MENIKAHKAN WANITA MUALAF

EDISI FIQH

MENIKAHKAN WANITA MUALAF

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Jika ada seorang wanita mualaf mau menikah, sedangkan orang tuanya (bapaknya) masih non muslim, maka bapaknya tidak bisa menjadi wali bagi anak wanitanya. Yang bisa menjadi walinya, boleh kakeknya, saudara laki-lakinya atau pamannya yang sudah memeluk agama islam.

Allah Ta'ala  berfirman :

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ

Mukmin lelaki dan mukmin wanita, satu sama lain menjadi wali. (QS. at-Taubah: 71).

Jika tidak ada sama sekali keluarganya yang muslim, maka penguasa muslim yang menjadi walinya. Dalam hal ini kalau di negara kita adalah KUA sebagai perpanjangan tangan penguasa.

Berkata Syekh Muhammad Sholeh Al Munajed hafidzahullah :

حيث أنّ هذه المرأة قد أسلمت ولله الحمد فليس لأحد من أقربائها الكفرة ولاية عليها لأنّه لا ولاية لكافر على مسلم، فإن كان في البلد التي هي فيه صاحب سلطان مسلم فإنّه يصير وليّها لقوله صلى الله عليه وسلم : لا نِكَاحَ إِلاّ بِوَلِيٍّ وَالسُّلْطَانُ وَلِيُّ مَنْ لا وَلِيَّ لَهُ . رواه ابن ماجة رقم 1880 والإمام أحمد وهو في صحيح الجامع رقم 7556

Apabila wanita tersebut telah masuk Islam, maka tidak ada seorang pun dari kerabatnya yang kafir dapat menjadi walinya, karena tidak ada hak perwalian bagi orang kafir terhadap orang Islam. Jika di negeri tersebut terdapat penguasa atau pemerintahan muslim, maka dia dapat menjadi walinya berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam :

لا نِكَاحَ إِلاّ بِوَلِيٍّ وَالسُّلْطَانُ وَلِيُّ مَنْ لا وَلِيَّ لَهُ رواه ابن ماجة رقم 1880 والإمام أحمد وهو في صحيح الجامع رقم 7556 

“Tidak ada nikah kecuali dengan wali. Dan penguasa adalah wali bagi orang yang tidak memiliki wali.” (HR. Ibnu Majah, no. 1880, Imam Ahmad, dan hadits ini terdapat dalam Shahih Al-Jami, no. 7556). (Al Islam Sual Wa Jawab 389).

Namun jika tidak ada penguasa muslim, mungkin dia berada di daerah atau negara yang penguasanya non muslim, maka laki-laki muslim yang adil bisa menjadi saksinya.

Berkata Syekh Muhammad Sholeh Al Munajed hafidzahullah :

فإن لم يكن هناك سلطان مسلم فيُلجأ إلى مرجع المسلمين في تلك الناحية وصاحب الكلمة المسموعة بينهم كمدير المركز الإسلامي أو إمامه وخطيبه يعقد لها عقد نكاحها . 

Jika tidak ada penguasa muslim maka perwaliannya dapat diserahkan kepada tokoh yang menjadi rujukan atau memiliki pandangan yang didengar di tengah masyarakat muslim. Misalnya kepala lambaga Islam, imam atau khatib Jumat, mereka dapat melangsungkan akad nikah untuk wanita tersebut. (Al Islam Sual Wa Jawab 389).

Berkata Ibnu Qudamah rahimahullah :

فإنْ لم يوجَدْ لِلمرأة وليٌّ ولا ذو سُلطان، فَعَنْ أحْمَد ما يدلُّ على أنَّه يزوِّجها رجلٌ عدْلٌ بِإِذْنِها

Maka jika tidak ada wali bagi wanita dan tidak ada juga penguasa (muslim) maka ada salah satu riwayat dari Imam Ahmad, yang menunjukkan bahwa dia dinikahkan oleh lelaki yang adil atas izin si wanita itu. (al-Mughni, 7/18). Sumber : http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?idfrom=4474&idto=4474&bk_no=15&ID=4376

Semoga risalah singkat ini bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?