Kaya Tetapi Miskin

KAYA TETAPI MISKIN


Ada seseorang memiliki harta yang banyak dan berlimpah ruah. Rumah dan vila yang megah, apartemen yang mewah, seabrek mobil yang wah, ruko yang mentereng, kontrakan yang berderet dan tanah yang tersebar dimana-mana. Uang tabungan yang ada di rumah dan di bank tidak terhingga. Surat dan barang berharga tidak terbilang. Dan harta benda yang lainnya yang begitu banyak.


Namun dia tidak merasakan nikmat dan lezatnya kekayaannya. Hatinya selalu terasa sempit. Resah gelisah, gundah gulana, cemas, takut dan kuatir selalu menghantui dirinya. Tidur tidak nyenyak, bahkan tidur pun susah.


Berkata Syaikh Al'Allamah Shalih Al Fauzan hafidzahullah :


" فكثير من الناس عنده الملايين والمليارات والأرصدة الضخمة ، ولكنه فقير القلب لا يجد لذة بأمواله " [شرح العبودية ( ١٤٢ )]


Maka banyak manusia yang memiliki jutaan, milyaran dan saldo yang sangat besar, akan tetapi hatinya miskin, dia tidak merasakan kelezatan dengan harta-hartanya. (Syarah Al Ubudiyyah hal 142).


Kekayaan yang sesungguhnya adalah kayanya hati. Lapang dan bahagianya jiwa. Ketenangan dan kedamaian apa yang di dalam dada.


Berkata Abu Dzar radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


يَا أَبَا ذَر، أَتَرَى كَثْرَةَ الْمَالِ هُوَ الْغِنَى؟ قُلْتُ : نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ : أَفَتَرَى قِلَّةِ الْمَالِ هُوَ الْفَقْرُ؟ قُلْتُ : نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ. قال : إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْبِ وَالْفَقْرُ فَقْرُ الْقَلْبِ


“Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang banyaknya harta merupakan kekayaan?”. Aku (Abu Dzar) berkata : “Iya Rasulullah”. Rasulullah berkata : “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta merupakan kemiskinan?”, Aku (Abu Dzar ) berkata, “Benar Rasulullah”. Rasulullahpun berkata : “Sesungguhnya kekayaan (yang hakiki) adalah kayanya hati, dan kemisikinan (yang hakiki) adalah miskinnya hati” (HR Ibnu Hiban dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam shahih At-Targiib wa At-Tarhiib no 827).


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ


“Bukanlah kekayaan dengan banyaknya harta benda, akan tetapi kekayaan yang haqiqi adalah kaya jiwa (hati)” (HR Al-Bukhari dan Muslim).


Kalau seseorang telah mencintai dunia dan senantiasa memburu pundi-pundi harta kekayaan dunia, maka kegalauan dan kesusahan akan menimpa dirinya, keletihan dan kecapaian akan terus mewarnai kehidupannya dan kesedihan dan kekecewaan yang tanpa akhir selalu menyertainya.


Berkata Ibnu Qayyim rahimahullah :


محب الدنيا لا ينفك من ثلاث:  هم لازم، وتعب دائم، وحسرة لا تنقضي، وذلك أن محبها لاينال منها شيئاً إلا طمحت نفسه إلى ما فوقه . ابن القيم إغاثة اللهفان 58/1


“Pecinta dunia itu tidak lepas dari tiga perkara :


- Kesusahan yang terus menerus


- Keletihan yang abadi


- Kesedihan yang tiada akhir.


Dan sesungguhnya pencinta dunia itu, tidaklah memperoleh sesuatu dari (pundi-pundi) dunia, kecuali nafsunya akan terus haus untuk mendapatkan yang lebih lagi. (IghotsatuLahafan 1/58)


Berkata Al-Hasan Al Bashri rohimahullaah :


إياكم وما شغل من الدنيا، فإن الدنيا كثيرة الأشغال، لا يفتح رجل على نفسه باب شغل إلا أوشك ذلك الباب أن يفتح عليه عشرة أبواب


“Janganlah kalian sibuk dengan urusan dunia, karena dunia itu sangatlah menyibukkan. Tidaklah seseorang membukakan satu pintu kesibukan untuk dirinya, melainkan akan terbuka baginya sepuluh pintu kesibukan lainnya.” (Hilyatul Auliyaa’, II/153).


AFM



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?