Yang Berhak Ditumpahkan Daranhnya Dan Yang Tidak
YANG BERHAK DITUMPAHKAN DARAHNYA DAN YANG TIDAK
Dalam tulisan kali ini saya akan membahas mengenai siapa yang tidak berhak ditumpahkan darahnya dan siapa yang berhak ditumpahkan darahnya.
Pertama, Yang Tidak Berhak Ditumpahkan Darahnya
Seorang muslim atau seorang mukmin yang tidak bersalah, tidak berhak untuk ditumpahkan darahnya. Haram dan dosa besar untuk membunuhnya dengan sengaja. Dan neraka jahanam tempat kembali bagi orang yang membunuhnya.
Allah Ta'ala berfirman :
وَمَن يَقۡتُلۡ مُؤۡمِنٗا مُّتَعَمِّدٗا فَجَزَآؤُهُۥ جَهَنَّمُ خَٰلِدٗا فِيهَا وَغَضِبَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ وَلَعَنَهُۥ وَأَعَدَّ لَهُۥ عَذَابًا عَظِيمٗا
Dan barangsiapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka Jahanam, dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya. -Surat An-Nisa', Ayat 93
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا
“Sesungguhnya darah dan harta kalian, haram atas kalian. Sebagaimana haramnya hari ini, haramnya bulan ini di negeri kalian ini“ (Riwayat Muslim).
Dan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
لَنْ يَزَالَ المُؤْمِنُ في فُسْحَةٍ مِن دِينِهِ، ما لَمْ يُصِبْ دَمًا حَرَامًا
“Seorang Mukmin senantiasa berada dalam kelapangan dalam agamanya, selama ia tidak menumpahkan darah yang haram” (Riwayat Bukhari).
Dan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أوَّلُ ما يُقْضَى بيْنَ النَّاسِ يَومَ القِيامَةِ في الدِّماءِ
“Perkara pertama yang akan dihisab antara sesama manusia di hari Kiamat adalah urusan darah” (Riwayat Muslim).
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ ». قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ « إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ (رواه مسلم).
"Apakah kalian tahu siapa orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab: "Orang bangkrut di kalangan kita ialah orang yang sudah tidak memiliki dirham atau sesuatu kekanyaan apapun." Beliau Nabi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda: "Orang yang bangkrut dari kalangan ummatku ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan shalat, puasa dan zakatnya, tetapi dahulunya ketika di dunia pernah mencaci maki si pulan, memfitnah si pulan, makan harta si pulan, MENUMPAHKAN DARAH si pulan - tanpa dasar kebenaran, pernah memukul si pulan. Maka orang yang dianiaya itu diberikan kebaikan orang tadi dan yang lain pun diberi kebaikannya pula, Jikalau kebaikan-kebaikannya sudah habis sebelum terlunasi tanggungan penganiayaannya, maka diambillah dari kesalahan-kesalahan orang-orang yang dianiayanya itu lalu dibebankan kepada orang tersebut, selanjutnya orang itu dilemparkanlah ke dalam neraka." (Riwayat Muslim).
Kedua, Yang Berhak Ditumpahkan Darahnya
- Begal Atau Perampok Yang Akan Membunuhnya
Jika seseorang dibegal atau dirampok dan akan dibunuh, kemudian dia membela dirinya dan si begal atau si perampok ini sampai terbunuh, maka ini diperbolehkan. Atau aparat yang mengejar begal atau perampok, lantas si begal atau perampok itu mengadakan perlawanan yang akan mengancam nyawa aparat, maka aparat boleh membela dirinya dengan menembakkan timah panas kepada si begal atau perampok.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ جَاءَ رَجُلٌ يُرِيدُ أَخْذَ مَالِى قَالَ « فَلاَ تُعْطِهِ مَالَكَ ». قَالَ أَرَأَيْتَ إِنْ قَاتَلَنِى قَالَ « قَاتِلْهُ ». قَالَ أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلَنِى قَالَ « فَأَنْتَ شَهِيدٌ ». قَالَ أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلْتُهُ قَالَ « هُوَ فِى النَّارِ ». رواه مسلم.
“Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika ada seseorang yang mendatangiku dan ingin merampas hartaku?” Beliau bersabda, “Jangan kau beri padanya.” Ia bertanya lagi, “Bagaimana pendapatmu jika ia ingin membunuhku?” Beliau bersabda, “Bunuhlah dia.” “Bagaimana jika ia malah membunuhku?”, ia balik bertanya. “Engkau dicatat syahid”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Bagaimana jika aku yang membunuhnya?”, ia bertanya kembali. “Ia yang di neraka”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim).
- Para Pemberontak
Para pemberontak kepada penguasa muslim yang sah, yang memecah belah persatuan, yang keluar dari jamaah kaum muslimin, setelah mereka diperingatkan dan dinasehati untuk menghentikan ulahnya, namun tetap mereka bersikukuh mengadakan pemberontakan, maka diperbolehkan untuk ditumpas, diserang dan dibunuh.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّهُ سَتَكُونُ هَنَاتٌ وَهَنَاتٌ فَمَنْ أَرَادَ أَنْ يُفَرِّقَ أَمْرَ هَذِهِ الْأُمَّةِ وَهِيَ جَمِيعٌ فَاضْرِبُوهُ بِالسَّيْفِ كَائِنًا مَنْ كَانَ
Sesungguhnya akan muncul berbagai fitnah dan hal-hal yang baru. Oleh karena itu, barang siapa yang memecah belah persatuan (umat Islam), maka tebaslah ia dengan pedang, siapapun dia orangnya.'" (HR. Muslim).
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ أَتَاكُمْ وَأَمْرُكُمْ جَمِيعٌ عَلَى رَجُلٍ وَاحِدٍ يُرِيدُ أَنْ يَشُقَّ عَصَاكُمْ أَوْ يُفَرِّقَ جَمَاعَتَكُمْ فَاقْتُلُوهُ
“Barangsiapa yang datang kepada kalian, ketika kalian bersatu di bawah satu pimpinan, dia berkeinginan untuk memecah belah persatuan kalian, maka bunuhlah dia”. (HR Muslim)
Berkata Imam An-Nawawi rahimahullah :
فيه الأمر بقتال من خرج على الإمام أو أراد تفريق كلمة المسلمين ونحو ذلك وينهى عن ذلك فإن لم ينته قوتل وإن لم يندفع شره إلا بقتله فقتل
“Dalam hadits ini terdapat perintah untuk membunuh orang yang memberontak kepada pemimpin, atau ia ingin memecah-belah kalimat (persatuan) kaum muslimin dan semisal itu. Dan beliau (Rasulullah) melarang yang demikian itu. Maka jika tidak berhenti, maka ia diperangi dan jika tidak bisa dicegah kejahatannya kecuali dengan membunuhnya, maka ia boleh dibunuh.”(Syarh Muslim 12/241).
- Imam (Pemimpin) Yang Kedua
Ketika seseorang sudah diangkat secara sah menjadi pemimpin, baik dengan cara syari atau dengan cara yang tidak syari (mungkin lewat demokrasi, kudeta atau pemberontakan), maka tidak boleh ada yang mendeklarasikan imam yang kedua. Jika ada, maka imam yang kedua wajib diperangi.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إِذَا بُويِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا الآخَرَ مِنْهُمَا
Jika ada dua orang dibai’at sebagai khalifah, maka bunuhlah oleh kalian khalifah yang terakhir dibai’atnya.” (HR. Muslim).
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
وَمَنْ بَايَعَ إِمَامًا فَأَعْطَاهُ صَفْقَةَ يَدِهِ وَثَمَرَةَ قَلْبِهِ فَلْيُطِعْهُ إِنِ اسْتَطَاعَ فَإِنْ جَاءَ آخَرُ يُنَازِعُهُ فَاضْرِبُوا عُنُقَ الآخَرِ
“Barangsiapa telah membai’at seorang pemimpin, yaitu ia telah memberikan janji setia dan ketulusan hatinya, maka hendaklah ia menaati pemimpin tersebut selama ia mampu. Jika muncul orang lain yang ingin merampas kekuasaan pemimpin tersebut, hendaklah kalian membunuh si perampas tersebut.” (HR. Muslim).
Inilah syariat islam tentang siapa yang tidak berhak dibunuh dan diperangi dan siapa yang berhak dibunuh dan diperangi.
AFM
Komentar
Posting Komentar