SAMPAI AJAL MENJEMPUT

SAMPAI AJAL MENJEMPUT


Mendakwahkan islam dan sunnah kepada keluarga atau orang lain, mesti sabar dan terus menerus sampai ajal menjemput, atau yang didakwahi meninggal dunia terlebih dahulu. 

Lihatlah bagaimana kisah Nabi Ibrahim alaihi salam yang mendakwahi bapaknya, sampai bapaknya meninggal dunia, walaupun bapaknya tetap memilih kekafiran. 

Allah Ta'ala berfirman, 

وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ

Permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. (QS. at-Taubah: 114). 

Pamannya Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Abu Thalib, sampai menjelang mati dipangkuannya Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Beliau terus mendakwahi pamannya untuk mengucapkan kalimat syahadat. Namun sampai ajalnya menjemput, pamannya tidak mau mengucapkan syahadat. 

Berkata Abu Hurairah radhiyallahu anhu, 

لَمَّا حَضَرَتْ وفاةُ أَبِي طَالِبٍ أَتَاهُ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "يَا عَمَّاهُ، قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ لَكَ بِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ". فَقَالَ: لَوْلَا أَنْ تُعَيّرني بِهَا قُرَيْشٌ، يَقُولُونَ: مَا حَمَلَهُ عَلَيْهِ إِلَّا جَزَع الْمَوْتِ، لأقرَرْتُ بِهَا عينَك، لَا أَقُولُهَا إِلَّا لأقرَّ بِهَا عَيْنَكَ. فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ}

Ketika Abu Talib menjelang ajalnya, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam datang kepadanya, lalu bersabda: Wahai paman(ku), ucapkanlah, "LAA ILAAHA ILLALLOHU," maka aku akan membelamu dengannya kelak di hari kiamat. Abu Talib menjawab (dengan bahasa diplomasi), "Seandainya aku tidak merasa khawatir nanti akan dicela oleh orang-orang Quraisy karena kalimat tersebut, yang akan ditanggapi oleh mereka, bahwa tiada yang mendorongku mengatakannya melainkan karena takut mati, tentulah aku akan membuat hatimu senang, padahal aku tidak mengatakannya melainkan hanyalah untuk membuat hatimu senang." Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Al-Qashash: 56). (Riwayat Bukhari). 

Begitu pula Nabi Nuh alaihi salam, terus mendakwahi anak isterinya, sampai ketika air mau menenggelamkannya, tetap saja mereka dipanggil untuk naik ke perahu. Sampai anaknya tenggelam dalam keadaan kafir. 

Allah Ta'ala berfirman, 

{وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ (41) وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ (42) قَالَ سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلا مَنْ رَحِمَ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ (43) }

Dan Nuh berkata, "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya.” Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedangkan anak itu berada di tempat yang jauh terpencil, "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Anaknya menjawab, "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata, " Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang.” Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (Surah Hud 41-43).

Kisah-kisah diatas menunjukkan, bahwa dakwah itu sampai mati atau yang didakwahi mati terlebih dahulu. Dan juga menjadi pelajaran, bahwasannya hidayah taufiq itu haq prerogatif Allah Ta'ala. Sekelas Nabi dan Rasul pun tidak bisa memberikannya. Allah Ta'ala memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. 

Allah Ta'ala berfirman, 

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Al-Qashash: 56). 

Ada orang yang mendapatkan hidayah, padahal lingkungan keluarga dan masyarakatnya, secara akal kemungkinan besar tidak akan mendapatkan hidayah. Dan sebaliknya lingkungan keluarga dan masyarakatnya memungkinkan untuk mendapatkan hidayah, namun kenyataannya, tidak mendapatkan hidayah. 

Seseorang berkata, 

نادى نوح في الحيوانات مرة فركبت السفينة ،
وقضى 950 سنة ينادي البشر فاختاروا الغرق ،
غريزة سليمة أفضل من عقل مريض .

Nabi Nuh memanggil seluruh binatang, hanya sekali panggil lalu binatang-binatang itu langsung naik ke atas bahtera. 

Sementara itu selama 950 tahun ia menyeru manusia tetapi mereka lebih memilih tenggelam. 

Karena itu, naluri yang sehat lebih baik dari akal yang sakit.

قرر ابن نوح عليه السلام أن لا يتغير وهو في بيت أكبر داعية 

Anak Nabi Nuh memutuskan untuk tidak berubah, padahal dia tinggal di rumah seorang dai terbesar. 

وقررت امرأة فرعون أن تتغير وهي في بيت أكبر طاغية 

Sedangkan permaisuri Firaun memutuskan untuk berubah, sekalipun dia tinggal di rumah seorang tiran terbesar.

لاتتعذر بالظروف فـأنت من تختار طريقك .

Janganlah kamu beralasan dengan situasi dan keadaan karena kamu sendirilah yang memilih jalanmu. Sumber : https://majles.alukah.net/t190137/

AFM 

Copas dari berbagai sumber 



 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?