Hidayah Yang Berpindah-Pindah

HIDAYAH YANG BERPINDAH-PINDAH

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Seseorang, awalnya hanya orang awam, katanya dapat hidayah setelah bergabung dengan suatu kelompok jamaah islam. Berikutnya bergabung lagi dengan kelompok yang lain lagi dan meninggalkan kelompok yang pertama, katanya alhamdulillah kelompok ini di atas petunjuk dan di atas kebenaran. Dan seterusnya berpindah dari satu kelompok ke kelompok lainya yang menurut perasaannya di atas petunjuk, hidayah dan kebenaran.

Ada juga orang yang mendapatkan hidayah sunnah dengan menapaki manhaj salaf dari komunitas salaf yang satu ke komunitas salaf yang lain. Bahkan bukan hanya orang awamnya, tapi ustadznya yang berpindah-pindah, karena merasa bahwa komunitas salaf yang dulu bersamanya tidak di atas petunjuk, hidayah dan kebenaran. Bahkan membuat link dan komunitas tersendiri, karena komunitas salaf yang ada tidak di atas petunjuk, hidayah dan kebenaran.

Apakah ini berarti hidayah yang dimaksud hanya hidayah sementara, sehingga terus berpindah-pindah. Atau hanya perasaan bahwa dirinya atau kelompoknya ada di atas hidayah, petunjuk dan kebenaran?

Intinya, petunjuk, hidayah dan kebenaran harus terus dicari dan selalu meminta petunjuk kepada Allah Ta'ala karena pada hakikatnya manusia itu tersesat kecuali orang yang Allah Ta'ala beri petunjuk.

Dari Abu Dzar radhiyallahu’anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam apa yang beliau riwayatkan dari Allah ta’ala, bahwa Dia berfirman, 

يا عبادي ! كلكم ضال إلا من هديته، فاستهدوني أهدكم 

Wahai hamba-hambaKu, kalian semua sesat, kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepadaKu, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian. (Riwayat Sahih Muslim).

Berkata Syeikh Utsaimin rahimahullah :

يا عبادي، كلكم ضال إلا من هديته فاستهدوني أهدكم } العباد كلهم ضال في العلم وفي العمل إلا من هداه الله عزوجل وإذا كان الأمر كذلك فالواجب طلب الهداية من الله، ولهذا قال: {فاستهدوني أهدكم } أي اطلبوا مني أهدكم، والهداية هنا تشمل هداية العلم وهداية التوفيق،

“Wahai hamba-hambaKu, kalian semua sesat, kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepadaKu, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian.” Para hamba semuanya sesat dalam hal keilmuwan dan dalam hal amalan, kecuali orang yang diberi petunjuk oleh Allah. Jika perkaranya demikian, maka yang wajib adalah memohon petunjuk kepada Allah. Oleh karena itu, Dia subhanahu wata’ala berfirman, “maka mintalah petunjuk kepadaKu, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian.” Hidayah (petunjuk) di sini mencakup hidayah ilmu dan hidayah taufiq.  (Syarah Arbain An Nawawiyyah).

Setiap hari tidak kurang dari 17 kali seseorang berdoa kepada Allah Ta'ala petunjuk jalan yang lurus dalam surah alfatihah yang dia baca dalam setiap shalatnya.

Allah Ta'ala berfirman :

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Al-Fatihah: 6).

Terus berdoa kepada Allah Ta'ala agar memberinya petunjuk dan istiqomah di atas petunjuk.

Berkata Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu anhu :

قَالَ لِي رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : قُلْ : اللَّهُمَّ اهْدِنِي ، وَسَدِّدْنِي

وَفِي رِوَايَةٍ : (( اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الهُدَى وَالسَّدَادَ )) . رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku: “Ya Allah, berilah aku hidayah dan berilah aku kebenaran.”

Dalam riwayat lain disebutkan, “Ya Allah, aku meminta kepada-Mu hidayah dan kebenaran.” (HR. Muslim).

Berkata Imam Nawawi rahimahullah :

هذا الدعاء المبارك يتضمن أهم المطالب، وأشرف المواهب، ولا يحصل الفلاح والسعادة إلا بهما، وهما الهداية والسداد، فسؤال اللَّه الهُدَى وهو المعرفة بالحق تفصيلاً وإجمالاً, والتوفيق لاتباعه ظاهراً وباطناً .

Ini doa yang berkah, mengandung permintaan yang sangat penting dan pemberian yang paling mulia. Dan tidak akan diperoleh keburuntungan dan kebahagiaan, kecuali dengan keduanya. Dan keduanya adalah al-huda (hidayah petunjuk) dan as-sadaad (istiqamah di atas kebenaran). Meminta kepada Allah petunjuk berarti kita meminta agar diberi petunjuk kebenaran secara global dan terperinci, juga diberi taufik untuk mengikuti kebenaran tersebut secara lahir dan batin. (Syarah Shahih Muslim).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

سَلِ اللهَ تَعَالَى الْهُدَى، وَالسَّدَادَ ، وَاذْكُرْ بِالْهُدَى هِدَايَتَكَ الطَّرِيقَ، وَاذْكُرْ بِالسَّدَادِ تَسْدِيدَكَ السَّهْمَ

“Mintalah kepada Allah hidayah (petunjuk) dan istiqamah di atas kebenaran. Sebutlah al-huda (petunjuk), maka engkau akan mendapatkan hidayah petunjuk. Sebutlah as-sadaad, maka arah panahmu akan lurus sampai tujuan.” (HR. Ahmad, 2:91; Al-Hakim, 4:268; Al-Bazar, 2:119. Syaikh Al-Albani menshahihkan hadits ini dalam Shahih Al-Jami’, no. 3046).

Semoga Allah Ta'ala terus membimbing kepada petunjuk hidayah dan istiqomah di atas petunjuk, hidayah dan kebenaran. Bukan hidayah petunjuk yang hanya perasaan diri atau kelompok saja, sehingga terus berpindah dari kelompok satu kelompok lainnya dari komunitas satu ke komunitas lainnya dan masih belok ke kanan dan belok ke kiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?