MANUSIA MEMBUAT KERUSAKAN DI MUKA BUMI
MANUSIA MEMBUAT KERUSAKAN DI MUKA BUMI
Sebagian orang memahami, bahwa ayat-ayat tentang manusia yang membuat kerusakan di muka bumi adalah merusak alam. Mengeksploitasi berlebihan terhadap alam dengan memanfaatkan alam sebagai lahan industri seperti menebang pohon secara besar-besaran. Pencemaran udara dan air dari limbah industri, menyebabkan air menjadi kotor menghitam dan berbau. Menyebabkan banyaknya satwa air yang mati. Dan lain sebagainya dari kerusakan-kerusakan alam lainnya.
Diantara ayat-ayat yang dimaksud berikut ini,
Allah Ta'ala berfirman,
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11) أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ (12) }
Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi:" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak menyadarinya. (Surah Albaqarah 11-12).
Dan Allah Ta'ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Surah Albaqarah 30).
Dan Allah Ta'ala berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Surah Ar Ruum: 41).
Padahal kata ulama, maksud dari ayat-ayat di atas tentang manusia membuat kerusakan di muka bumi adalah berbuat kekufuran, maksiat dan durhaka kepada Allah Ta’ala.
Disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir,
"أما لا تفسدوا في الأرض ، قال : الفساد هو الكفر ، والعمل بالمعصية"
Sedangkan yang dimaksud dengan kerusakan di muka bumi ialah melakukan kekufuran dan perbuatan maksiat. (Tafsir Ibnu Katsir).
Dan disebutkan dalam tafsir As Sa’di,
Para malaikat alaihimussalam berkata,
(أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا) بالمعاصي ( وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ )
(Apakah Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya) dengan kemaksiatan-kemaksiatan (dan menumpahkan darah?). (Tafsir As Sa’di).
Berkata Ibnu Katsir rahimahullahu ketika menafsirkan ayat,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Ar-Rum: 41).
"أي: بان النقص في الثمار والزروع بسبب المعاصي .
وقال أبو العالية : من عصى الله في الأرض فقد أفسد في الأرض; لأن صلاح الأرض والسماء بالطاعة"
Yaitu dengan berkurangnya hasil tanam-tanaman dan buah-buahan karena banyak perbuatan maksiat yang dikerjakan oleh para penghuninya.
Abul Aliyah mengatakan bahwa barang siapa yang berbuat durhaka kepada Allah di bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di bumi, karena terpeliharanya kelestarian bumi dan langit adalah dengan ketaatan. (Tafsir Ibnu Katsir).
Berkata Abu Ja'far rahimahullah,
عن الربيع بن أنس ، عن أبي العالية ، في قوله تعالى : {وإذا قيل لهم لا تفسدوا في الأرض} قال : يعني : لا تعصوا في الأرض ، وكان فسادهم ذلك معصية الله ؛ لأنه من عصى الله في الأرض أو أمر بمعصية الله فقد أفسد في الأرض ؛ لأن صلاح الأرض والسماء بالطاعة ."
Dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah sehubungan dengan firman-Nya, (Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi") - dia berkata bahwa maknanya adalah: janganlah kalian berbuat maksiat di bumi, dan kerusakan yang mereka perbuat itu adalah perbuatan maksiat kepada Allah; karena siapa saja yang berbuat maksiat kepada Allah di bumi atau memerintahkan untuk berbuat maksiat kepada Allah, maka dia telah berbuat kerusakan di bumi; karena melakukan perbaikan kepada bumi dan langit itu dilakukan dengan melakukan ketaatan." (Tafsir Ibnu Katsir).
Oleh karena itu, turunnya bencana, malapetaka dan musibah yang menimpa manusia, itu akibat manusia telah banyak berbuat kekufuran, maksiat dan durhaka kepada Allah Ta’ala.
AFM
Komentar
Posting Komentar