MENGIKUTI AKAL DAN PERASAAN AKAN TENGGELAM
MENGIKUTI AKAL DAN PERASAAN AKAN TENGGELAM
Ahlul BID'AH itu, beragama mereka hanya mengikuti hawa nafsunya, perasaannya dan akalnya. Kalau sesuai dengan hawa nafsunya, akalnya dan perasaannya, maka mereka ikuti, jika tidak, maka mereka tidak mengikuti.
Mereka mengira bahwasanya mereka di atas petunjuk, padahal mereka manusia yang paling sesat. Dan mereka akan TENGGELAM dalam kegelapan lautan hawa nafsu dan bid’ah.
Mereka mengira bahwasanya mereka di atas petunjuk, padahal mereka manusia yang paling sesat. Dan mereka akan TENGGELAM dalam kegelapan lautan hawa nafsu dan bid’ah.
َونَادَى نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ ﴿ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الكَافِرِينَ ﻗَﺎﻝَ ﺳَﺂﻭِﻱ ﺇِﻟَﻰٰ ﺟَﺒَﻞٍ ﻳَﻌْﺼِﻤُﻨِﻲ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ. [ ﻫــﺬﺍ ﻋﻘــﻞ ]
Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir”.
Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” (Ini adalah akal).
Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” (Ini adalah akal).
ﻗَﺎﻝَ ﻟَﺎﻋَﺎﺻِﻢَ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﻣِﻦْ ﺃَﻣْﺮِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﻦ ﺭَّﺣِيم.[ﻫـــﺬﺍ وحي]
Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang”. (Ini adalah wahyu).
ﻭَﺣَﺎﻝَ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻤَﺎ ﺍﻟْﻤَﻮْﺝُ ﻓَﻜَﺎﻥَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﻐْﺮَﻗِﻴﻦَ.[ﻫـــﺬﻩ ﺍلنتيجـة ]
Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (Ini adalah hasil akhirnya).
فكل ﻣـﻦ ﻗـﺪّﻡ ﻋﻘﻠـﻪ ﻋﻠﻰ ﻧﺼـﻮﺹ
.
Maka setiap orang yang mendahulukan akalnya atas dalil al-Quran dan As Sunnah yang shohih niscaya ia akan TENGGELAM dalam kegelapan lautan hawa nafsu dan bid’ah. Barangsiapa yang terbiasa membenturkan syariat dengan akalnya, sungguh keimanan tidak akan tertancap dalam hatinya.” (Dar’ut Ta’arudl Al-Aql Wan Naql : 1/187).
Maka setiap orang yang mendahulukan akalnya atas dalil al-Quran dan As Sunnah yang shohih niscaya ia akan TENGGELAM dalam kegelapan lautan hawa nafsu dan bid’ah. Barangsiapa yang terbiasa membenturkan syariat dengan akalnya, sungguh keimanan tidak akan tertancap dalam hatinya.” (Dar’ut Ta’arudl Al-Aql Wan Naql : 1/187).
Berkata Al Imam Asy Syathibiy rahimahullah,
المبتدع قدم هوى نفسه على هدى ربه، فكان أضل الناس وهو يظن أنه على هدى. (الاعتصام : ٦٨)
Mubtadi itu mendahulukan hawa nafsunya atas petunjuk Rabbnya, maka dia menjadi manusia yang paling sesat, walaupun dia mengira bahwa dirinya diatas petunjuk (kebenaran). (Al I'tisham : 68).
Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah,
ولو أن الإنسان فيما يتقرب به إلى الله اتبع ذوقه أو اتبع رأيه لأصبح بلا دين؛ لأنه إنما يتبع هواه.
"Seandainya seseorang ketika beribadah mengikuti perasaannya atau mengikuti pendapatnya, niscaya dia tidak terikat lagi dengan agama, karena dia hanyalah mengikuti hawa nafsunya." (Al-Liqa'us Syahry, no. 40).
Berkata Syeikh Al-Albani rahimahullah,
الدين ليس بالعقل ولا بالعاطفة إنما بإتباع أحكام الله في كتابه وأحكام رسوله في سنته وفي حديثة (سلسلة الهدي والنور٥٣٠).
Agama itu bukan dengan akal dan bukan dengan perasaan, akan tetapi dengan mengikuti hukum-hukum Allah di dalam kitab-Nya, dan hukum-hukum rasul-Nya di dalam sunnahnya, dan di dalam haditsnya. (Kaset Silsilah Al Huda Wannur No 530).
Oleh karena itu, di dalam beragama, selain ikhlas karena Allah, mesti mengikuti sunnah, inilah yang akan selamat sampai tujuan, ridhanya Allah Ta'ala dan surgaNya.
Berkata Imam Malik rahimahullah :
السنّة سفينة نوح من ركبها نجا ، ومن تخلف عنها غرق. الفتاوى ٥٧/٤
As Sunnah itu bagaikan perahu Nabi Nuh. Barangsiapa yang menaikinya, ia akan selamat. Barangsiapa yang tertinggal, ia akan tenggelam. (Al Fatawa (4/57).
AFM
Copas dari berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar