Ahlul Bid'ah Berdusta
AHLUL BID'AH BERDUSTA
Jika seorang ahlul bid'ah atau ahlul hawa berdusta, itu perkara biasa dan begitulah karakter mereka. Bahkan yang bukan perkataan atau perbuatan Nabi, mereka pun mengatakan bahwa itu perkataan atau perbuatan Nabi. Apalagi dalam perkara yang lain.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :
كل من خالف طريق الأنبياء لا بد له من الكذب والظلم؛ إما عمدا أو جهلا.
“Semua orang yang menyelisihi jalan para Nabi, senantiasa pasti berdusta dan berbuat zzalim, baik dengan sengaja ataupun karena tidak tahu.” . (An-Nubuwwat, jilid 2 hlm. 1032).
Dan berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah :
"Dan Kesyirikan itu, serta berbagai kebid'ahan dibangun di atas kedustaan dan mereka-reka ( mengarang cerita ), oleh karenanya setiap orang yang jauh dari tauhid dan sunnah pasti dia akan dekat kepada kesyirikan, kebid'ahan dan mereka-reka (ngarang cerita) ". (Iqtidho Shirot Al Mustaqim juz 2 hal.281~282).
Contoh kedustaan yang nyata, ketika ada seorang ahlul bid'ah mengaku bertemu Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam keadaaan terjaga. Ini merupakan kebohongan yang nyata. Ini perkara yang mustahil, karena setingkat sahabat pun tidak ada riwayat bahwa salah satu diantara mereka ketemu Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam keadaaan terjaga.
Kalau berjumpa Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam mimpi bisa saja benar, karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak bisa diserupai oleh syetan.
Yang menjadi masalah, apakah orangnya sudah mengenal betul ciri-ciri fisik Nabi atau tidak. Kalau tidak, bisa saja yang datang dalam mimpi adalah syetan yang mengaku-ngaku nabi.
Lain halnya kalau sahabat mimpi ketemu nabi, itu pasti nabi, karena sahabat kenal betul dengan nabi. Kalau manusia setelahnya, belum tentu itu nabi, kecuali yang sudah mempelajari ciri fisik nabi.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ الشَّيْطَانَ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَخَيَّلُ بِي. (رواه البخاري).
Barang siapa yang melihatku dalam mimpi, maka sungguh itu aku, karena sesugguhnya syetan tidak bisa mengkhayalkan menjadi aku (HR. Bukhari).
Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ رَآنِى فِى الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِى فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَمَثَّلُ بِى (رواه مسلم)
Barang siapa yang melihatku dalam mimpi, maka sungguh itu aku, karena sesugguhnya syetan tidak bisa menyerupaiku (HR. Muslim).
Berkata Ayyub as-Sikhtiyani rahimahullah :
كان محمد -يعني ابن سيرين – إذا قص عليه رجل أنه رأى النبي صلى الله عليه وسلم قال: صف لي الذي رأيته ، فإن وصفه له صفة لا يعرفها ، قال لم تره
Apabila ada orang yang mengaku mimpi bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Muhammad bin Sirin, maka beliau meminta, “Ceritakan kepadaku, bagaimana ciri-ciri orang yang kamu lihat.” Jika orang ini menyebutkan ciri-ciri yang tidak beliau kenal, maka Ibnu Sirin akan mengatakan, “Kamu tidak bertemu nabi.” (Fathul Bari, 12/384).
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Jika seorang ahlul bid'ah atau ahlul hawa berdusta, itu perkara biasa dan begitulah karakter mereka. Bahkan yang bukan perkataan atau perbuatan Nabi, mereka pun mengatakan bahwa itu perkataan atau perbuatan Nabi. Apalagi dalam perkara yang lain.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :
كل من خالف طريق الأنبياء لا بد له من الكذب والظلم؛ إما عمدا أو جهلا.
“Semua orang yang menyelisihi jalan para Nabi, senantiasa pasti berdusta dan berbuat zzalim, baik dengan sengaja ataupun karena tidak tahu.” . (An-Nubuwwat, jilid 2 hlm. 1032).
Dan berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah :
والشرك وسائر البدع مبناها على الكذب والافتراء، ولهذا كل من كان عن التوحيد والسنة أبعد كان إلى الشرك والابتداع والافتراء أقرب
"Dan Kesyirikan itu, serta berbagai kebid'ahan dibangun di atas kedustaan dan mereka-reka ( mengarang cerita ), oleh karenanya setiap orang yang jauh dari tauhid dan sunnah pasti dia akan dekat kepada kesyirikan, kebid'ahan dan mereka-reka (ngarang cerita) ". (Iqtidho Shirot Al Mustaqim juz 2 hal.281~282).
Contoh kedustaan yang nyata, ketika ada seorang ahlul bid'ah mengaku bertemu Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam keadaaan terjaga. Ini merupakan kebohongan yang nyata. Ini perkara yang mustahil, karena setingkat sahabat pun tidak ada riwayat bahwa salah satu diantara mereka ketemu Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam keadaaan terjaga.
Kalau berjumpa Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam mimpi bisa saja benar, karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak bisa diserupai oleh syetan.
Yang menjadi masalah, apakah orangnya sudah mengenal betul ciri-ciri fisik Nabi atau tidak. Kalau tidak, bisa saja yang datang dalam mimpi adalah syetan yang mengaku-ngaku nabi.
Lain halnya kalau sahabat mimpi ketemu nabi, itu pasti nabi, karena sahabat kenal betul dengan nabi. Kalau manusia setelahnya, belum tentu itu nabi, kecuali yang sudah mempelajari ciri fisik nabi.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ الشَّيْطَانَ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَخَيَّلُ بِي. (رواه البخاري).
Barang siapa yang melihatku dalam mimpi, maka sungguh itu aku, karena sesugguhnya syetan tidak bisa mengkhayalkan menjadi aku (HR. Bukhari).
Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ رَآنِى فِى الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِى فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَمَثَّلُ بِى (رواه مسلم)
Barang siapa yang melihatku dalam mimpi, maka sungguh itu aku, karena sesugguhnya syetan tidak bisa menyerupaiku (HR. Muslim).
Berkata Ayyub as-Sikhtiyani rahimahullah :
كان محمد -يعني ابن سيرين – إذا قص عليه رجل أنه رأى النبي صلى الله عليه وسلم قال: صف لي الذي رأيته ، فإن وصفه له صفة لا يعرفها ، قال لم تره
Apabila ada orang yang mengaku mimpi bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Muhammad bin Sirin, maka beliau meminta, “Ceritakan kepadaku, bagaimana ciri-ciri orang yang kamu lihat.” Jika orang ini menyebutkan ciri-ciri yang tidak beliau kenal, maka Ibnu Sirin akan mengatakan, “Kamu tidak bertemu nabi.” (Fathul Bari, 12/384).
Komentar
Posting Komentar