Menghalalkan Apa Yang Allah Dan RasulNya Haramkan

MENGHALALKAN APA YANG ALLAH DAN RASULNYA HARAMKAN

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Apabila Allah dan RasulNya mengatakan haram, lantas ada seseorang atau pimpinan mengatakan halal, atau seseorang atau pimpinan mengatakan halal sedangkan Allah dan RasulNya mengatakan haram, maka tidak boleh mengikuti perkataannya. Apabila mengikuti saja apa yang dikatakan seseorang atau pimpinan tersebut, maka itu bentuk penyembahan kepada mereka.

Contoh misalkan, Allah Ta'ala dan RasulNya mengharamkan zina, riba, khamar dan lain sebagainya, kemudian ada seseorang atau pemimpin yang menghalalkannya, maka tidak boleh diikuti. Kalau diikuti, itulah bentuk penyembahan kepada mereka.

Seorang sahabat yang bernama ‘Adi bin Hatim radhiyallahu ’anhu, awalnya dia seorang nasrani, ketika Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam membacakan ayat al Qur’an dalam surat at Taubah ayat yang ke 31.

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّه

Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah.

Maka Adi bin Hatim radhiyallahu ’anhu berkata kepada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam: “Ya Rasulullah, sesungguhnya mereka tidak menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan.”

Maka Rasulullah shallallahu ’alahi wa sallam bersabda :

أَجَلْ وَلَكِنْ يُحِلُّونَ لَهُمْ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فَيَسْتَحِلُّونَهُ وَيُحَرِّمُونَ عَلَيْهِمْ مَا أَحَلَّ اللَّهُ فَيُحَرِّمُونَهُ فَتِلْكَ عِبَادَتُهُمْ لَهُمْ 

Ya, akan tetapi mereka (rahib-rahib dan alim ulama) menghalalkan apa-apa yang Allah haramkan, kemudian mereka mengikuti yang mereka halalkan. Dan mereka (rahib-rahib dan alim ulama) mengharamkan apa-apa yang Allah halalkan, lalu mereka mengikuti mengharamkannya, maka itu bentuk penyembahan mereka kepada rahib-rahib dan alim ulama mereka. (HR. Tirmidzi dan Al Baihaqi. Berkata syekh Al Albani – Hadits Hasan. Tafsir Ibnu Katsir surat at Taubah ayat yang ke 31).

Seseorang yang melakukan perbuatan haram, seperti berzina, minum khamar, berjudi, pelaku riba dan lain sebagainya lebih ringan dosanya daripada orang yang menghalalkan perbuatan yang haram tersebut.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

انَّ مُحَلِّلَ الْحَرَامِ أَعْظَمُ إثْمًا مِنْ فَاعِلِهِ

Sesungguhnya menghalalkan yang haram, lebih besar dosanya daripada melakukannya (melakukan yang haram tersebut).(Majmu' Fatawa 20/280).

Seseorang bisa jatuh kepada kekafiran apabila orang tersebut menghalalkan apa yang Allah dan RasulNya haramkan atau mengharamkan apa yang Allah dan RasulNya halalkan. Dimana sesuatu tersebut sudah terang benderang keharamannya atau kehalalannya. Seperti haramnya zina, riba atau khamar.

Berkata Imam Abu Ya'la rahimahullah :

ومن اعتقد تحليل ما حرم الله بالنص الصريح من الله، أو من رسوله، أو أجمع المسلمون على تحريمه فهو كافر ومن فعل ذلك فهو كافر بإجماع المسلمين

Barangsiapa menghalalkan apa yang telah Allah haramkan dengan nash yang tegas dari Allah atau RasulNya. Atau berdasarkan ijma' kaum muslimin atas keharamannya. Maka dia kafir. Dan barangsiapa melakukan hal tersebut maka dia kafir secara ijma kaum muslimin. (Sumber : https://dorar.net/aqadia/3619/%D8%A7%D9%84%D9).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?