MENGHALALKAN APA YANG ALLAH HARAMKAN KAFIR?
MENGHALALKAN APA YANG ALLAH HARAMKAN KAFIR?
Jika seseorang menghalalkan apa-apa yang Allah haramkan atau mengharamkan apa-apa yang Allah halalkan, dalam keadaan dia tahu bahwa itu haram atau itu halal, maka sepakat para ulama bahwa orang tersebut KAFIR. Seperti menghalalkan zina, riba, miras, judi, liwath dan sejenisnya.
Berkata Al Qadhii 'Iyadh rahimahullah :
وكذلك أجمع المسلمون على تكفير كل من استحل القتل، أو شرب الخمر، أو الزنا مما حرم الله، بعد علمه بتحريمه...
Kaum muslimin sepakat atas kafirnya setiap orang yang menghalalkan pembunuhan atau minum khamar atau zina dari apa yang Allah haramkan setelah mengetahui keharamannya...(Sumber : https://dorar.net/aqadia/3619/المطلب-الثالث:-إنكار-حكم-معلوم-من-الدين-بالضرورة).
Berkata Imam Abu Ya'la rahimahullah :
ومن اعتقد تحليل ما حرم الله بالنص الصريح من الله، أو من رسوله، أو أجمع المسلمون على تحريمه فهو كافر ومن فعل ذلك فهو كافر بإجماع المسلمين
Barangsiapa menghalalkan apa yang telah Allah haramkan dengan nash yang tegas dari Allah atau RasulNya. Atau berdasarkan ijma' kaum muslimin atas keharamannya. Maka dia kafir. Dan barangsiapa melakukan hal tersebut maka dia kafir secara ijma kaum muslimin. (Sumber : https://dorar.net/aqadia/3619/المطلب-الثالث:-إنكار-حكم-معلوم-من-الدين-بالضرورة).
Berkata Syeikh Bin Baz rahimahullah :
قد أجمع علماء الإسلام على كفر من استحل ما حرمه الله أو حرم ما أحله الله مما هو معلوم من الدين بالضرورة، ومن تأمل كلام العلماء في جميع المذاهب الأربعة في باب حكم المرتد.... (مجموع الفتاوى للشويعر 2/ 330).
Sesungguhnya ulama islam telah sepakat atas kafirnya orang yang menghalalkan apa-apa yang Allah haramkan atau mengharamkan apa-apa yang Allah halalkan yang dia ketahui di dalam perkara agama yang darurat. Dan dari pendapat perkataan ulama secara mayoritas di empat madzhab di dalam bab hukum murtad....(Sumber : https://binbaz.org.sa/old/123).
Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :
"من أحل النظر؛ فقد كفر بالإجماع، ومن حرم الخبز؛ فقد كفر بالإجماع". (منار السبيل. باب حكم المرتد. ص:405، بتصرف)
Barangsiapa menghalalkan melihat (wanita yang bukan mahram) maka sungguh telah kafir secara ijma. Dan Barangsiapa mengharamkan roti, maka sungguh telah kafir secara ijma. (Sumber : http://iswy.co/e128l7).
Pembahasan di atas, masuk katagori takfir muthlaq. Boleh mengkafirkan perbuatan tersebut secara umum. Namun takfir secara individu (takfir muayyan), dengan mengatakan kamu kafir, maka ini tidak boleh, karena perlu syarat-syaratnya, diantaranya apakah dia jahil dengan mengatakan demikian atau tidak.
Banyak dalil dalam alquran dan assunnah berupa ancaman-ancaman. Seperti yang berbuat demikian dikatakan kafir, fasik dan yang lainnya. Dan ini berlaku secara umum, tidak tunjuk hidung, bahwa kamu kafir, fasik dan yang lainnya. Karena hal ini memerlukan syarat-syarat dan tegaknya hujjah terlebih dahulu. Jangan sampai seseorang tersebut melakukannya karena kebodohan atau ketidaktahuannya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berkata,
أَنَّ التَّكْفِيرَ لَهُ شُرُوطٌ وَمَوَانِعُ قَدْ تَنْتَقِي فِي حَقِّ الْمُعَيَّنِ وَأَنَّ تَكْفِيرَ الْمُطْلَقِ لَا يَسْتَلْزِمُ تَكْفِيرَ الْمُعَيَّنِإلَّا إذَا وُجِدَتْ الشُّرُوطُ وَانْتَفَتْ الْمَوَانِعُ
“Bahwa takfir memiliki syarat-syarat dan penghalang-penghalang dalam mengkafirkan individu tertentu (mu’ayyan), dan bahwa takfir secara umum (muthlaq) tidak mengharuskan takfir terhadap individu tertentu (mu’ayyan), kecuali apabila terpenuhi syarat-syarat dan terangkat penghalang-penghalang.” [Majmu’ Al-Fatawa, 12/488].
Berkata Imam Syafii rahimahullah tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah yang ditetapkan dalam alquran dan assunnah,
"فإنْ خالف بعد ذلك بعد ثبوت الحجة عليه، فهو كافر، فأمَّا قبْل ثبوت الحجة عليه، فمعذور بالجهل. مختصر العلو" ص 177
Jika menyelisihi yang demikian itu setelah ditetapkan hujjah atasnya, maka dia kafir. Maka adapun sebelum ditetapkan hujjah atasnya, maka diberi udzur karena kebodohan. Mukhtashor Al Uluw 117. Sumber : http://iswy.co/e1570k
Berkata asy-Syaikh Sulaiman bin Samhaan rahimahumullah ,
ومسألة تَكْفِيرِ المُعَيَّن مسألة معروفة، إذا قال قولاً يكون القول به كفرًا، فيقال: مَن قال بهذا القول فهو كافِر؛ ولكن الشخص المُعَيَّن إذا قال ذلك لا يُحْكَم بكفره، حتى تقومَ عليه الحجة التي يكفر تاركُها"
Dan masalah takfir mu'ayyan (mengkafirkan secara individu) masalah yang sudah makruf. Apabila dia berkata dengan perkataan yang ada padanya kekufuran, maka dikatakan, barangsiapa berkata dengan perkataan ini maka dia kafir. Akan tetapi orang (individu) tertentu, apabila dia berkata seperti itu tidak dihukumi kafir, sampai tegak atasnya hujjah, yang meninggalkan (hujjah yang telah disampaikan), jatuh pada kekafiran. (Ad-Duraar as-saniyah 10/432-433). Sumber : http://iswy.co/e1570k
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah,
فَإِنَّ نُصُوصَ ” الْوَعِيدِ ” الَّتِي فِي الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَنُصُوصَ الْأَئِمَّةِ بِالتَّكْفِيرِ وَالتَّفْسِيقِ وَنَحْوِ ذَلِكَ لَا يُسْتَلْزَمُ ثُبُوتُ مُوجَبِهَا فِي حَقِّ الْمُعَيَّنِ إلَّا إذَا وُجِدَتْ الشُّرُوطُ وَانْتَفَتْ الْمَوَانِعُ
Maka sesungguhnya nash nash ancaman yang ada dalam Al Kitab (al-Quran), assunnah dan ucapan para imam yang mengandung takfir (pengkafiran), tafsik (pemfasikan) dan yang semisalnya tidaklah melazimkan kandungan nash-nash tersebut pasti berlaku jika diterapkan secara spesifik pada individu, kecuali berbagai syarat (pengkafiran, pemfasikan dll) telah terpenuhi dan tidak ditemukan satu pun faktor penghambat.” (Majmu’ al-Fataawa 10/371). Sumber :
: http://iswy.co/e1570k
Dan berkata Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah,
إنَّ التكفير له شروط وموانعُ، قد تنتفي في حقِّ المعيَّن، وإن تكفير المطلَق لا يستلزم تكفيرَ المُعَيَّن، إلاَّ إذا وُجِدَتِ الشروط، وانتفتِ الموانع، يُبَيِّن هذا أنَّ الإمام أحمدَ وعامَّة الأئمة الذين أطلقوا هذه العمومات - أي: مَن قال أو فعل كذا، فقد كفر - لم يُكَفِّروا أكثر مَن تَكَلَّم بهذا الكلام بعينِه.
Sesungguhnya takfir baginya syarat-syarat dan penghalang-penghalang, yang kadang tidak terpenuhi secara individu. Dan bahwasannya takfir mutlak (pengkafiran secara umum) tidak mewajibkan (mengharuskan) takfir mu’ayyan (pengkafiran secara individu), kecuali apabila didapatkan syarat-syarat dan hilangnya penghalang-penghalang. Ini dijelaskan bahwa Al-Imaam Ahmad dan kebanyakan para imam yang memutlakkan keumuman-keumuman ini, tidaklah mengkafirkan mayoritas orang yang mengatakan perkataan (kufur) ini secara individu.Majmu Fatawa 12/487. Sumber : http://iswy.co/e1570k
Dan berkata Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah,
فهذه المقالات هي كفر لكن ثبوت التكفير في حق الشخص المعين موقوف على قيام الحجة التي يكفر تاركها وإن أطلق القول بتكفير من يقول ذلك فهو مثل إطلاق القول بنصوص الوعيد مع أن ثبوت حكم الوعيد في حق الشخص المعين موقوف على ثبوت شروطه وانتفاء موانعه ولهذا أطلق الأئمة القول بالتكفير مع أنهم لم يحكموا في عين كل قائل بحكم الكفار
Maka berbagai perkataan ini adalah kekufuran, akan tetapi penetapan pengkafiran secara pasti kepada seorang person tertentu berpatokan pada penegakan hujjah, yang pelakunya dihukumi kafir jika meninggalkan kandungan hujjah tersebut. Hal itu seperti penggunaan ungkapan secara mutlak yang terdapat dalam nash-nash ancaman padahal kepastian ancaman pada nash-nash tersebut berlaku secara spesifik pada diri seseorang harus berpatokan pada terpenuhinya beberapa syarat dan ketiadaan faktor penghambat. Oleh karena itu, para imam melakukan takfir secara mutlak terhadap perkataan yang mengandung kekufuran, sementara mereka tidak serta merta memvonis kafir secara spesifik terhadap setiap orang yang mengucapkannya.: http://iswy.co/e1570k
AFM
Copas dari berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar