MENOLAK MENJADI PRESIDEN
MENOLAK MENJADI PRESIDEN
Ketika Soekarno lengser, Muhammad Hatta diminta kesediaannya untuk menjadi presiden, namun beliau menolak. Karena Hatta menolak, pilihan kedua jatuh pada A.H Nasution. A.H Nasution pun menolak. Terakhir pilihan jatuh kepada Soeharto, dan saat Soeharto ditawari, dia pun menolaknya. Soeharto berkata "Saya tidak pantas jadi presiden, yang pantas Bung Karno, asal mau membubarkan PKI."
Keras kepalanya Soeharto yang tidak mau menjadi presiden sampai ke A.H Nasution, karena jika Soeharto menolak pastinya dia yang dijadikan Presiden, tekanan-tekanan politik bagi kedua orang ini begitu besar saat itu, lalu Nasution bertemu Soeharto, dan berkata " Saya ini orang Mandailing, kamu orang Jawa, jadi kamu saja yang jadi Presiden". Mendengar itu Soeharto menerima usul Nasution, tapi dengan Syarat hanya dijadikan Pejabat Presiden bukan Presiden Penuh.
Setelah Soeharto setuju, redalah tensi politik di Indonesia, dan terbitlah TAP MPRS No. XXXIII/1967, yang mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden.
Lalu melalui sidang MPRS 27 Maret 1968, Soeharto ditetapkan sebagai Presiden Penuh. (Lebih lengkapnya silahkan baca di link ini. https://www.facebook.com/share/p/1DPMXUb9Af/).
Dahulu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam wafat, para sahabat memilih Abu Bakar Ash Shidiq radhiyallahu anhu menjadi khalifah, namun beliau menolak, dan menunjuk Umar Bin Khattab radhiyallahu anhu menjadi khalifah. Namun Umar pun menolaknya dan langsung membait Abu Bakar.
Begitu pula ketika Umar bin Khattab wafat, Abdurrahman Bin Auf dan Ibnu Umar radhiyallahu anhuma menolak menjadi pemimpin. Karena kepemimpinan itu berat, yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ فِي أَهْلِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ فِي مَالِ سَيِّدِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ قَالَ فَسَمِعْتُ هَؤُلَاءِ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَحْسِبُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالرَّجُلُ فِي مَالِ أَبِيهِ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
"Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Seorang imam (kepala Negara) adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas orang yang dipimpinnya. Seorang isteri di dalam rumah tangga suaminya adalah pemimpin dia akan diminta pertanggung jawaban atas siapa yang dipimpinnya. Seorang pembantu dalam urusan harta tuannya adalah pemimpin dan dia akan diminta pertanggung jawaban atasnya. Dia berkata; "Aku mendengar semuanya ini dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan aku menduga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda: "Dan seseorang dalam urusan harta ayahnya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atasnya. Maka setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya ". (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Dan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ اللَّهَ سَائِلٌ كُلَّ رَاعٍ عَمَّا اسْتَرْعَاهُ أحفظ أم ضيع حتى يسأل الرجل عن أهل بيته»
“Sesungguhnya Allah bertanya, setiap pemimpin (bertanggungjawab) tentang apa yang ia pimpin, apakah ia menjaga atau menyia-nyiakan (yang dipimpinnya), sampai seseorang ditanya tentang keluarganya (istrinya).” (Riwayat Tirmidzi. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Shahih).
Di akhirat kelak, banyak para penguasa menyesali, kenapa mereka begitu ambisi dan tamak mengejar kekuasaan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الإمَارَةِ ، وَسَتَكونُ نَدَامَةً يَوْمَ القِيَامَة
“Sesunggunya nanti kalian akan begitu tamak pada kekuasaan. Namun kelak di hari kiamat, kalian akan benar-benar menyesal” (HR. Bukhari).
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى اْلإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ...
“Kalian akan berambisi pada kekuasaan. Padahal ia akan menjadi penyesalan pada hari kiamat...” (HR. Bukhari).
Berkata Abu Dzar radhiyallahu anhu,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلاَ تَسْتَعْمِلُنِى قَالَ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبِى ثُمَّ قَالَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْىٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ فِيهَا
“Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mempekerjakan aku (memberi jabatan kepadaku).” Maka beliau menepuk bahuku dengan tangannya, kemudian bersabda, “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau lemah, sedangkan sesungguhnya jabatan itu amanah dan akan menjadi kehinaan serta penyesalan pada hari kiamat, kecuali orang yang mengambilnya dengan benar dan menunaikan tanggung jawab yang ada padanya.” (HR. Muslim).
AFM
Copas dari berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar