BERBURU KEKUASAAN
BERBURU KEKUASAAN
Betapa banyaknya dari zaman dulu sampai zaman sekarang ini, orang berlomba-lomba mendekati pintu-pintu kekuasaan. Mereka berusaha keras untuk menduduki kursi jabatan, seakan-akan itu merupakan kemuliaan kalau sudah meraihnya.
Bahkan untuk menggapai kekuasaannya itu kadang dengan melalui cara-cara yang licik. Mungkin dengan cara membuat makar dan fitnah kepada pesaingnya, menyuap, kudeta, pemberontakan, atau melalui sistem yang diluar islam, pemilu demokrasi misalkan dan lain sebagainya.
Kekuasaan dan jabatan bukan jalan untuk meraih kemuliaan dan kehormatan. Hanya ketaatan kepada Allah-lah jalan satu-satunya untuk meraihnya.
Karena betapa banyak orang yang sudah meraih kekuasaan, sekarang justru menjadi orang yang terhina. Mungkin dicaci maki oleh rakyatnya, mungkin dipenjara karena terjerat kasus dan lain sebagainya.
Berkata Ibnu Qoyyim rahimahullah:
وقال بعض السَّلف: النَّاس يطلبون العِزَّ بأبواب الملوك، ولا يجدونه إلَّا في طاعة الله
Dan berkata sebagian salaf : Manusia itu, mereka mencari kemuliaan melalui pintu-pintu kekuasaan dan tidak mereka mendapatkannya kecuali di dalam taat kepada Allah. Ightsatul Lahfan 1/48.
Ambisi untuk meraih kekuasaan tidak habis-habisnya. Padahal kekuasaan itu akan menjadi penyesalan pada hari kiamat nanti. Bahkan sebelum mati pun mereka banyak yang menyesal.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى اْلإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتْ الْفَاطِمَةُ
“Kalian akan berambisi pada kekuasaan. Padahal ia akan menjadi penyesalan pada hari kiamat. Maka sungguh nikmat yang menyusui (kenikmatan dunia) dan sungguh buruk yang menyapih (hari setelah kematian).” (HR. Bukhari).
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengutip dari para ulama,
نعم المرضعة لما فيها من حصول الجاه والمال ونفاذ الكلمة وتحصيل اللذات الحسية والوهمية حال حصولها وبئست الفاطمة عند الانفصال عنها بموت أو غيره وما يترتب عليها من التبعات في الآخرة
“Sungguh nikmat di dunia karena pemiliknya mendapatkan jabatan, kekayaan, kata-katanya didengar, dan mendapatkan kenikmatan indrawi serta kenikmatan semu saat meraih kekuasaan. Sungguh buruk setelah kematian karena berpisah dengan kekuasaan dan adanya tanggung jawab di akhirat. (Fathul Bari).
Untuk itu janganlah meminta-minta atau mengharapkan jabatan, agar Allah Ta'ala menolong dan membantunya ketika diamanahi menjadi pejabat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَسْأَلْ اْلإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا
“Jangan meminta jabatan, sebab jika engkau diberi jabatan tanpa meminta, maka engkau akan dibantu (oleh Allah) untuk mengatasinya, tetapi jika engkau diberi karena memintanya, maka engkau akan diserahkan padanya (dibiarkan tanpa bantuan dari Allah).” (HR. Bukhari).
Seorang sahabat yang mulia Abu Dzar radhiyallahu’anhu pernah meminta jabatan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, namun beliau tidak memberikannya kepada Abu Dzar radhiyallahu anhu.
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلاَ تَسْتَعْمِلُنِى قَالَ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبِى ثُمَّ قَالَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْىٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ فِيهَا
“Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mempekerjakan aku (memberi jabatan kepadaku).” Maka beliau menepuk bahuku dengan tangannya, kemudian bersabda, “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau lemah, sedangkan sesungguhnya jabatan itu amanah dan akan menjadi kehinaan serta penyesalan pada hari kiamat, kecuali orang yang mengambilnya dengan benar dan menunaikan tanggung jawab yang ada padanya.” (HR. Muslim).
Untuk para pemimpin, jangan memberikan amanah jabatan kepada orang yang ambisi dan memintanya dan kepada orang yang tidak menguasai dibidangnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
إِذَا ضُيِّعَتِ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهَا فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
“Apabila amanah telah disia-siakan, maka nantikanlah tibanya hari kiamat. Ada yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan menyia-nyiakan amanat?’ Beliau menjawab, ‘Apabila perkara itu diserahkan kepada selain ahlinya, maka nantikanlah tibanya hari kiamat’ (ada yang menterjemahkan, tunggulah kehancurannya).” (Riwayat al-Bukhari).
Dan bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّا لاَ نُوَلِّي هَذَا مَنْ سَأَلَهُ وَلَا مَنْ حَرَصَ عَلَيْهِ
“Kami tidak menyerahkan kepemimpinan ini kepada orang yang memintanya dan tidak pula kepada orang yang berambisi untuk mendapatkannya.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
AFM
Copas dari berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar