BALAS BUDI KEPADA GURU
BALAS BUDI KEPADA GURU
Ditempat saya tinggal, perbatasan Maros Bone, ada penjual sate Madura, yang cukup ramai warungnya. Pemiliknya senang bersedekah, setiap selesai jumat, beliau membagikan nasi kotak ke jamaah.
Kebetulan putrinya mengaji ditempat saya. Saya kadang malu sama beliau, karena setiap mampir ke warungnya untuk menikmati makanan jualannya, beliau senantiasa menolak kalau saya mau bayar. Saya paksa pun, beliau tidak mau menerima.
Sebelum saya pindah ke tempat sekarang ini, saya tinggal di ujung batas Kabupaten Bone, disana pun ada penjual sate Madura, anaknya pun belajar ngaji di tempat saya. Sama seperti penjual sate di perbatasan, kalau saya mampir makan, selalu gratis, atau bayar setengahnya. Kalau beliau pulang dari Madura selalu membawa oleh-oleh khas Madura untuk saya sekeluarga.
Saya baca referensi tentang sikap orang Madura terhadap guru, terutama guru mengajinya atau guru mengaji anaknya. Ternyata Guru bagi orang Madura sangat mulia. Orang Madura memposisikan guru sebagai orang yang wajib dimuliakan setelah orang tua, di atas penguasa. Ada ungkapan orang Madura tentang ini yaitu bappa’ babbu’, guru, dan rato (bapak, ibu, guru, dan penguasa). Ada juga tradisi memberi hadiah kepada guru ngaji anaknya, sebagai ungkapan terima kasih dengan istilah Ser Ajem Ka Guru Ngajhi.
Mereka menyakini, bahwa tidak ada kesuksesan bagi orang yang tidak menghormati gurunya atau guru ngaji anaknya.
Seorang ulama mengatakan,
إعلم بأن طالب العلم لاينال العلم ولا ينتفع به إلا بتعظيم العلم وأهله وتعظيم الأستاذ وتوقيره
“Ketahuilah sesungguhnya seorang pencari ilmu tidak akan memperolah kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya bermanfaat, kecuali jika mereka mau mengagungkan ilmu, ahli ilmu, dan menghormati keagungan gurunya.” (Ta’limul Muta’allim).
AFM
Komentar
Posting Komentar