PEMBAGIAN TAUHID

PEMBAGIAN TAUHID


Para ulama untuk memudahkan pembelajaran, maka dibuatlah istilah-istilah yang tidak ada di zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan tiga generasi islam terbaik (sahabat, tabi'in dan tabiuttabi'in) dengan dalil-dalil yang mereka pahami. Dan perkara ini adalah perkara baru (bid’ah) yang diperbolehkan, karena ini hanya pembagian dalam istilah-istilah, bukan inovasi atau kreatifitas dalam beribadah. 

Seperti misalkan ulama membagi dalam masalah hukum menjadi lima bagian, ada wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Sunnah juga dibagi menjadi dua bagian, ada sunnah muakkad dan ghairu muakkad. Tentang najis dibagi menjadi tiga bagian, ada Najis Mukhaffafah (ringan), Najis Mutawassitah (sedang) dan Najis Mughalladah (berat), di dalam shalat, puasa atau haji ada istilah syarat-syarat, rukun-rukun, wajib-wajib, sunnah-sunnah, makruh-makruh dan pembatal-pembatal. 

Nah selama ini kaum muslimin menerimanya dan tidak ada yang mempersoalkannya istilah-istilah tersebut. Namun kenapa ketika para ulama membagi tauhid menjadi tiga (tauhid rububiyah, tauhid uluhiyyah dan asma wa sifat) dan ada sebagian hanya membagi dua bagian saja (uluhiyyah dan rububiyah) dalam rangka untuk memudahkan dalam pembelajaran, kelompok-kelompok menyimpang mempersoalkannya, bahkan mengatakan ini adalah trinitas seperti Kristen, ini bid'ah yang sesat dan lain sebagainya. Padahal ini hanyalah istilah- istilah dalam pembelajaran untuk memudahkan berdasarkan dalil-dalil dan perkataan-perkataan ulama sebagaimana para ulama membagi istilah-istilah masalah hukum. 

Bahkan mereka sesumbar, "Tolong tunjukkan di kitab apa, ada ulama yang membagi tauhid menjadi tiga!" 

Seakan-akan perkataannya menunjukkan kehebatannya, bahwa dia telah membaca seluruh kitab ulama. Padahal ini menunjukkan kebodohannya dan kurang pikniknya. 

Saya kutip beberapa perkataan ulama saja dibawah ini, karena kalau dikutip semuanya bisa kepanjangan yang membuat para pembaca kelelahan. 

Al Imam Al-Qurthuby ( wafat th. 671 H ) berkata dalam menafsirkan lafdzul jalalah ( الله) di dalam Al-Fatihah:

فالله اسم للموجود الحق الجامع لصفات الإلهية، المنعوت بنعوت الربوبية، المنفرد بالوجود الحقيقي، لا إله إلا هو سبحانه.

Maka Allah adalah nama untuk sesuatu yang benar-benar ada, yang mengumpulkan sifat-sifat ilahiyyah (sifat-sifat sesuatu yang berhak disembah) , yang bersifat dengan sifat-sifat rububiyyah (sifat-sifat sesuatu yang berkuasa), yang sendiri dengan keberadaan yang sebenarnya, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selainNya. (Tafsir Al Qurthubi). 

Berkata Ibnu Baththah Al-’Akbary ( wafat th. 387 H ), 

وذلك أن أصل الإيمان بالله الذي يجب على الخلق اعتقاده في إثبات الإيمان به ثلاثة أشياء : أحدها : أن يعتقد العبد ربانيته ليكون بذلك مباينا لمذهب أهل التعطيل الذين لا يثبتون صانعا . الثاني : أن يعتقد وحدانيته ، ليكون مباينا بذلك مذاهب أهل الشرك الذين أقروا بالصانع وأشركوا معه في العبادة غيره . والثالث : أن يعتقده موصوفا بالصفات التي لا يجوز إلا أن يكون موصوفا بها من العلم والقدرة والحكمة وسائر ما وصف به نفسه في كتابه

Dan yang demikian itu karena pokok keimanan kepada Allah yang wajib atas para makhluk untuk meyakininya di dalam menetapkan keimanan kepadaNya ada tiga perkara :

Pertama : Hendaklah seorang hamba meyakini rabbaniyyah Allah ( kekuasaan Allah ) supaya dia membedakan diri dari jalan orang-orang atheisme yang mereka tidak menetapkan adanya pencipta.

Kedua : Hendaklah meyakini wahdaniyyah Allah (keesaan Allah dalam peribadatan) supaya dia membedakan diri dari jalan orang-orang musyrik yang mereka mengakui adanya pencipta alam kemudian mereka menyekutukanNya dengan selainNya.

Ketiga : Hendaklah meyakini bahwasanya Dia bersifat dengan sifat-sifat yang memang harus Dia miliki, seperti ilmu, qudrah ( kekuasaan ), hikmah ( kebijaksanaan ) , dan sifat-sifat yang lain yang Dia tetapkan di dalam kitabNya. (Al-Ibanah ‘an Syariatil Firqatin Najiyyah wa Mujanabatil Firaq Al-Madzmumah ( 5 / 475 )). 

Berkata Abu Bakr Muhammad bin Al-Walid Ath-Thurthusyi ( wafat th. 520 H )

وأشهد له بالربوبية والوحدانية. وبما شهد به لنفسه من الأسماء الحسنى. والصفات العلى. والنعت الأوفى

Dan aku bersaksi atas rububiyyahNya dan uluhiyyahNya, dan atas apa-apa yang Dia bersaksi atasnya untuk dirinya berupa nama-nama yang paling baik dan sifat-sifat yang tinggi dan sempurna. (Muqaddimah kitab beliau Sirajul Muluk ( 1 / 1 )). 

AFM 

Copas dari berbagai sumber 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?