Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2023

RAMADHAN BERLALU, DOSA TIDAK DIAMPUNI

RAMADHAN BERLALU, DOSA TIDAK DIAMPUNI  Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengabarkan bagi orang yang berpuasa ramadhan dan shalat malam dengan penuh keimanan dan mengharapkan balasan dari Allah semata, diampuni dosanya yang telah lalu.  Ini kesempatan bagi para pendosa (semua orang adalah pendosa, kecuali Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam), untuk semaksimal mungkin beramal ibadah di bulan yang penuh kemuliaan ini.  Celaka sungguh celaka, bagi orang yang mendapati bulan Ramadhan, kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni.  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,  رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ أَوْ بَعُدَ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ “Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni (oleh Allah Subhanahu wa ta’ala).” (HR. Ahmad dan Al-Bukhari dalam al-Adabul mufrad. Hadits Shahih).  Berkata Qatadah rahimahullah,  من لم...

DZIKIR ATAU SHALAWATAN SECARA BERJAMA’AH DISETIAP SELESAI SALAM DALAM SHALAT TARAWIH

DZIKIR ATAU SHALAWATAN SECARA BERJAMA’AH DISETIAP SELESAI SALAM DALAM SHALAT TARAWIH  Sebagian masjid dalam shalat tarawih berjamaah, setiap selesai salam, melantunkan lafadz-lafadz dzikir atau shalawat tertentu dengan suara yang keras dan berjamaah. Perkara ini tidak dicontohkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Karena sesungguhnya lafadz-lafadz dzikir atau shalawat tersebut termasuk ibadah. Dan hukum asal ibadah itu dilarang kecuali dengan adanya dalil yang mewajibkan atau mensunnahkannya.  Berkata Syekh Muhammad Sholeh Munajjid hafizhahullah,  الأذكار من العبادات ، والأصل في العبادات المنع منها إلا بدليل يوجبها أو يستحبها ، ولا يجوز إحداث ذِكر مع عبادة ولا قبلها ولا بعدها ، وقد صلَّى النبي صلى الله عليه وسلم القيام مع أصحابه ليالي ، وصلَّى الصحابة أفراداً ومجتمعين ، في زمانه صلى الله عليه وسلم ، وبعد موته ، ولا يُعلم أنهم ذكروا الله تعالى بذِكرٍ معيَّن بعد كل تسليمة أو تسليمتين ، وعدم نقل العلماء لذكر جماعي بين ركعات التراويح عن الصحابة ومن بع...

APAKAH BENAR BUKA PUASA BERSAMA DI MASJID ITU BID'AH?

APAKAH BENAR BUKA PUASA BERSAMA DI MASJID ITU BID'AH?  Jika ada masjid mengumumkan ajakan untuk buka puasa bersama-sama di masjid, maka hal ini bukan perkara bid'ah.  Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya,  أعلن في أحد المساجد أنه يوجد إفطار لكل من يريد الصيام في كل يوم خميس فما حكم ذلك ؟ "Diumumkan dalam salah satu masjid bahwa di masjid tersebut disedikan makanan berbuka puasa bagi siapa yang ingin berpuasa pada setiap hari Kamis. Apa hukum hal tersebut?" Beliau menjawab,  هذا الإعلان لا بأس به ؛ لأنه إعلان فيه دعوة للخير وليس المقصود به بيعا ولا شراءً ، المحرم أن يعلن عن البيع وشراء أو تأجير واستئجار ، مما لم تبن المساجد من أجله وأما الدعوة إلى الخير وإطعام الطعام والصدقة فلا بأس به . وأمّا بالنسبة لكونه هل هو اجتماع غير مشروع على العبادة ، فإنهم في الحقيقة لم يعلنوا عن الصيام الجماعي ، وإنما أعلنوا عن الإفطار فقط فلا بأس به ، والله أعلم " انتهى . "Pengumuman seperti itu, tidak mengapa. Karena dia merupakan pengumuman ajakan kepada kebaikan, bukan bert...

BERPEGANG TEGUH DENGAN ISLAM DAN SUNNAH

BERPEGANG TEGUH DENGAN ISLAM DAN SUNNAH Seseorang yang telah diberi hidayah islam dan hidayah sunnah, hendaklah bersyukur kepada Allah Ta'ala dan istiqamah di atasnya.  Jika seseorang tidak mendapatkan hidayah islam, maka amal kebaikan apapun yang dia amalkan tidak akan diterima. Karena sesungguhnya amalan orang kafir itu sia-sia, bagaikan fatamorgana atau debu yang berterbangan. Allah Ta'ala berfirman,   وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا (النور : 39). Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun. Dan di dapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS. An Nur : 39). Dan Allah Ta’ala berfirman, مَثَلُ...

MALAS SHALAT BERJAMA’AH KE MASJID

MALAS SHALAT BERJAMA’AH KE MASJID  Salah satu faktor seseorang malas shalat berjamaah ke masjid, karena punya anggapan, bahwa hukumnya hanya sunnah saja. Kalau diamalkan dapat pahala, kalau tidak diamalkan tidak apa-apa.  Padahal kaum muslimin diperintahkan untuk berpegang teguh dengan AL-QURAN dan ASSUNNAH, barangsiapa yang meninggalkan keduanya atau salah satunya, maka akan tersesat.  Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,  إني قد تركت فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما كتاب الله وسنتي “Sesungguhnya aku telah tinggalkan untuk kalian dua perkara, yang kalian tidak akan tersesat setelahnya, yakni kitabullah dan sunnah ku." (HR.Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (1/172). Hadits Shahih dalam Shaih Al-jami’: 2937).  Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,  تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ “Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpega...

RUMAH DEKAT DARI MASJID

RUMAH DEKAT DARI MASJID Ada sebagian orang, rumahnya dekat dengan masjid, bahkan samping masjid, namun kakinya berat untuk melangkahkannya ke masjid untuk shalat berjamaah setiap waktu shalat.  Namun, kalau pergi ke kebun, ke ladang atau ke sawah, yang jauh dari rumahnya, jalannya jelek, licin dan berlumpur, mereka pun mampu menempuhnya.  Tidak sebagaimana para salaf terdahulu, mereka semangat menghadiri shalat berjamaah di masjid setiap lima waktu, sekalipun rumahnya jauh dari masjid.  Kenapa bisa demikian? Karena mereka memiliki keimanan yang kuat dan kokoh, dan mereka menyakini pahala yang besar, yang mereka dapatkan, untuk bekalnya dikehidupan akhirat yang kekal abadi.  Ubay bin Ka'ab radhiyallahu ‘anhu bercerita : "Ada seseorang dari golongan sahabat Anshar yang saya tidak mengetahui seseorang pun yang letak rumahnya LEBIH JAUH dari rumah orang itu dari masjid, tetapi ia tidak pernah terlambat shalat fardhu, ia mesti shalat berjamaah. Kepadanya dikatakan:  ...

SUDUT PANDANG YANG BERBEDA

SUDUT PANDANG YANG BERBEDA  Ada sebuah ayat dalam alquran, jika dibaca oleh orang yang tidak pernah belajar nahwu, tidak akan dipersoalkan, mau dibaca qoblu dan ba'du, mau dibaca qobla dan ba'da atau dibaca qobli dan ba'di, bagi dia tidak masalah dan tidak peduli, karena memang dia tidak tahu. Kalau ada yang membodohinya, dia tidak akan merasa dibodohi, diantaranya ayat berikut ini,  Allah Ta'ala berfirman,  لِلَّهِ الأمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). (Ar-Rum: 4). Berbeda dengan orang yang baru belajar nahwu, dia akan segera angkat bicara dan menyalahkan. Dia pun akan berkata, "Itu salah cara membacanya, karena setelah huruf jer min, mesti majrur, dibacanya harusnya qobli dan ba'di. Bukan dibaca qoblu dan ba'du."  Dan sebaliknya bagi orang yang mendalami ilmu nahwu, akan mengerti dan faham, kenapa ayat di atas dibaca qoblu dan ba'du padahal sebelumnya ada huruf jer min.  Pelajaran apa yang bi...

MENENTUKAN HARI KAJIAN BID'AH?

MENENTUKAN HARI KAJIAN BID'AH?  Ketika sebagian orang diperingatkan untuk tidak mengkhusukan waktu tertentu di dalam beribadah, yang syariat tidak mengkhususkannya, mereka pun membantah, mengelak dan menyerang balik, "Kalian juga mengkhususkan hari tertentu untuk kajian atau daurah, itu bid'ah!"  Untuk kajian, ceramah atau daurah di hari tertentu, itu bukan perkara bid'ah, karena hal tersebut mempertimbangkan perkara kesempatan dan waktu bagi pengisi ceramah atau para jamaah. Dan juga menentukan waktu kajian, ceramah atau daurah ada dalil-dalil yang khusus yang menjelaskan tentang perkara ini.  Abu Said Al-Khudri radhiyallahu anhu berkata,  جاءت امرأة إلى رسول الله صلى الله عليه وسلّم فقالت : يا رسول الله ! ذهب الرجال بحديثك، فاجعل لنا من نفسك يوماً نأتيك فيه تعلّمنا ممّا علّمك الله، فقال : ” اجتمعن في يوم كذا وكذا في مكان كذا “، فاجتمعن، فأتاهنّ فعلّمهنّ ممّا علّمه الله . Datang seorang wanita kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata ; Wahai Rasu...

ORANG YANG PALING LANCANG BERFATWA

ORANG YANG PALING LANCANG BERFATWA  Orang yang berfatwa, mesti seorang 'alim yang memiliki ilmu yang luas. Orang yang paling menguasai alquran, as sunnah dan pemahaman yang benar atas keduanya.  Kalau orang berfatwa tanpa ilmu, maka dia memposisikan dirinya sejajar dengan Allah Ta'ala.  Berkata Syekh Utsaimin rahimahullah, من أفتى بغير علم فقد وضع نفسه شريكا مع الله عز وجل في تشريع الأحكام Orang yang berfatwa dengan tanpa ilmu, maka sungguh dia telah menempatkan dirinya parner dengan Allah 'Azza wa Jalla didalam menerangkan hukum-hukum. (Fatawa Nur Ala Darbi).   Biasanya orang yang paling berani berfatwa adalah orang yang ilmunya masih sedikit, yang belum banyak mengetahui perbedaan pendapat para ulama. Sedangkan orang yang wawasan dan ilmunya luas serta banyak tahu tentang perbedaan pendapat ulama, dia akan menahan diri untuk tidak mudah berfatwa.  Berkata Ayyub al-Sikhtiyani rahimahullah,  أجسر الناس على الْفتيا أقلهم علما باخْتلاف الْعلماء، وأمْسك الناس ...

TEGAKKAN HUJJAH TERLEBIH DAHULU

TEGAKKAN HUJJAH TERLEBIH DAHULU Banyak dalil dalam alquran dan assunnah berupa ancaman-ancaman. Seperti yang berbuat demikian dikatakan kafir, fasik dan yang lainnya. Dan ini berlaku secara umum, tidak tunjuk hidung, bahwa kamu kafir, fasik dan yang lainnya. Karena hal ini memerlukan syarat-syarat dan tegaknya hujjah terlebih dahulu. Jangan sampai seseorang tersebut melakukannya karena kebodohan atau ketidaktahuannya.  Berkata Imam Syafii rahimahullah tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah yang ditetapkan dalam alquran dan assunnah,  "فإنْ خالف بعد ذلك بعد ثبوت الحجة عليه، فهو كافر، فأمَّا قبْل ثبوت الحجة عليه، فمعذور بالجهل. مختصر العلو" ص 177 Maka jika menyelisihi yang demikian itu setelah ditetapkan hujjah atasnya, maka dia kafir. Maka adapun sebelum ditetapkan hujjah atasnya, maka diberi udzur karena kebodohan. Mukhtashor Al Uluw 117. Sumber  : http://iswy.co/e1570k Berkata asy-Syaikh Sulaiman bin Samhaan rahimahumullah , ومسألة تَكْفِيرِ المُعَيَّن مس...

ZIARAH KUBUR MENJELANG RAMADHAN

ZIARAH KUBUR MENJELANG RAMADHAN  Ada sebagian orang mengkhususkan ziarah kubur sehari atau dua hari sebelum ramadhan dan ada juga ketika setelah shalat id.  Mereka berdalih bolehnya mengkhususkan ziarah kubur sebelum ramadhan atau ketika hari raya atau mengkhususkan waktu dan hari tertentu untuk melakukan ibadah, berdasarkan hadits dan penjelasan ulama tentang hadits tersebut.  Berkata Abdullah Bin Umar radhiallahu anhu,  كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِي مَسْجِدَ قُبَاءٍ كُلَّ سَبْتٍ مَاشِيًا وَرَاكِبًا Dahulu Nabi shallallahu alaihi wa sallam datang ke masjid Kuba’ pada setiap hari Sabtu, baik dengan berkendaraan ataupun berjalan kaki. (Riwayat Bukhari).  Berkata Ibnu Hajar rahimahullah,  وفي هذا الحديث على اختلاف طرقه دلالة على جواز تخصيص بعض الأيام ببعض الأعمال الصالحه والمداومه على ذلك وفيه أن النهي عن شد الرحال لغير المساجد الثلاثه ليس على التحريم Hadis ini, dengan jalur-jalurnya yang berbeda, mengandung dalil bolehnya menentu...

IMAM AHMAD MEMBOLEHKAN MEMBACA AL-QURAN DI KUBURAN?

IMAM AHMAD MEMBOLEHKAN MEMBACA AL-QURAN DI KUBURAN?  Ada suatu riwayat tentang rujuknya Imam Ahmad rahimahullah yang semula melarang membaca alquran di kuburan, kemudian membolehkan, yang dijadikan sebagai dalih pembenaran bolehnya membaca alquran di kuburan.  Kisah ini disebutkan oleh  Abu Bakar al-Khallal dalam Kitab al-Amru bil Ma’ruf wan Nahyu anil Munkar. Beliau berkata:  وأخبرني الحسن بن أحمد الوارق ، قال : حدثني علي بن موسى الحداد ، وكان صدوقا ، وكان ابن حماد المقريء يرشد إليه ، فأخبرني قال : كنت مع أحمد بن حنبل ، ومحمد بن قدامة الجوهري في جنازة ، فلما دفن الميت جلس رجل ضرير يقرأ عند القبر ، فقال له أحمد : يا هذا إن القراءة عند القبر بدعة ، فلما خرجنا من المقابر محمد بن قدامة لأحمد بن حنبل : يا أبا عبد الله ، ما تقول في مبشر الحلبي ؟ قال : ثقة ، قال : كتبت عنه شيئا ؟ قلت : نعم ، قال : فأخبرني مبشر ، عن عبد الرحمن بن العلاء بن اللجلاج ، عن أبيه أنه « أوصى إذا دفن أن يقرأ عند رأسه بفاتحة البقرة ، وخاتمتها ، وقال : سمعت ابن عمر يوصي بذلك ، فقال أحمد : ارجع فقل لل...

PENDAPAT WAHABI, LAKI-LAKI DEWASA BOLEH NENEN IBU ANGKATNYA SUPAYA MENJADI MAHRAM?

PENDAPAT WAHABI, LAKI-LAKI DEWASA BOLEH NENEN IBU ANGKATNYA SUPAYA MENJADI MAHRAM?  Fitnah, tuduhan dan hoax ahlul bid'ah, bahwa ahlussunnah (yang mereka gelari wahabi), membolehkan laki-laki dewasa NENEN ibu angkatnya supaya menjadi mahram.  Padahal perkara ini, sudah ada ikhtilaf para ulama sejak dahulu. Terjadinya perbedaan pendapat karena adanya dalil yang shahih yang mereka pegang.  PENDAPAT PERTAMA, ini pendapat Aisyah radhiyallahu anha dan madzhab zhohiri, mereka berpendapat, seseorang bisa menjadi mahram ibu angkatnya, dengan cara menyusui ibu angkatnya sekalipun sudah dewasa, dalilnya berikut ini.  Berkata Aisyah radhiyallahu anha,  جَاءَتْ سَهْلَةُ بِنْتُ سُهَيْلٍ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى أَرَى فِى وَجْهِ أَبِى حُذَيْفَةَ مِنْ دُخُولِ سَالِمٍ – وَهُوَ حَلِيفُهُ. فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « أَرْضِعِيهِ ». قَالَتْ وَكَيْفَ أُرْضِعُهُ وَهُوَ رَجُلٌ كَبِيرٌ فَتَبَسَّمَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الل...