Timbangan Kebenaran, Bukan Dengan Perasaan

TIMBANGAN KEBENARAN, BUKAN DENGAN PERASAAN

Kadang sebagian orang, menimbang kebenaran suatu amalan dalam agama dengan perasaannya. Kalau perasaannya enak, tenang, nyaman, tentram dan sesuai hawa nafsunya, mereka amalkan. Kalau tidak, mereka tinggalkan.

Berkata Syeikh Al-Albani rahimahullah :

الدين ليس بالعقل ولا بالعاطفة إنما بإتباع أحكام الله في كتابه وأحكام رسوله في سنته وفي حديثة سلسلة الهدي والنور٥٣٠

Agama itu bukan dengan akal dan bukan dengan perasaan, akan tetapi dengan mengikuti hukum-hukum Allah di dalam kitab-Nya, dan hukum-hukum rasul-Nya di dalam sunnahnya, dan di dalam haditsnya. (Kaset: Silsilah Al-Huda wa An-Nur 530).

Untuk itu, agama kita melarang seseorang membuat suatu keyakinan atau ibadah menurut akal dan perasaannya. Namun wajib untuk mengikuti petunjuk Nabi shollallahu 'alaihi wasallam

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:

ليس لأحد أن يضع للناس عقيدة ولا عبادة من عنده ، بل عليه أن يتبع ولا يبتدع ، ويقتدي ولا يبتدي

"Tidaklah seorangpun diizinkan membuat aqidah maupun ibadah yang bersumber dari pikiran dan perasaannya pribadi. Bahkan wajib atasnya untuk mengikuti petunjuk Nabi shollallahu 'alaihi wasallam bukan mengada-ada, wajib meneladani jalan beliau bukan memulai." (Majmu' Fatawa 11/490).

Maka dari itu, seandainya kebenaran suatu amalan dalam agama ini ditimbang dengan perasaan, maka semua ahlul bid'ah berada di atas kebenaran. 

Berkata Syeikh Utsaimin rahimahullah :

 لو كان الدين بالعاطفة لكان جميع أهل البدع على حق ! » |[ اللقاء الشهري ( ٣٣ ) ]|

Seandainya agama itu dengan perasaan, sungguh semua ahlul bid'ah berada di atas kebenaran. (Al Liqausy Syahrii 33).

AFM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?