SYEKH BIN BAAZ DAN SYEKH UTSAIMIN MUJASSIMAH?

SYEKH BIN BAAZ DAN SYEKH UTSAIMIN MUJASSIMAH?


Tuduhan mujassimah selain kepada Ibnu Taimiyyah, Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab juga kepada ulama-ulama lain seperti Syekh Bin Baaz dan Syekh Utsaimin rahimahumallahu.

Perhatikan bagaimana aqidah Syekh Bin Baaz dan Syekh Utsaimin rahimahumallahu dalam masalah nama dan sifat-sifat Allah.

Berkata Syekh Bin Baaz rahimahullah, 

مذهب أهل السنة والجماعة في أسماء الله وصفاته: أنهم يؤمنون بها، ويثبتونها كما جاءت في القرآن والسنة، ويمرونها كما جاءت؛ من غير تحريف، ولا تعطيل، ولا تكييف، ولا تمثيل، هكذا قول أهل السنة والجماعة، وهم أصحاب النبي ﷺ ومن سلك سبيلهم، يؤمنون بأسماء الله وصفاته الواردة في القرآن الكريم، أو في السنة الصحيحة...نور على الدرب

Madzhab ahlussunnah wal jamaah tentang nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya. Bahwasanya mereka beriman dengannya, menetapkan dan membiarkannya (apa adanya) sebagaimana yang datang dari Alquran dan assunnah. Tanpa tahrif, ta'thil, takyip dan tamtsil. Demikianlah perkataan ahlussunnah wal jamaah. Mereka itu para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam dan yang menempuh jalan mereka. Mereka beriman dengan nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya yang disebutkan dalam alquranul karim atau dalam sunnah shahihah...(Nur Alal Darbi).

Berkata Syekh Utsaimin rahimahullah, 
 
إن عقيدة أهل السنة في أسماء الله وصفاته هي إثبات ما أثبته الله لنفسه في كتابه أو على لسان رسوله ﷺ، دون تحريف (تغيير المعنى)، ولا تعطيل (إنكار وجود الصفة)، ولا تكييف (كيفية الصفة)، ولا تمثيل (تشبيهها بخلق الله)... "مجموع فتاوى و رسائل الشيخ محمد صالح العثيمين المجلد الأول."
 
Sesungguhnya aqidah ahlussunnah di dalam nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya adalah menetapkan apa-apa yang Allah tetapkan bagi diri-Nya di dalam kitab-Nya atau lisan Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam tanpa tahrif (merubah makna), ta'thil (mengingkari adanya sifat), takyip (kaifiyat sifat) dan tamtsil (menyerupakan dengan makhluk Allah)...(Majmu Fatawa wa Rasa'il).

Dan aqidah mereka berdua dalam masalah nama dan sifat-sifat Allah sama dengan ulama-ulama terdahulu.

Berkata Ibnu Abdul Barr rahimahullah,

أهل السنة مجمعون على الإقرار بالصفات الواردة في الكتاب والسنة وحملها على الحقيقة لا على المجاز ، إلا أنهم لم يكيفوا شيئا من ذلك. "العلو للعلي الغفار" (ص 250)

Ahlussunnah sepakat untuk menetapkan sifat-sifat yang tertera dalam Al-Quran dan Sunah serta membawanya (memahaminya) secara hakikat, bukan secara kiasan. Hanya saja mereka tidak (menetapkan) sedikitpun tata caranya dari yang demikian itu. (Al-Uluw Lil Aliyyil Ghaffar, hal. 250)

Di dalam kitab lain, berkata Ibnu Abdil Bar rahimahullah, 

" أهل السنة مجمعون على الإقرار بالصفات الواردة كلها في القرآن والسنة والإيمان بها ، وحملها على الحقيقة لا على المجاز ، إلا أنهم لا يكيفون شيئا من ذلك ، ولا يحدون فيه صفة محصورة ، وأما أهل البدع والجهمية والمعتزلة كلها والخوارج فكلهم ينكرها ، ولا يحمل شيئا منها على الحقيقة " انتهى ، من "التمهيد" (7/145) . 

“Ahlus sunnah telah berijma dalam meyakini Sifat-sifat Allah yang tertera di dalam al Qur’an dan Sunnah dan mengimaninya, dan membawanya kepada makna yang hakiki bukan kepada makna majas (kiasan), hanya saja mereka tidak menyerupakan dengan sesuatu apapun, dan mereka tidak membatasinya pada sifat tertentu. Adapun para ahli bid’ah, Jahmiyah, semua Mu’tazilah dan Khawarij, mereka semua mengingkarinya, dan tidak membawa makna sifat-sifat Allah tersebut kepada makna yang hakiki”. (At Tamhid: 7/145). 

Berkata Al-Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullah, 

إن اﻷخبار في صفات الله موافقة لكتاب الله نقلها الخلف عن السلف قرنا بعد قرن من لدن الصحابة و التابعين إلى عصرنا هذا على سبيل صفات الله والمعرفة واﻹيمان به والتسليم لما أخبر الله في تنزيله مع اجتناب التأويل والجحود وترك التمثيل والتكييف “. 

"Sesungguhnya khabar tentang sifat-sifat Allah itu sesuai dengan kitabullah yang dinukil oleh khalaf dari salaf, dari generasi ke generasi, semenjak zaman sahabat dan tabi'in, sampai ke zaman kita ini, cara (metode) dalam mensifati Allah, mengenalnya, beriman terhadapnya dan tunduk kepadanya, sesuai dengan apa yang telah Allah kabarkan dalam kitab yang diturunkanNya, dengan menjauhi takwil, pengingkaran, meninggalkan penyerupaan dan takyip. (Dzam at-Ta`wil). 

Dan berkata Al-Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullah, 

فنحن وجميع علمائنا من أهل الحجاز و تهامة و اليمن و العراق و الشام و مصر مذهبنا : أنا نثبت لله ما أثبته الله لنفسه نقر بذلك بألسنتنا و نصدق ذلك بقلوبنا من غير أن نشبه وجه خالقنا بوجه أحد المخلوقين عز ربنا عن أن يشبه المخلوقين وجل ربنا عن مقالة المعطلين وعز أن يكون عدما كما يقوله المبطلون ﻷن ما لا صفة له عدم ، تعالى الله عما يقول الجهميون الذين ينكرون صفات خالقنا الذي وصف بها نفسه في محكم تنزيله وعلى لسان نبيه محمد صلى الله عليه وسلم

Kami dan seluruh ulama kami dari ahlul Hijaz, Tihamah, Yaman, Irak, Syam dan Mesir, Mazhab kami adalah sesungguhnya kami menetapkan bagi Allah apa-apa yang Allah tetapkan bagi diriNya, kami mengikrarkan yang demikian itu dengan lisan-lisan kami dan membenarkan dengan hati-hati kami, tanpa menyamakan wajah pencipta kami dengan wajahnya salah satu makhluk-makhluk-Nya, maha agung Rabb kami dari diserupakannya dengan makhluk-Nya dan Maha mulia Rabb kami dari ucapannya orang yang meniadakan (sifat Allah), maha suci dari tidak ada, sebagaimana yang diucapkan oleh orang-orang yang membatalkan sifat Allah, karena tidak punya sifat berarti tidak ada. Maha Tinggi Allah dari ucapannya Jahmiyyin yang mengingkari sifat-sifat pencipta kami yang telah Dia sifatkan diri-Nya dalam kitab yang Muhkam dan diturunkan kepada Nabi kami dan sifat yang telah disampaikan melalui lisan NabiNya, Muhammad shallallahu alaihi wasallam. (At-Tauhid).

Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

ومن الإيمان بالله: الإيمان بما وصفبه نفسه في كتابه، وبما وصفه به رسوله محمد صلى الله عليه وسلم.
من غير تحريف ولا تعطيل ومن غير تكييف ولا تمثيل بل يؤمنون بأن الله سبحانه ليس كمثله شيء وهو السميع البصير

Dan diantara iman kepada Allah yaitu beriman dengan apa-apa yang Allah sifatkan tentang dirinya dalam Al Quran dan dengan apa-apa yang Rasulullah Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam sifatkan, tanpa melakukan tahrif, ta’thil, tamtsil, dan takyif .

Bahkan mereka mengimaninya, bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagaimana firman Allah, "Tidak ada yang menyerupai Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat." (Al ‘Aqidah Al Wasitiyyah).

Kalau menuduh Syekh Bin Baaz dan Syekh Utsaimin rahimahumallahu mujassimah karena menetapkan nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana yang Allah tetapkan bagi diri-Nya di dalam kitab-Nya atau lisan Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam tanpa tahrif (merubah makna), ta'thil (mengingkari adanya sifat), takyip (kaifiyat sifat) dan tamtsil (menyerupakan dengan makhluk Allah), seperti Allah memiliki wajah, tangan dan yang lainnya sebagaimana yang disebutkan dalam alquran dan assunnah,  maka kalau begitu telah menuduh para ulama terdahulu juga adalah mujassimah. 

Berkata Abul Hasan Al-Asy’ari rahimahullah 

وأجمعوا على أنه عزَّ وجلَّ يسمع ويرى، وأنَّ له تعالى يدين مبسوطتين

“Para ulama sepakat bahwa Allah ‘azza wa jalla mendengar dan melihat. Dan Allah Ta’ala memiliki dua tangan yang terbuka lebar.” (Risalah ila Ahlits Tsughur, hal. 225)

Berkata mam Asy-Syafi’i rahimahullah,

أنَّه سميعٌ، وأنَّ له يَدينِ بقَولِه: بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ، وأنَّ له يمينًا بقَولِه: وَالسَّمَوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ

“Allah Maha Mendengar, dan Allah memiliki dua tangan berdasarkan ayat (yang artinya), “Bahkan kedua tangan-Nya terbuka lebar.” (QS. Al-Maidah: 64) Dan kedua tangan Allah adalah kanan, berdasarkan firman-Nya (yang artinya), “Dan langit-langit dilipat oleh Allah dengan tangan kanan-Nya.” (QS. Az-Zumar: 67)” (Thabaqat Al-Hanabilah, 1: 282)

Berkata Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah,

قَلبُ العَبدِ بين أُصبُعَين، وخَلَق آدَمَ بيَدِه، وكلَّما جاء الحديثُ مِثلُ هذا قُلْنا به

“Hati manusia ada di antara jari-jemari Allah, Allah menciptakan Nabi Adam dengan tangan-Nya. Setiap hadis yang menyebutkan semisal ini, maka itulah akidahku.” (Ibthalut Ta’wilat, karya Abu Ya’la hal. 45)

Berkata Ibnu Khuzaimah rahimahullah,

بابٌ: ذِكرُ إثباتِ اليدِ للخَالقِ البارئِ جلَّ وعلا، والبيانُ أنَّ اللهَ تعالى له يَدانِ كما أعْلَمَنا في مُحكَم تَنْزيلِه

“Bab penyebutan dalil-dalil yang menetapkan sifat tangan bagi Allah jalla wa ‘ala, dan penjelasan bahwa Allah punya dua tangan sebagaimana telah diriwayatkan kepada kami (dari para salaf) dalam dalil-dalil yang muhkam (jelas).” (Kitabut Tauhid, 1: 118)

Berkata Ibnu Bathah rahimahullah,

بابُ الإيمانِ بأنَّ للهِ عَزَّ وجَلَّ يدَينِ، وكِلْتا يَدَيه يمينانِ

“Bab mengimani bahwa Allah ‘azza wa jalla memiliki dua tangan, dan kedua tangan Allah itu kanan.” (Al-Ibanah Al-Kubra, 7:  295)

Berkata Ibnu Rusyd rahimahullah,

لا اختِلافَ بينهم أيضًا في جوازِ إطلاقِ القَولِ بأنَّ للهِ يَدَين ووَجهًا وعينينِ؛ لأنَّ اللهَ وصَفَ بذلك نَفْسَه بكتابِه

“Tidak ada ikhtilaf di antara ulama tentang bolehnya mengatakan secara mutlak bahwa Allah Ta’ala punya dua tangan, punya wajah, dan punya dua mata. Karena memang Allah Ta’ala sebutkan demikian tentang diri-Nya di dalam Al Qur’an.” (Al-Bayan wat Tahshil, 16: 401





Berkata Ibnul-Mibrad rahimahullah,

وإذا خرجت من الإثبات إلى التأويل فنفس ما خرجت إليه يلزم فيه ذلك الذي خرجت لأجله، فإنك إذا قلت: اليد القدرة، فيقال: لأي شيء قلت ذلك؟ يقول: لئلا نقول بالتشبيه وأنه يلزم من اليد أن تكون كيد الآدمي فوقع التشبيه

"Dan jika engkau keluar dari menetapkan sifat kemudian menuju ta'wil sifat, maka yang engkau tuju tersebut juga mengharuskan seperti yang engkau hindari tadi. Jika engkau berkata: Tangan Allah itu maksudnya adalah Qudrah Allah [yang bermakna: kekuatan, kemampuan, kekuasaan Allah], maka kita katakan: Mengapa engkau berkata demikian? Jika dijawab: Agar kita tidak melakukan tasybih, karena kalau kata Yad kita maknai Tangan Allah, maka ini akan seperti tangan manusia, sehingga terjadilah tasybih [penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya].

فنقول: وهذه القدرة التي ذكرتها كذلك للآدمي قدرة، فيلزم أن تكون كقدرة الآدمي، فإن قلت: لا، قدرة تليق بجلاله، فنقول: اترك أنت هذا التأويل الذي لا برهان عليه وقل: يد تليق بجلاله

Maka kita katakan: Qudrah [kekuatan, kemampuan, kekuasaan] yang engkau sebutkan tersebut juga dimiliki oleh MANUSIA, sehingga ini juga akan seperti qudrah manusia. Jika engkau berkata: Tidak, tetapi yang dimaksud di sini adalah qudrah yang sesuai dengan Keagungan Allah. Maka kita katakan: Tinggalkanlah ta'wil yang tidak ada dalilnya ini, dan katakanlah: Tangan Allah yang sesuai dengan Keagungan-Nya." 
(Jam'ul Juyusy Wa Ad Dasakir). 

Siapa yang menolak sifat Allah yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya dalam alquran dan assunnah, maka kata ulama, dia telah kufur.

Berkata Nu’aim bin Hammad rahimahullah,

من شبه الله بخلقه فقد كفر، ومن جحد ما وصف الله به نفسه فقد كفر، وليس ما وصف الله نفسه ورسوله تشبيهاً

“Siapa saja yang menyamakan Allah dengan makhluk-Nya, maka ia kufur. Siapa saja yang menolak menetapkan sifat yang Allah tetapkan untuk diri-Nya, maka dia kufur. Namun, menetapkan sifat yang Allah tetapkan untuk diri-Nya atau ditetapkan oleh Rasul-Nya, bukanlah menyamakan Allah dengan makhluk.” (Syarah Ushul I’tiqad Ahlissunnah, karya Al-Lalikai, 3: 532)

Berkata Imam Syafii rahimahullah, 

لله أسماء وصفات لا يسع أحداً ردها، ومن خالف بعد ثبوت الحجة عليه، فقد كفر. وأما قبل قيام الحجة، فإنه يعذر بالجهل….

Allah memiliki sifat-sifat yang tidak selayaknya seseorang menolaknya, maka barang siapa yang menyelisihi setelah hujjah di tegakkan kepadanya, maka ia telah kafir. Namun sebelum ditegakkan hujjah maka ia di berikan udzur dengan kejahilannya. …) (Fathul baari: 13/407).

AFM

Copas dari berbagai sumber


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hasil Dari Demonstrasi Dan Pemberontakan

KENAPA KAMU DIAM?

Royalti Di Akhirat