Kumpulan Fatwa Ulama Tentang Allah Di Atas Arasy

KUMPULAN FATWA ULAMA TENTANG ALLAH DI ATAS ARASY

Imam Adz Dzahabi rahimahullah menukil perkataan Ishaq bin Rahuwaih rahimahullah (wafat 238H):

قال الله تعالى {الرحمن على العرش استوى} إجماع أهل العلم أنه فوق العرش استوى ويعلم كل شيء في أسفل الأرض السابعة

“Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): ‘Ar Rahman ber-istiwa di atas Arsy’, ini adalah ijma para ulama yaitu bahwa Allah ber-istiwa di atas Arsy, dan Allah mengetahui segala sesuatu hingga di bawah bumi yang ke tujuh” (Al ‘Uluw li ‘Aliyyil Ghaffar, no. 179).

Berkata Qutaibah bin Sa’id (wafat 240H) rahimahullah :

هذا قول الائمة في الإسلام والسنة والجماعة: نعرف ربنا في السماء السابعة على عرشه ، كما قال جل جلاله: (الرحمن على العرش استوى)

“Ini adalah pendapat para imam Islam, imam Ahlussunnah Wal Jama’ah, yaitu bahwa kami mengetahui Rabb kami ada di langit ke tujuh, di atas Arsy, sebagaimana firman-Nya (yang artinya): ‘Ar Rahman ber-istiwa di atas Arsy‘ (QS. Thaha: 5)” (Al ‘Uluw li ‘Aliyyil Ghaffar, no. 470).

Berkata Ibnu Bathah rahimahullah (wafat 387H) :

أجمع المسلمون من الصحابة والتابعين، وجميع أهل العلم من المؤمنين أن الله تبارك وتعالى على عرشه، فوق سماواته بائن من خلقه، وعلمه محيط بجميع خلقه، لا يأبى ذلك ولا ينكره إلا من انتحل مذاهب الحلولية

“Kaum Muslimin dari kalangan sahabat Nabi dan tabi’in serta para ulama kaum Mu’minin bersepakat bahwasanya Allah Tabaraka wa Ta’ala berada di atas Arsy, di atas langit-langit dan terbedakan dengan makhluknya. Adapun ilmu Allah meliputi seluruh makhluk. Tidak ada yang menolak dan mengingkari keyakinan ini kecuali orang-orang yang terpengaruh madzhab hululiyyah” (Al Ibanah Al Kubra, 7/136).

Berkata Imam Abu Hanifah rahimahullah :

مِنْ أَنْكَرُ أَنَّ اللهَ تَعَالَى فِي السَّمَاءِ فَقَدْ كفر

“Barangsiapa yang mengingkari keberadaan Allah di atas langit, maka ia kafir”. (Fiqhul Akbar- Itsbatu Shifatul ‘Uluw, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, hal. 116-117).

Berkata Abu Muthi’ Al Hakam bin Abdillah Al Balkhiy rahimahullah :

سَأَلْتُ أَبَا حنيفة عَمَّنْ يَقُولُ لَا أَعْرِفُ رَبِّي فِي السَّمَاءِ أَوْ فِي الأَرْضِ فَقَالَ قَدَّ كُفْرٍ لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُولُ الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (٥) وَعَرْشِهِ فَوْقَ سَمَوَاتِهُ فَقُلْتُ إِنَّهُ يَقُولُ أَقُولُ عَلَى العَرْشِ أُسْتُوِيَ وَلَكِنْ قَالَ لَا يَدْرِي العَرْشُ فِي السَّمَاءِ أَوْ فِي الأَرْضِ قَالَ إِذَا أَنْكَرَ أَنَّهُ فِي السَّمَاءِ فَقَدْ كُفْرٌ رَوَاهَا صَاحِبُ الفاروق بِإِسْنَادٍ عَنْ أَبِي بَكْرٍ بِنْ نَصِيرُ بِنْ يَحْيَى عَنْ الحُكْمِ

Aku bertanya pada Abu Hanifah mengenai perkataan seseorang yang menyatakan, “Aku tidak mengetahui di manakah Rabbku, di langit ataukah di bumi ?” Imam Abu Hanifah lantas mengatakan, “Orang tersebut telah kafir karena Allah Ta’ala sendiri berfirman :

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

“Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy”. (QS. Thaha: 5) Dan ‘Arsy-Nya berada di atas langit”. Orang tersebut mengatakan lagi, “Aku berkata bahwa Allah memang menetap di atas ‘Arsy” Akan tetapi orang ini tidak mengetahui di manakah ‘Arsy, di langit ataukah di bumi. Abu Hanifah lantas mengatakan, “Jika orang tersebut mengingkari Allah di atas langit, maka dia kafir”. (Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar, Adz Dzahabi, hal. 135-136).

Berkata Imam Malik bin Anas rahimahullah:
اللَّهُ فِي السَّمَاءِ وَعِلْمُهُ فِي كُلِّ مَكَانٍ لَا يَخْلُو مِنْهُ شَيْءٌ 

“Allah berada di atas langit. Sedangkan ilmu-Nya berada di mana-mana, segala sesuatu tidaklah lepas dari ilmu-Nya”. (Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghoffar, hal. 138).

Dari Yahya bin Yahya At Taimi, Ja’far bin ‘Abdillah, dan sekelompok ulama lainnya, mereka berkata,

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى مَالِكٍ فَقَالَ يَا أَبَا عَبْد الله الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى كَيْفَ أُسْتُوِيَ قَالَ فَمَا رَأَيْتُ مَالِكًا وَجَدّْ مِنْ شَيْءِ كموجدته مِنْ مَقَالَتِهِ وَعَلَّاهُ الرحضاء يَعْنِي العَرَقُ وَأَطْرُقُ القَوْمَ فَسِرِّي عَنْ مَالِكٍ وَقَالَ الكيف غَيْرُ مَعْقُولٍ وَالاِسْتِوَاءُ مِنْهُ غَيْرُ مَجْهُولٍ وَالإِيمَانُ بِهِ وَاجِبٌ وَالسُّؤَالُ عَنْهِ بِدْعَةٌ وَإِنَّي أَخَافُ أَنْ تَكُونَ ضَالًّا وَأَمَرَّ بِهِ فَأَخْرُجُ

“Suatu sa’at ada yang mendatangi Imam Malik, ia berkata, “Wahai Abu ‘Abdillah (Imam Malik), Allah Ta’ala berfirman :

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

“Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy” (Q.S Thaha: 5). Lalu bagaimana Allah beristiwa’ (menetap tinggi) ?” Dikatakan, “Aku tidak pernah melihat Imam Malik melakukan sesuatu (artinya beliau marah) sebagaimana yang ditemui pada orang tersebut. Urat beliau pun naik dan orang tersebut pun terdiam.” Kecemasan beliau pun pudar, lalu beliau berkata,

الكَيْفُ غَيْرُ مَعْقُوْلٍ وَالإِسْتِوَاءُ مِنْهُ غَيْرُ مَجْهُوْلٍ وَالإِيْمَانُ بِهِ وَاجِبٌ وَالسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ وَإِنِّي أَخَافُ أَنْ تَكُوْنَ ضَالاًّ

“Hakekat dari istiwa’ tidak mungkin digambarkan, namun istiwa’ Allah diketahui maknanya. Beriman terhadap sifat istiwa’ adalah suatu kewajiban. Bertanya mengenai (hakekat) istiwa’ adalah bid’ah. Aku khawatir engkau termasuk orang sesat.” Kemudian orang tersebut diperintah untuk keluar”. (Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar, hal. 378).

Berkata Imam Asy-Syafi’i rahimahullah:

َآنُ اللهُ عَلَى عَرْشِهِ فِي سَمَائِهِ يُقَرِّبُ مِنْ خُلْقِهِ كَيْفَ شَاءَ وَآنٌ اللهُ تَعَالَى يَنْزِلُ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا كَيْفَ شَاءَ

“Sesungguhnya Allah berada di atas ‘Arsy-Nya yang berada di atas langit-Nya, namun walaupun begitu Allah pun dekat dengan makhluk-Nya sesuai yang Dia kehendaki. Allah Ta’ala turun ke langit dunia sesuai dengan kehendak-Nya”. (Itsbatu Shifatul ‘Uluw, hal. 123-124 dan Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar, hal.165).

Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah ditanya tentang firman Allah Ta'ala:

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ

“Dan Allah bersama kamu di mana saja kamu berada”. (QS. Al-Hadiid: 4).

Dan Firman Allah Ta’ala,

مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ

“Tiada pembicara’an rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya”. (Q.S Al Mujadilah: 7).

Beliau menjawab:

عَلَّمَهُ عَالَمَ الغَيْبِ وَالشَّهَادَةَ عِلْمَهُ مُحِيطٌ بِكُلِّ شَيْءِ شَاهِدِ علام الغيوب يَعْلَمُ الغَيْبُ رَبَّنَا عَلَى العَرْشِ بِلَا حَدٍّ وَلَا صَفُّهُ وَسَّعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ

“Yang dimaksud dengan kebersama’an tersebut adalah ilmu Allah. Allah mengetahui yang ghoib dan yang nampak. Ilmu Allah meliputi segala sesuatu yang nampak dan yang tersembunyi. Namun Rabb kita tetap menetap tinggi di atas ‘Arsy, tanpa dibatasi dengan ruang, tanpa dibatasi dengan bentuk. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Kursi-Nya pun meliputi langit dan bumi”. (Itsbat Sifatil ‘Uluw, hal. 116).

Abu Bakr Ahmad bin Ishaaq bin Ayyuub Ash-Shibghiy Al-Faqiih rahimahullah (w. 342 H) berkata:

قَدْ تَضَعُ الْعَرَبُ فِي بِمَوْضِعِ عَلَى. قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: فَسِيحُوا فِي الأَرْضِ، وَقَالَ: وَلأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ، وَمَعْنَاهُ: عَلَى الأَرْضِ وَعَلَى النَّخْلِ، فَكَذَلِكَ قَوْلُهُ فِي السَّمَاءِ: أَي عَلَى الْعَرْشِ فَوْقَ السَّمَاءِ، كَمَا صَحَّتِ الأَخْبَارُ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم.

“Kadang orang Arab meletakkan kata ‘fii (فِيْ)’ di tempat ‘alaa (عَلَى)’. Allah ‘azza wa jalla berfirman : ‘Maka berjalanlah kalian (kaum musyrikin) di muka bumi’ (QS. At-Taubah : 2). Allah juga berfirman : ‘Dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma’ (QS. Thaha : 71). Maknanya : di atas permukaan bumi dan di atas pangkal pohon kurma. Begitu pula dengan firman-Nya fis-samaa’, maknanya yaitu : di atas ‘Arsy di atas langit, sebagaimana telah shahih khabar-khabat dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-Asmaa’ wash-Shifaat 2/324].

AFM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?