Dukun Sebelum Diutus Rasulullah

DUKUN SEBELUM DI UTUS RASULULLAH


Di zaman dulu, sebelum diutus Nabi shalallahu alaihi wa sallam, para dukun, paranormal, tukang nujum atau sejenisnya, selalu tepat ramalannya, karena mereka dapat informasi dari para syetan yang mencuri berita dari langit. Contoh seperti berita yang disampaikan kepada Fir'aun oleh tukang ramal, bahwa nanti ada anak dari Bani Israil yang akan menggulingkan kekuasaannya Fir'aun. Ternyata benar, Musa alaihi salam, menjatuhkan kekuasaannya.


Allah Ta'ala berfirman :


وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَزَيَّنَّاهَا لِلنَّاظِرِينَ وَحَفِظْنَاهَا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ. إِلا مَنِ اسْتَرَقَ السَّمْعَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ مُبِينٌ


Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandanginya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap setan yang terkutuk, kecuali setan yang mencuri-curi (berita) yang dapat di dengar (dari malaikat), lalu dia dikejar oleh sumber api yang terang. (Al-Hijr: 16-18).


Namun setelah Nabi shalallahu alaihi wa sallam diutus, para syetan tidak mampu lagi mencuri berita langit secara keseluruhan. Sehingga para dukun, paranormal dan sejenisnya tidak bisa lagi meramal dengan tepat 100 persen. 


Allah Ta'ala berfirman :


وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا (8) وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا (9) وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا (10)


Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu), tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka. Surah Al Jin 8-10


Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:


يخبر تعالى عن الجن حين بعث الله رسوله محمدا صلى الله عليه وسلم وأنزل عليه القرآن وكان من حفظه له أن السماء ملئت حرسا شديد وحفظت من سائر أرجائها. وطردت الشياطين عن مقاعدها التي كانت تقعد فيها قبل ذلك ; لئلا يسترقوا شيئا من القرآن ، فيلقوه على ألسنة الكهنة ، فيلتبس الأمر ويختلط ولا يدرى من الصادق ! وهذا من لطف الله بخلقه ورحمته بعباده ، وحفظه لكتابه العزيز


Allah Subhanahu wa Ta'ala menceritakan tentang keadaan jin ketika Dia mengutus Rasul-Nya Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi Wasallam dan menurunkan kepadanya Al-Qur'an. Dan tersebutlah bahwa di antara pemeliharaan (penjagaan) Allah kepada Al-Qur'an ialah Dia memenuhi langit dengan penjagaan yang ketat di semua penjuru dan kawasannya, dan semua setan diusir dari tempat-tempat pengintaiannya, yang sebelumnya mereka selalu menduduki pos-posnya di langit. Agar setan-setan itu tidak mencuri-curi dengar dari Al-Qur'an, yang akibatnya mereka akan menyampaikannya kepada para tukang tenung yang menjadi teman-teman mereka, sehingga perkara Al-Qur'an menjadi samar dan campur aduk dengan yang lainnya, serta tidak diketahui mana yang benar. Ini merupakan belas kasihan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada makhluk-Nya, juga merupakan rahmat dari-Nya kepada hamba-hamba-Nya, dan sebagai pemeliharaan-Nya terhadap Kitab-Nya yang mulia. Tafsir Ibnu Katsir.


Kadang memang ada satu perkataan paranormal, dukun dan yang semisalnya yang tepat dengan kenyataan, ini berita yang dibawa oleh setan yang lolos dari lemparan bintang, namun sisanya penuh dengan seratus kedustaan.


Berkata Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda, 


 "إِذَا قَضَى اللَّهُ الْأَمْرَ فِي السَّمَاءِ، ضَرَبَتِ الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعانًا لِقَوْلِهِ، كَأَنَّهَا سِلْسِلَةٌ عَلَى صَفْوان، حَتَّى إِذَا فُزع عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا: مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوا لِلَّذِي قَالَ: الْحَقُّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ. فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرِقُو السَّمْعِ، وَمُسْتَرِقُو السَّمْعِ، هَكَذَا بَعْضُهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ". وَوَصَفَ سُفْيَانُ بِيَدِهِ فَحَرفها، وبَدّدَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ "فَيَسْمَعُ الْكَلِمَةَ، فَيُلْقِيهَا إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، ثُمَّ يُلْقِيهَا الْآخَرُ إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، حَتَّى يُلْقِيَهَا عَلَى لِسَانِ السَّاحِرِ -أَوِ الْكَاهِنِ -فَرُبَّمَا أَدْرَكَهُ الشِّهَابُ قَبْلَ أَنْ يُلْقِيَهَا، وَرُبَّمَا أَلْقَاهَا قَبْلَ أَنْ يدركه، فيكذب معها مائة كذبة. فيقال: أليس قَدْ قَالَ لَنَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا: كَذَا وَكَذَا؟ فَيَصْدُقُ بِتِلْكَ الْكَلِمَةِ الَّتِي سَمِعَ مِنَ السماء".


"Apabila Allah memutuskan perkara di langit, para malaikat mengepak-ngepakkan sayapnya karena takut kepada titah Allah Subhanahu wa Ta'ala, bunyinya seakan-akan seperti rantai yang terjatuh di atas batu yang licin permukaannya. Apabila mereka telah sadar dari rasa takutnya, bertanyalah (sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain), "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Kebenaran belaka, Dia Mahatinggi lagi Mahabesar." Pembicaraan itu terdengar oleh setan-setan yang mencuri-curi dengar dari pembicaraan mereka. Setan-setan yang mencuri-curi dengar itu —kata Sufyan seraya mengisyaratkan dengan jari jemari tangannya yang ia susun— seperti ini. Maka setan yang paling puncak mendengarnya, lalu menyampaikannya kepada setan yang ada di bawahnya, kemudian disampaikan lagi kepada setan yang di bawahnya hingga akhirnya sampailah ke telinga penyihir atau tukang tenung, selanjutnya diucapkan oleh mereka. Adakalanya setan itu terkena oleh lemparan bintang yang menyala (membakar) sebelum ia sempat menyampaikannya, dan adakalanya ia sempat menyampaikannya sebelum terkena bintang yang menyala itu, lalu ia mencampurinya dengan seratus kali dusta (dari sisinya). Kemudian dikatakan, "Bukankah telah dititahkan kepada kita pada hari anu dan anu akan terjadi peristiwa anu dan anu?" Dan ternyata peristiwanya itu sesuai dengan kalimat yang mereka dengar dari langit. (Riwayat Bukhari).


Profesi dukun dan para normal adalah profesi yang bekerja sama dengan para setan dari jenis jin, yang bisa mengantarkan pelakunya kepada kekafiran. Maka hendaklah bertaubat wahai para dukun, janganlah profesi dukun sebagai kebanggaan dan menjadi ladang untuk mengumpulkan harta.


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :


مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (رواه أبو داود، رقم 3904، والترمذي، رقم 135، وصححه الألباني)


"Siapa yang mendatangi dukun, lalu dia membenarkan apa yang diucapkan (oleh dukun), maka sungguh dia telah kafir dengan apa Allah turunkan kepada Muhammad shallallahu alaihi wa sallam." (HR. Abu Daudi, no. 3904 dan Tirmizi, no. 135, dishahihkan oleh Al-Albany).


Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh rahimahullah :


وفيه دليل على كفر الكاهن والساحر؛ لأنهما يدعيان علم الغيب وذلك كفر، والمصدق لهما يعتقد ذلك ويرضى به، وذلك كفر أيضا


“Di dalam hadits ini terdapat dalil atas kafirnya dukun dan tukang sihir. Karena keduanya mengaku mengetahui perkara ghaib dan ini adalah kekafiran. Dan orang yang membenarkan keduanya, dia menyakini dan rela dengan hal itu. Dan ini kekafiran juga”. [ Fathul Majid : 297 ].


AFM


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?