MENAMPAR WAJAH
MENAMPAR WAJAH
Seorang guru boleh memukul muridnya, seorang ayah boleh memukul anaknya dan seorang suami boleh memukul isterinya yang membangkang dalam rangka mendidiknya dan memperingatkannya.
Berkata Syekh Shaleh Al Fauzan hafidzahullah :
" الضّرب وسيلة من وسائل التربية ، فللمعلِّم أن يضرب ، وللمؤدِّب أن يضرب ، ولولّي الأمر أن يضرب تأديباً وتعزيراً ، وللزوج أن يضرب زوجته على النشور . لكن يكون بحدود ، لا يكون ضرباً مبرحاً يشقّ الجلْد أو يكسرُ العظم ، وإنّما يكون بقدر الحاجة " انتهى ملخصا . "إغاثة المستفيد بشرح كتاب التوحيد" (282- 284)
"Pukulan merupakan salah satu sarana pendidikan. Sorang guru boleh memukul, seorang pendidik boleh memukul, orang tua juga boleh memukul sebagai bentuk pengajaran dan peringatan. Seorang suami juga boleh memukul isterinya apabila dia membangkang. Akan tetapi hendaknya memiliki batasan. Misalnya tidak boleh memukul yang melukai yang dapat membuat kulit lecet atau mematahkan tulang. Cukup pukulan seperlunya." Selesai dengan diringkas.(Ighatsatul Mustafid Bi Syarh Kitab Tauhid, 282-284).
Akan tetapi pukulan tersebut tidak boleh sampai melukai dan diarahkan ke wajah. Haram hukumnya memukul wajah. Hendaklah memukul bagian yang lain yang tidak membahayakannya.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَاضْرِبُوهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ
“Dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. (Riwayat Muslim)
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا ضَرَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَّقِ اَلْوَجْهَ. مُتَّفَقٌ عَلَيْه
“Apabila salah seorang di antara kamu memukul, hendaknya ia menghindari (memukul) wajah.” Riwayat Bukhari Muslim.
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
إذا قاتل أحدكم أخاه فليجتنب الوجه
Jika kalian saling berkelahi dengan saudaranya, maka hendaklah menjauhi wajah (tidak memukul wajah). Riwayat Muslim.
Disebutkan dalam kitab Al-‘Aunu Al-Ma’bud ketika menjelaskan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ...
“Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun...Riwayat Abu Daud - Hadits Shahih.
قال العلقمي إنما أمر بالضرب لعشر لأنه حد يتحمل فيه الضرب غالبا والمراد بالضرب ضربا غير مبرح وأن يتقي الوجه في الضرب (عون المعبود (2/ 114)
“Al-‘Alqami berkata , ‘Perintah memukul pada usia 10 tahun itu adalah karena usia tersebut adalah batasan dimana mereka secara umum sudah sanggup menanggung pukulan. Yang dimaksud dengan pukulan adalah pukulan yang tidak menyakitkan dan menghindari wajah saat memukul” (‘Aunu Al-Ma’bud, juz 2 hlm 114)
Berkata Syaikh Utsaimin rahimahullah :
لا يضرب ضرباً مبرحاً ، ولا يضرب على الوجه مثلاً ، ولا على المحل القاتل ، وإنما يضرب على الظهر أو الكتف أو ما أشبه ذلك مما لا يكون سبباً في هلاكه . والضرب على الوجه له خطره ؛ لأن الوجه أعلى ما يكون للإنسان وأكرم ما يكون على الإنسان ، وإذا ضرب عليه أصابه من الذل والهوان أكثر مما لو ضرب على ظهره ، ولهذا نهي عن الضرب على الوجه. انتهى "فتاوى نور على الدرب" (13/2)
"Tidak boleh dipukul dengan pukulan melukai, juga tidak boleh memukul wajah atau di bagian yang dapat mematikan.Hendaknya dipukul di bagian punggung atau pundak atau semacamnya yang tidak membahayakannya. Memukul wajah mengandung bahaya, karena wajah merupakan bagian teratas dari tubuh manusia dan paling mulia. Jika dipukul bagian wajah, maka sang anak merasa terhinakan melebihi jika dipukul di bagian punggung. Karena itu, memukul wajah dilarang." Fatawa Nurun ala Darb (13/2)
Maka sungguh sangat mengherankan jika ada seorang muslim, justru menjadikan memukul wajah sebagai olah raga dan mata pencahariannya. Seperti menjadi petinju, ikut lomba tampar wajah dan yang lainnya.
AFM
Copas dari berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar