BUDAK NAFSU
BUDAK NAFSU
Ada sebagian orang mengatakan, kebebasannya terkungkung, terbelenggu dan terbatasi. Mereka menginginkan kemerdekaan dalam berbicara, berpendapat dan berbuat. Dan mereka juga menginginkan kebebasan dalam mengumbar syahwat dan nafsunya agar tidak ada yang membatasi.
Mereka tidak tahu, bahwa kebebasan yang sebenarnya adalah ketaatan dan penghambaan kepada Allah. Sedangkan sebaliknya yang mengikuti syahwat dan hawa nafsu pada hakekatnya adalah orang yang tidak merdeka. Mereka hanyalah orang-orang yang diperbudak oleh nafsu dan syahwatnya.
Berkata Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah :
«الحرية الصحيحة في طاعة الله، وليست الحرية باتباع الهوى والشهوات، هذه عبودية للهوى وليست حرية»
"Kebebasan yang benar adalah dalam ketaatan kepada Allah, kebebasan bukan dengan mengikuti hawa nafsu dan syahwat, yang semacam ini merupakan penghambaan kepada hawa nafsu dan bukan kebebasan." (Al-Ijabatul Fadhilah, hlm. 23).
Selain itu ada juga manusia yang diperbudak oleh hamba lainnya. Mereka rukuk dan sujud kepadanya atau dengan mentaatinya, padahal orang tersebut menghalalkan apa yang Allah haramkan dan mengharamkan apa yang Allah halalkan, maka orang seperti ini juga adalah hamba-hamba yang belum merdeka.
Berkata Rib’i bin ‘Amir Ats-Tsaqafi radhiyallahu ‘anhu, kepada Rustum, Raja Persia :
الله ابتعثنا لنخرج من شاء من عبادة العباد إلى عبادة الله، ومن ضيق الدنيا إلى سعتها، ومن جور الاديان إلى عدل الاسلام، فأرسلنا بدينه إلى خلقه لندعوهم إليه، فمن قبل ذلك قبلنا منه ورجعنا عنه، ومن أبى قاتلناه أبدا حتى نفضي إلى موعود الله.
“Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada penghambaan kepada Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dari kezhaliman agama-agama kepada keadilan Al-Islam. Maka Dia mengutus kami dengan agama-Nya untuk kami seru mereka kepadanya. Maka barangsiapa yang menerima hal tersebut, kami akan menerimanya dan pulang meninggalkannya. Tetapi barangsiapa yang enggan, kami akan memeranginya selama-lamanya hingga kami berhasil memperoleh apa yang dijanjikan Allah” (Al-Bidayah Wa An-Nihayah karya Ibnu Katsir versi Asy-Syamilah 7/46).
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Ada sebagian orang mengatakan, kebebasannya terkungkung, terbelenggu dan terbatasi. Mereka menginginkan kemerdekaan dalam berbicara, berpendapat dan berbuat. Dan mereka juga menginginkan kebebasan dalam mengumbar syahwat dan nafsunya agar tidak ada yang membatasi.
Mereka tidak tahu, bahwa kebebasan yang sebenarnya adalah ketaatan dan penghambaan kepada Allah. Sedangkan sebaliknya yang mengikuti syahwat dan hawa nafsu pada hakekatnya adalah orang yang tidak merdeka. Mereka hanyalah orang-orang yang diperbudak oleh nafsu dan syahwatnya.
Berkata Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah :
«الحرية الصحيحة في طاعة الله، وليست الحرية باتباع الهوى والشهوات، هذه عبودية للهوى وليست حرية»
"Kebebasan yang benar adalah dalam ketaatan kepada Allah, kebebasan bukan dengan mengikuti hawa nafsu dan syahwat, yang semacam ini merupakan penghambaan kepada hawa nafsu dan bukan kebebasan." (Al-Ijabatul Fadhilah, hlm. 23).
Selain itu ada juga manusia yang diperbudak oleh hamba lainnya. Mereka rukuk dan sujud kepadanya atau dengan mentaatinya, padahal orang tersebut menghalalkan apa yang Allah haramkan dan mengharamkan apa yang Allah halalkan, maka orang seperti ini juga adalah hamba-hamba yang belum merdeka.
Berkata Rib’i bin ‘Amir Ats-Tsaqafi radhiyallahu ‘anhu, kepada Rustum, Raja Persia :
الله ابتعثنا لنخرج من شاء من عبادة العباد إلى عبادة الله، ومن ضيق الدنيا إلى سعتها، ومن جور الاديان إلى عدل الاسلام، فأرسلنا بدينه إلى خلقه لندعوهم إليه، فمن قبل ذلك قبلنا منه ورجعنا عنه، ومن أبى قاتلناه أبدا حتى نفضي إلى موعود الله.
“Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada penghambaan kepada Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dari kezhaliman agama-agama kepada keadilan Al-Islam. Maka Dia mengutus kami dengan agama-Nya untuk kami seru mereka kepadanya. Maka barangsiapa yang menerima hal tersebut, kami akan menerimanya dan pulang meninggalkannya. Tetapi barangsiapa yang enggan, kami akan memeranginya selama-lamanya hingga kami berhasil memperoleh apa yang dijanjikan Allah” (Al-Bidayah Wa An-Nihayah karya Ibnu Katsir versi Asy-Syamilah 7/46).
Komentar
Posting Komentar