilmu tentang syari’at, ilmu tentang keadaan orang yang didakwahi, dan ilmu tentang metode yang dapat mengantarkan kepada tujuan dakwah, yaitu hikmah.” [Al-Qoulul Mufid fi Syarhi Kitab At-Tauhid, 1/130]
Berkata Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullahu ta’ala :
هذه الآية في آخر سورة يوسف، يأمر الله سبحانه وتعالى نبيه محمداً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أن يُعلن للناس عن بيان منهجه ومنهج أتباعه، وهو الدعوة إلى الله على بصيرة، فدل على أن من لم يدع على بصيرة فإنه لم يحقق اتباع النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وإن كان عالماً وفقيها
“Ayat ini terdapat di akhir surat Yusuf, Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan Nabi-Nya Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam untuk mengumumkan kepada manusia tentang penjelasan manhaj beliau dan manhaj para pengikutnya, yaitu berdakwah kepada Allah dengan dasar ilmu, maka ini menunjukkan bahwa orang yang tidak berdakwah dengan dasar ilmu, belum merealisasikan peneladanan kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, meskipun ia seorang yang berilmu dan faqih.” [I’aanatul Mustafid, 1/101].
Komentar
Posting Komentar