Memboikot (Menghajar) Seorang Muslim

MEMBOIKOT (MENGHAJR) SEORANG MUSLIM

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Haram memboikot mendiamkan seorang muslim lebih dari 3 hari. Baik itu memboikot isteri atau suami, anak atau orang tua, menantu atau mertua, kakak atau adik, paman atau bibi, kerabat dekat atau jauh, tetangga dekat atau jauh dan yang lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثٍ، فَمَنْ هَجَرَ فَوْقَ ثَلَاثٍ فَمَاتَ دَخَلَ النَّارَ

“Tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot saudaranya lebih dari 3 hari. Siapa yang memboikot saudaranya lebih dari 3 hari, kemudian dia meninggal maka dia masuk neraka.” (HR. Abu Daud. Berkata Syeikh Al-Albani : Hadist Shahih).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ هَجَرَ أَخَاهُ سَنَةً فَهُوَ كَسَفْكِ دَمِهِ

“Siapa yang memboikot saudaranya setahun, dia seperti menumpahkan darahnya.” (HR. Ahmad dan Abu Daud. Berkata Syeikh Syuaib Al Arnauth : Hadist Shahih).

Tetapi kalau memboikot dalam perkara agama, supaya dia bertaubat, maka ini diperbolehkan, sebagaimana Nabi shallallahu alaihi wa sallam memboikot 3 orang sahabat yang tidak ikut berjihad satu bulan lamanya.

Berkata Waliyud Did Al-Iraqi rahimahullah :

هذا التحريم محله في هجرانٍ ينشأ عن غضب لأمر جائز لا تعلق له بالدين ، فأما الهجران لمصلحة دينية من معصية أو بدعة : فلا مانع منه ، وقد أمر النبي صلى الله عليه وسلم بهجران كعب بن مالك وهلال بن أمية ومرارة بن الربيع رضي الله عنهم

Larangan dalam hadis di atas, berlaku untuk boikot yang muncul karena marah dalam masalah yang mubah, tidak ada kaitannya dengan agama. Adapun boikot karena maslahat agama, seperti karena maksiat atau bid’ah, hukumnya tidak terlarang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk memboikot Ka’ab bin Malik, Hilal bin Umayyah dan Mararah bin Rabi’. (Tharhu At-Tasrib, 8/353)

Bagaimana kalau yang diboikot ini seorang suami oleh istrinya. Suami dibiarkan tidak diajak bicara dan tidak diberikan jatah?

Ini wanita miskin. Prilakunya tidak pernah dicontohkan dan dilakukan oleh para shahabiyah di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Asy Syaikh Ubaid bin Abdillah al Jabiry hafidzohullôh ditanya seorang wanita dari Maroko bertanya:

هل يجوز أن أهجر زوجي عندما يحدث بيننا سوء تفاهم؟ ومقصودي من الهجر عدم الكلام معه، وأمنعه من لمسي.

Bolehkah saya memboikot suami saya ketika terjadi sebuah kesalahpahaman antara kami berdua, dalam artian saya tidak mengajaknya bicara dan melarang dia menyentuh saya?

Beliau menjawab :

مسكينة، لماذا يا بنتي؟ ما عَلِمْنَا أن امرأةً فعلت من نساء الصحابة ولا من بعدهم أنها صنعت مثل هذا الصنيع، وخيرُ ما أوصيكِ به أنتِ وزوجكِ – والله من وراء القصد- يجب على كُلِّ واحدٍ منكما الاعتقاد الجازم بأنَّ صاحبه أمانةٌ في عنقه، يجب عليه أن يؤدِّي حقوقهُ تامَّة، ولا يعتدي عليه بِبَخْسِ حَقِّه؛ هذا أولًا.

Wanita seperti ini miskin. Kenapa wahai Anakku. . ?

Kami tidak mengetahui ada satu orang pun wanita dari kalangan sahabat dan yang setelahnya melakukan seperti ini.

Dan yang terbaik yang bisa aku nasihatkan kepada anda dan suami anda adalah: Wajib atas kalian berdua untuk meyakini bahwasanya masing-masing kalian adalah amanah antara satu sama lain yang wajib atas masing-masing menunaikan kewajibannya dan jangan ada yang melalaikan kewajibannya. Ini yang pertama.

وثانيًا: أوصيكما بالتسامح والعفو عمَّا يبدر من أحدكما من تقصير، فإذا قَصَّرت المرأة فيُنصح زوجها بالعفو؛ ما قَدِر على ذلك، وإذا قَصَّر الرجل تُنصح المرأة بأنها تعفو، فالكمالُ لله.

Yang kedua, aku wasiatkan agar kalian saling pengertian dan saling memaafkan jika ada kekurangan pada pasangannya. Jika wanita yang memiliki kekurangan, maka suaminya menasihati sesuai kemampuannya dan memaafkannya. Dan jika suami memiliki kekurangan, maka istri juga memaafkan dan menasihati. Kesempurnaan hanya milik Allah.

فإيَّاكما إيَّاكما أنتِ وزجك من نزغات الشيطان، وأُذَكِّركما بهذه الآية: ﴿وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا﴾؛ فاحذري أنتِ وزوجكِ نزغات الشيطان. نعم

Hati-hati kalian, kamu dan suamimu dari tipu daya syaithon. Dan aku ingatkan kepada kalian berdua dengan ayat ini :

" Dan katakanlah kepada hamba-hambaKu agar mereka mengucapkan ucapan yang paling baik dikarenakan syaithon mencari kesempatan untuk menghasut antara mereka dan sesungguhnya syaithon musuh yang nyata bagi manusia”. (Surah Al Isra 53).

Maka berhati-hatilah anda dan suami anda dari hasutan syaithon. Na’am. Sumber: https://www.tomohna.net/vb/tomohna155311/



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?