AHLUSSUNNAH DAN AHLUL BID'AH TIDAK AKAN KETEMU
AHLUSSUNNAH DAN AHLUL BID'AH TIDAK AKAN KETEMU
"Mas, itu amalan tidak ada syariatnya, tidak ada dalil perintahnya!!!" "Iya, tidak ada syariat dan dalil perintahnya, tapi kan juga tidak ada larangannya!!!"
اَلْأَصْلَ فِي اَلْعِبَادَةِ اَلتَّوَقُّف
Pokok (dasar) di dalam ibadah itu tawaqquf (berhenti sampai adanya dalil). (Fathul Bari (5: 43)).
Sedangkan pokok (dasar) adat-adat (urusan non ibadah) itu, padanya dimaafkan, maka tidak terlarang, kecuali apa-apa yang Dia mengharamkanya dan jika tidak maka termasuk dalam firman Allah, “Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal” (QS. Yunus: 59).
فالأصل في العبادات ألا يشرع منها إلا ما شرعه الله، والأصل في العادات لا يحظر منها إلا ما حظره الله" .مجموع الفتاوى (29/ 17).
Seorang salaf mengatakan,
الأَصْلُ فِي الْعِبَادَاتِ المَنْعُ إِلاَّ لِنَصٍّ وَفي الْعَادَاتِِ الإِبَاحَةُ إِلاَّ لِنَصٍّ
Pokok (dasar) ibadah-ibadah itu terlarang kecuali kalau ada nash (dalil) yang membolehkannya. Adapun hukum asal adat-adat (non ibadah) itu adalah diperbolehkan kecuali kalau ada nash yang melarangnya.”
Berkata Syekh Al Albani rahimahullah tentang perkataan salaf di atas,
احفظ هذا فانه هام جدا
Hafalkan ini, maka sesungguhnya ini sangat penting sekali. (Attawassul wa Anwa'uhu wa Ahkamuhu hal 30).
Ahlussunnah itu, selamanya tidak akan ketemu dengan ahlul bid'ah di dalam perkara menilai suatu amal ibadah. Ahlussunnah beribadah dengan apa-apa yang telah disyariatkan. Apa-apa yang ditetapkan syariat, mereka amalkan. Dan apa-apa yang tidak diperintahkan, tidak dikerjakan.
Ahlussunnah mengikuti kaidah para ulama tentang perkara ibadah dan non ibadah, bahwa perkara ibadah itu terlarang atau diharamkan, kecuali apa-apa yang telah disyariatkan, sedangkan perkara non ibadah, perkara adat atau perkara dunia, itu boleh, apa saja tidak terlarang untuk dikerja, boleh berkreasi, boleh berinovasi, boleh memodifikasi, selama tidak ada larangan.
Berbeda dengan ahlul bid'ah, mereka beribadah selama tidak ada larangan, mereka kerjakan. Mereka terus berkreasi, berinovasi dan membuat perkara baru di dalam beribadah. Mereka begitu kreatif memodifikasi di dalam ritual-ritual ibadah dengan dasar bahwa semua ritual ibadah itu tidak ada larangannya.
Berkata Ibnu Hajar (ulama Asy Syafi’iyyah) rahimahullah,
اَلْأَصْلَ فِي اَلْعِبَادَةِ اَلتَّوَقُّف
Pokok (dasar) di dalam ibadah itu tawaqquf (berhenti sampai adanya dalil). (Fathul Bari (5: 43)).
Berkata Ibnu Taimiyah rahimahullah,
إنَّ الْأَصْلَ فِي الْعِبَادَاتِ التَّوْقِيفُ فَلَا يُشْرَعُ مِنْهَا إلَّا مَا شَرَعَهُ اللَّهُ تَعَالَى . وَإِلَّا دَخَلْنَا فِي مَعْنَى قَوْلِهِ : { أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ } .
Sesungguhnya pokok (dasar) ibadah-ibadah itu tawqifiyah (berhenti sampai adanya dalil). Maka tidak disyariatkan darinya kecuali apa-apa yang Allah Ta'ala mensyariatkannya. Dan jika tidak, maka termasuk dalam firman Allah, “Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. Asy Syura: 21).
وَالْعَادَاتُ الْأَصْلُ فِيهَا الْعَفْوُ فَلَا يَحْظُرُ مِنْهَا إلَّا مَا حَرَّمَهُ وَإِلَّا دَخَلْنَا فِي مَعْنَى قَوْلِهِ : { قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ رِزْقٍ فَجَعَلْتُمْ مِنْهُ حَرَامًا وَحَلَالًا }
Sedangkan pokok (dasar) adat-adat (urusan non ibadah) itu, padanya dimaafkan, maka tidak terlarang, kecuali apa-apa yang Dia mengharamkanya dan jika tidak maka termasuk dalam firman Allah, “Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal” (QS. Yunus: 59).
وَلِهَذَا ذَمَّ اللَّهُ الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ شَرَعُوا مِنْ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَحَرَّمُوا مَا لَمْ يُحَرِّمْهُ
Oleh karena itu, Allah mencela orang-orang musyrik, mereka membuat syari’at di dalam agama, apa-apa yang tidak diizinkan Allah dengannya dan mereka mengharamkan apa-apa yang yang tidak Dia haramkan padanya. (Majmu’ Al Fatawa, 29: 1
Beliau juga mengatakan,
فالأصل في العبادات ألا يشرع منها إلا ما شرعه الله، والأصل في العادات لا يحظر منها إلا ما حظره الله" .مجموع الفتاوى (29/ 17).
Pokok (dasar) di dalam ibadah-ibadah tidak disyariatkan darinya, kecuali apa-apa yang Allah telah mensyariatkannya. Dan pokok (dasar) di dalam adat-adat (non ibadah) tidak terlarang darinya kecuali apa-apa yang Allah melarangnya. (Majmu Fatawa 17/29).
Berkata Ibnu Qoyyim rahimahullah,
فَالْأَصْلُ فِي الْعِبَادَاتِ الْبُطْلَانُ حَتَّى يَقُومَ دَلِيلٌ عَلَى الْأَمْرِ، وَالْأَصْلُ فِي الْعُقُودِ وَالْمُعَامَلَاتِ الصِّحَّةُ حَتَّى يَقُومَ دَلِيلٌ عَلَى الْبُطْلَانِ وَالتَّحْرِيمِ.
Maka pokok (dasar) ibadah-ibadah itu adalah batil, sampai terdapat perintah (yang disyariatkan). Sedangkan pokok (dasar) berbagai akad dan muamalah adalah sah (boleh), sampai terdapat dalil bahwa perkara tersebut adalah batil dan diharamkan.
وَالْفَرْقُ بَيْنَهُمَا أَنَّ اللَّهَ – سُبْحَانَهُ – لَا يُعْبَدُ إلَّا بِمَا شَرَعَهُ عَلَى أَلْسِنَةِ رُسُلِهِ، فَإِنَّ الْعِبَادَةَ حَقُّهُ عَلَى عِبَادِهِ، وَحَقُّهُ الَّذِي أَحَقَّهُ هُوَ وَرَضِيَ بِهِ وَشَرَعَهُ، وَأَمَّا الْعُقُودُ وَالشُّرُوطُ وَالْمُعَامَلَاتُ فَهِيَ عَفْوٌ حَتَّى يُحَرِّمَهَا
Perbedaan keduanya adalah karena Allah Ta’ala tidaklah disembah kecuali dengan syariat-Nya yang disampaikan melalui lisan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena ibadah adalah hak Allah atas hamba-Nya, hak yang telah Allah Ta’ala tetapkan, Allah ridhai, dan Allah syariatkan. Adapun berbagai jenis akad, persyaratan (dalam akad) dan muamalah, itu pada asalnya dimaafkan (diperbolehkan), sampai (ada dalil) diharamkannya.“ (I’laamul Muwaaqi’in, 1/259).
Seorang salaf mengatakan,
الأَصْلُ فِي الْعِبَادَاتِ المَنْعُ إِلاَّ لِنَصٍّ وَفي الْعَادَاتِِ الإِبَاحَةُ إِلاَّ لِنَصٍّ
Pokok (dasar) ibadah-ibadah itu terlarang kecuali kalau ada nash (dalil) yang membolehkannya. Adapun hukum asal adat-adat (non ibadah) itu adalah diperbolehkan kecuali kalau ada nash yang melarangnya.”
Berkata Syekh Al Albani rahimahullah tentang perkataan salaf di atas,
احفظ هذا فانه هام جدا
Hafalkan ini, maka sesungguhnya ini sangat penting sekali. (Attawassul wa Anwa'uhu wa Ahkamuhu hal 30).
AFM
Copas dari berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar