Memperlakukan Pelayan
MEMPERLAKUKAN PELAYAN
Kemaren saya belanja untuk membeli suatu keperluan di kota Bone, disebuah toko milik non muslim keturunan. Dada saya merasa sesak, ketika seorang pelayan muslim pribumi, dimarahi dihadapan orang banyak, karena dia menjawab pertanyaan pembeli tentang berapa harga barang. Si ibu pemilik toko mengatakan, "Tugas kamu cuma melayani, kalau masalah harga, saya yang kasih harga.....bla...bla...bla." Kemudian si Ibu itu bicara bahasa mandarin dengan suaminya, sepertinya masih meluapkan kejengkelan. Dan si pelayan pun bisik-bisik dengan temannya pakai bahasa daerahnya.
Di dalam islam, menyalahkan pelayan dengan mencaci dan memarahinya itu merupakan perkara yang tidak beradab, apalagi dihadapan orang banyak. Perbuatan yang tidak mengikuti sikap dan akhlak Nabi shalallahu alaihi wasallam kepada pelayannya.
Berkata Anas Bin Malik radhiyallahu anhu.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَحْسَنِ النَّاسِ خُلُقًا فَأَرْسَلَنِي يَوْمًا لِحَاجَةٍ فَقُلْتُ وَاللَّهِ لَا أَذْهَبُ وَفِي نَفْسِي أَنْ أَذْهَبَ لِمَا أَمَرَنِي بِهِ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَخَرَجْتُ حَتَّى أَمُرَّ عَلَى صِبْيَانٍ وَهُمْ يَلْعَبُونَ فِي السُّوقِ فَإِذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَابِضٌ بِقَفَايَ مِنْ وَرَائِي فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ يَضْحَكُ فَقَالَ يَا أُنَيْسُ اذْهَبْ حَيْثُ أَمَرْتُكَ قُلْتُ نَعَمْ أَنَا أَذْهَبُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَنَسٌ وَاللَّهِ لَقَدْ خَدَمْتُهُ سَبْعَ سِنِينَ أَوْ تِسْعَ سِنِينَ مَا عَلِمْتُ قَالَ لِشَيْءٍ صَنَعْتُ لِمَ فَعَلْتَ كَذَا وَكَذَا وَلَا لِشَيْءٍ تَرَكْتُ هَلَّا فَعَلْتَ كَذَا وَكَذَا
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Suatu hari beliau mengutusku untuk suatu keperluan. Aku lalu berkata, "Demi Allah, aku tidak akan pergi." Padahal dalam hatiku aku ingin pergi melaksanakan perintah Nabi Allah shallallahu 'alaihi wasallam. Kemudian aku pergi hingga aku melewati anak-anak yang sedang bermain di pasar, namun tiba-tiba Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memagang kerah bajuku dari belakang sambil tertawa. Beliau bersabda: "Wahai Anas, pergilah sebagaimana yang aku pesan tadi." Aku menjawab, "Baik, ya Rasulullah. Aku akan pergi." Anas berkata, "Demi Allah, aku telah membantu beliau selama tujuh atau sembilan tahun. Namun aku tidak pernah mendapati beliau mengomentari perbuatanku 'Kenapa kamu lakukan begini dan begini'. Atau sesuatu yang aku tinggalkan; 'Kenapa tidak kamu melakukan begini dan begini! '. (Riwayat Abu Daud).
Dan Berkata Anas Bin Malik radhiyallahu anhu.
قدم رسول الله المدينة وأنا ابن ثمان سنين، فأخذت أمي بيدي، فانطلقت بي إليه، فقالت: يا رسول الله, لم يبق رجل ولا امرأة من الأنصار إلا وقد أتحفك بتحفة، وإني لا أقدر على ما أتحفك به إلا ابني هذا، فخذه، فليخدمك ما بدا لك, قال: فخدمته عشر سنين، فما ضربني، ولا سبني، ولا عبس في وجهي
“Rasulullah datang ke Madinah saat aku berusia delapan tahun, kemudian ibuku menggandeng tanganku dan membawaku pada Rasulullah, ia berkata: “Wahai Rasulullah, tidak seorang laki-laki dan perempuan pun dari kaum Anshar yang datang kepadamu kecuali memberi hadiah untukmu, sedang aku tidak mampu memberimu hadiah kecuali anakku ini. Ambillah, agar ia bisa melayanimu.” Anas berkata: “Aku mengabdi pada Rasulullah sepuluh tahun lamanya, tidak pernah sekalipun beliau memukul, mencaci atau berwajam masam kepadaku.” (Imam al-Dzahabi, Siyar A’lâm al-Nubalâ’).
Seorang sahabat pernah mencaci pelayanannya, Nabi shalallahu alaihi wasallam menegurnya, maka sejak itu dia perlakukan pelayannya dengan baik.
Berkata Al Ma’rur bin Suwaid rahimahullah :
رَأَيْتُ أَبَا ذَرٍّ وَعَلَيْهِ حُلَّةٌ، وَعَلَى غُلَامِهِ مِثْلُهَا، فَسَأَلْتُهُ عَنْ ذَلِكَ، قَالَ: فَذَكَرَ أَنَّهُ سَابَّ رَجُلًا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَعَيَّرَهُ بِأُمِّهِ، قَالَ: فَأَتَى الرَّجُلُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ، إِخْوَانُكُمْ وَخَوَلُكُمْ، جَعَلَهُمُ اللهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ، فَمَنْ كَانَ أَخُوهُ تَحْتَ يَدَيْهِ، فَلْيُطْعِمْهُ مِمَّا يَأْكُلُ، وَلْيُلْبِسْهُ مِمَّا يَلْبَسُ، وَلَا تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ، فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ عَلَيْهِ»
Aku melihat Abu Dzar radhiyallahu anhu memakai pakaian bagus dan pembantu (laki-laki) nya pun memakai yang sama. Aku bertanya tentang hal itu. Diceritakan bahwa Abu Dzar pernah mencaci seseorang di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan mencaci ibunya juga. Orang itu datang kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam dan menceritakan hal itu. Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata (kepada Abu Dzar): Sesungguhnya kamu adalah seseorang yang masih memiliki sifat jahiliyyah. Saudaramu yang Allah jadikan ada di bawah tanganmu. Barangsiapa yang saudaranya ada di bawah tangannya, maka berilah ia makan seperti ia makan. Berilah ia pakaian seperti ia berpakaian dan jangan membebani pekerjaan yang tidak sanggup ia lakukan. Jika kamu membebaninya, maka bantulah ia. (HR. Bukhari dan Muslim).
Berkata Muhammad Ibnu Zaid rahimahullah, aku mendengar mendengar Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
إِذَا أَتَى أَحَدَكُمْ خَادِمُهُ بِطَعَامِهِ فَإِنْ لَمْ يُجْلِسْهُ مَعَهُ فَلْيُنَاوِلْهُ أُكْلَةً أَوْ أُكْلَتَيْنِ أَوْ لُقْمَةً أَوْ لُقْمَتَيْنِ فَإِنَّهُ وَلِيَ حَرَّهُ وَعِلَاجَهُ
"Jika pelayan salah seorang dari kalian datang kepadanya dengan membawa makanan, jika ia tidak mengajaknya duduk bersama, hendaklah ia mengambilkan untuknya satu atau dua porsi makanan, atau satu atau dua suapan. Sebab ia telah merasakan panas dan lelah (ketika memasaknya)." (Riwayat Muslim).
Kalau seorang non muslim memperlakukan pelayanannya dengan akhlak yang buruk, mungkin bisa kita katakan, itu hal yang tidak aneh, karena mungkin dalam agamanya tidak ada ajaran tentang hal itu. Namun kalau terjadi kepada seorang muslim, apalagi kepada orang yang sudah mengaji, maka ini perlu kembali belajar lagi ke bab tentang akhlak dan adab.
AFM
Komentar
Posting Komentar