Belajar Iman Terlebih Dahulu
BELAJAR IMAN TERLEBIH DAHULU
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Maraknya pembelajaran tahsin alquran (yang tepat pembelajaran tajwid) patut disyukuri. Namun kadang pembelajaran tahsin ini, oleh sebagian pergerakan sebagai jaring perekrutan anggota jamaah baru atau sebagian orang dijadikan bisnis yang menghasilkan pundi-pundi uang.
Maraknya pembelajaran tahsin alquran (yang tepat pembelajaran tajwid) patut disyukuri. Namun kadang pembelajaran tahsin ini, oleh sebagian pergerakan sebagai jaring perekrutan anggota jamaah baru atau sebagian orang dijadikan bisnis yang menghasilkan pundi-pundi uang.
Dengan menjadikan tahsin alquran sebagai fokus awal pembelajaran, menyebabkan keimanan tidak kokoh dan iman tidak bertambah setiap kali membaca alquran.
Berbeda dengan para salaf terdahulu, mereka mendahulukan pembelajaran iman daripada pembelajaran alquran. Dampaknya iman mereka kuat dan teguh dan bertambah iman mereka setiap kali membaca alquran. Efeknya, mereka mudah dan ringan mengamalkan apa yang ada dalam kandungan alquran.
Berkata Jundub bin ‘Abdullah radhiyallahu anhu :
" كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ، فَتَعَلَّمْنَا الْإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ، ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ، فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا "
Kami dahulu bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami masih anak-anak yang mendekati baligh. Kami mempelajari iman sebelum mempelajari Al-Qur’an. Lalu setelah itu kami mempelajari Al-Qur’an hingga bertambahlah iman kami pada Al-Qur’an. (HR. Ibnu Majah. Berkata Syeikh Al Albani : Hadits Shahih).
"Sungguh-sunguh kami menjalani hidup dalam jenak waktu yang masing-masing dari kami diberi (pengajaran) iman sebelum (pengajaran) Al-Quran. (Bilamana) surah Al-Quran diturunkan kepada Muhammad-shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami pun mempelajari perkara halal dan haramnya, juga apa yang seharusnya dipahami daripadanya sebagaimana halnya kalian mempelajari Al-Quran saat ini. (Akan tetapi) sungguh pada hari ini aku telah melihat orang-orang yang yang diberikan kepadanya (pengajaran) Al-Quran sebelum (pengajaran) iman, lantas dia membaca dari mulai pembukaan hingga penutupnya tanpa mengetahui perintah dan larangan yang terkandung di dalam nya, juga bagaimana seharusnya dia memahami hal itu. Dia (tak ubahnya) orang yang menaburkan kurma yang buruk (tidak mengambil faidah dari dalamnya).” (HR. Al-Baihaqi dan al-Hakim; dan al-Hakim mensahihkannya.)
Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah :
والقرآن يعطي العلم المفصل ، فيزيد الإيمان ، كما قال " جندب بن عبد الله البجلي " وغيره من الصحابة: " تعلمنا الإيمان ثم تعلمنا القرآن فازددنا إيمانا " " انتهى ، من "مجموع الفتاوى" (4/38) .
Dan Alquran itu, memberikan ilmu yang terperinci, maka iman menjadi bertambah. Sebagaimana Jundub Bin Abdullah Al Bajali dan selainnya diantara sahabat berkata : Kami mempelajari iman, kemudian kami mempelajari alquran, maka bertambahlah iman kami. (Majmu' Fatawa 4/38).
Dan Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah :
وهذا هو الإسلام المتضمن للإيمان الذي يمده القرآن ويقويه لا يناقضه وينافيه كما قال جندب وابن عمر: " تعلمنا الإيمان ثم تعلمنا القرآن فازددنا إيمانا "." انتهى، من "مجموع الفتاوى" (10/401) .
Ini adalah islam yang mengandung keimanan, yang alquran membantu dan menguatkannya, tidak melanggar dan menafikannya. Sebagaimana Jundub dan Ibnu Umara berkata : Kami mempelajari iman, kemudian kami mempelajari alquran, maka bertambah iman kami. (Majmu' Alfatawa 10/401).
فإذا كانوا وقت نطقهم فليُلقنوا لا إله إلا الله محمد رسول الله، وليكن أول ما يقرع مسامعَهم معرفة الله سبحانه وتوحيده وأنه سبحانه فوق عرشه ينظر إليهم ويسمع كلامهم وهو معهم أينما كانوا …( تحفة المولود ص ٢٣١).
“Maka apabila mereka (anak-anak) telah mencapai masa berbicara, hendaklah mereka dibimbing untuk mengucapkan La ilaha illallah Muhammadur rasulullah, dan jadikan hal pertama yang mengetuk telinga mereka adalah mengenal subhanahu wa ta’ala dan keesaan-Nya, dan sesungguhnya di atas arasynya Dia melihat mereka dan mendengar perkataan mereka, dan Dia bersama mereka di mana pun mereka berada ….” (Tuhfatul Maulud (231).
" كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ، فَتَعَلَّمْنَا الْإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ، ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ، فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا "
Kami dahulu bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami masih anak-anak yang mendekati baligh. Kami mempelajari iman sebelum mempelajari Al-Qur’an. Lalu setelah itu kami mempelajari Al-Qur’an hingga bertambahlah iman kami pada Al-Qur’an. (HR. Ibnu Majah. Berkata Syeikh Al Albani : Hadits Shahih).
Berkata Abdullah Bin Umar radhiyallahu ‘anhuma :
لقد عِشنا بُرهةً من دهرنا وإن أحدنا ليؤتى الإيمان قبل القرآن وتنزل السورة على محمدٍ صلى الله عليه وسلم فنتعلم حلالها وحرامها وما ينبغي أن يُوقفَ عنده مِنها كما تتعلّمون أنتم اليوم القُرآن ولقد رأيت اليوم رِجالاً يُؤتى أحدهم القرآن قبل الإيمان فيقرأ ما بين فاتحتِهِ إلى خاتمته ما يدري ما آمره ولا زاجره ولا ما ينبغي أن يُوقف عنده منه وينثُرُه نثر الدقَلِ. رواه البيهقي والحاكم وصححه
"Sungguh-sunguh kami menjalani hidup dalam jenak waktu yang masing-masing dari kami diberi (pengajaran) iman sebelum (pengajaran) Al-Quran. (Bilamana) surah Al-Quran diturunkan kepada Muhammad-shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami pun mempelajari perkara halal dan haramnya, juga apa yang seharusnya dipahami daripadanya sebagaimana halnya kalian mempelajari Al-Quran saat ini. (Akan tetapi) sungguh pada hari ini aku telah melihat orang-orang yang yang diberikan kepadanya (pengajaran) Al-Quran sebelum (pengajaran) iman, lantas dia membaca dari mulai pembukaan hingga penutupnya tanpa mengetahui perintah dan larangan yang terkandung di dalam nya, juga bagaimana seharusnya dia memahami hal itu. Dia (tak ubahnya) orang yang menaburkan kurma yang buruk (tidak mengambil faidah dari dalamnya).” (HR. Al-Baihaqi dan al-Hakim; dan al-Hakim mensahihkannya.)
Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah :
والقرآن يعطي العلم المفصل ، فيزيد الإيمان ، كما قال " جندب بن عبد الله البجلي " وغيره من الصحابة: " تعلمنا الإيمان ثم تعلمنا القرآن فازددنا إيمانا " " انتهى ، من "مجموع الفتاوى" (4/38) .
Dan Alquran itu, memberikan ilmu yang terperinci, maka iman menjadi bertambah. Sebagaimana Jundub Bin Abdullah Al Bajali dan selainnya diantara sahabat berkata : Kami mempelajari iman, kemudian kami mempelajari alquran, maka bertambahlah iman kami. (Majmu' Fatawa 4/38).
Dan Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah :
وهذا هو الإسلام المتضمن للإيمان الذي يمده القرآن ويقويه لا يناقضه وينافيه كما قال جندب وابن عمر: " تعلمنا الإيمان ثم تعلمنا القرآن فازددنا إيمانا "." انتهى، من "مجموع الفتاوى" (10/401) .
Ini adalah islam yang mengandung keimanan, yang alquran membantu dan menguatkannya, tidak melanggar dan menafikannya. Sebagaimana Jundub dan Ibnu Umara berkata : Kami mempelajari iman, kemudian kami mempelajari alquran, maka bertambah iman kami. (Majmu' Alfatawa 10/401).
Para salaf terdahulu, mereka kenalkan kalimat tauhid laa ilaaha illallah muhammadurrasulullah kepada anak-anak mereka dimulai sejak anak-anak mereka pandai berbicara. Mereka perkenalkan Allah Ta'ala dan keesaanNya. Mereka kabarkan bahwa Allah di atas arasy melihat dan mendengar. Allah bersama mereka dimanapun mereka berada (yakni ilmunya).
Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah :
Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah :
فإذا كانوا وقت نطقهم فليُلقنوا لا إله إلا الله محمد رسول الله، وليكن أول ما يقرع مسامعَهم معرفة الله سبحانه وتوحيده وأنه سبحانه فوق عرشه ينظر إليهم ويسمع كلامهم وهو معهم أينما كانوا …( تحفة المولود ص ٢٣١).
“Maka apabila mereka (anak-anak) telah mencapai masa berbicara, hendaklah mereka dibimbing untuk mengucapkan La ilaha illallah Muhammadur rasulullah, dan jadikan hal pertama yang mengetuk telinga mereka adalah mengenal subhanahu wa ta’ala dan keesaan-Nya, dan sesungguhnya di atas arasynya Dia melihat mereka dan mendengar perkataan mereka, dan Dia bersama mereka di mana pun mereka berada ….” (Tuhfatul Maulud (231).
Untuk itu, dahulukan belajar iman, sebelum belajar alquran, begitulah tartib dalam pembelajaran para salaf.
Komentar
Posting Komentar