Edisi Manhaj 3

Edisi Manhaj

SEBAB-SEBAB KESESATAN (3)

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Seseorang atau kelompok (jamaah) yang beramal ibadah tidak didasari dalil alquran dan as sunnah serta pemahaman dan pengamalan para salaf, mereka akan terjatuh pada perkara baru dalam agama, mereka akan terjatuh pada amalan bid'ah yang sesat. Ini semua akibat mereka beramal tanpa ilmu (alquran dan as sunnah) dan tidak memahami keduanya dengan pemahaman yang benar.

Orang-orang nasrani tersesat dari jalan yang benar karena mereka beramal tanpa ilmu. Mereka beramal ibadah tanpa ada landasan dalil. Mereka sangat kreatif memodifikasi amal ibadah. Mereka berkreasi membuat inovasii hal-hal yang baru dalam beragama. Mereka melampaui batas dan berlebih-berlebihan dalam beragama.

Berkata Ibnu Qayyim rahimahullah:

من لم يعرف الحق فهو ضال ومن عرفه وآثر غيره عليه فهو مغضوب عليه ومن عرفه واتبعه فهو مُنعم عليه. [اغاثة اللهفان (٢٤/١)]

Barangsiapa tidak mengenal kebenaran, maka dia adalah orang yang sesat. Barangsiapa mengetahui kebenaran, sementara dia lebih mengutamakan selainnya, maka dia menjadi orang yang dimurkai (oleh Allah). Dan barangsiapa yang mengenal kebenaran dan mengikutinya, maka dia lah orang yang diberi nikmat (oleh Allah). Ighatsatul Lahafaan 1/24 .

Allah Ta'ala berfirman:

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus". (QS. Al Maidah 77).

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah tentang ayat ini:

Yakni janganlah kalian melampaui batas dalam mengikuti kebenaran, dan janganlah kalian menyanjung orang yang kalian diperintahkan untuk menghormatinya, lalu kalian melampaui batas dalam menyanjungnya hingga mengeluarkannya dari kedudukan kenabian sampai kepada kedudukan sebagai tuhan. Yaitu seperti yang kalian lakukan terhadap Al-Masih, padahal dia adalah salah seorang dari nabi-nabi Allah, tetapi kalian menjadikannya sebagai tuhan selain Allah. Hal ini tidak kalian lakukan melainkan hanya semata-mata kalian mengikuti guru-guru kalian, yaitu guru-guru sesat yang merupakan para pendahulu kalian dari kalangan orang-orang yang sesat di masa lalu.

وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ

Dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus. (QS. Al-Maidah: 77)

Yakni mereka menyimpang dari jalan yang lurus dan benar, menuju kepada jalan kesesatan dan kesalahan.

Ar-Rabi’ ibnu Anas rahimahullah mengatakan: Bahwa dahulu ada seorang alim yang mengajarkan Al-Kitab dan Sunnah kepada banyak kaum selama suatu masa. Kemudian datanglah setan dan mengatakan (kepadanya), "Sesungguhnya yang kamu ajarkan hanyalah peninggalan atau perintah yang telah diamalkan sebelum kamu, maka kamu tidak beroleh pujian karenanya. Tetapi buatlah suatu perkara dari dirimu sendiri, lalu ajaklah manusia, dan paksa mereka mengamalkannya." Kemudian orang itu melakukan hal tersebut, tetapi setelah lewat suatu masa ia sadar, Ia bermaksud bertobat dari perbuatannya itu, maka ia melucuti semua kekuasaan dan kerajaannya; dan ia bermaksud melakukan ibadah hingga akhir hayatnya agar semua dosanya terhapus. Setelah beberapa hari dalam ibadahnya, ia didatangi, lalu dikatakan kepadanya, "Sekiranya tobatmu menyangkut dosa antara kamu dengan Tuhanmu (hak Tuhan), maka ada kemungkinan tobatmu dapat diterima. Tetapi kamu harus ingat bahwa si anu dan si anu serta lain-lainnya telah sesat dalam membelamu, sedangkan mereka telah meninggal dunia da­lam keadaan sesat. Maka mana mungkin kamu dapat memberikan petunjuk kepada mereka. Karena itu, tiada tobat bagimu selama- lamanya." (Tafsir Ibnu Katsir Surah Al Maidah 77).

Begitu pula ada sebagian dari kaum muslimin yang meniru orang-orang nasrani. Mereka begitu kreatif berinovasi dalam beramal ibadah. Mereka modifikasi perkara-perkara agama yang sudah ada untuk menarik manusia mengikutinya. Mereka mengira bahwa itu perkara yang baik. Dan mereka pun mengira bahwa amal ibadahnya diterima. Padahal semua amal ibadah yang tidak ada dalil perintahnya dan dicontohkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam semuanya tertolak.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ». (رواه متفق عليه).

Barangsiapa beramal dengan suatu amalan, yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalan tersebut tertolak. (HR. Bukhari Muslim).

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ ». (رواه متفق عليه).

Barangsiapa mengada-mengada perkara baru dalam urusan (agama) kami ini, apa yang tidak ada darinya (perintahnya) maka dia (amalan tersebut) tertolak. (HR. Bukhari Muslim).

Membuat perkara baru dalam urusan agama adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan adalah di neraka.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ وَيَقُولُ بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ وَيَقْرُنُ بَيْنَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَيَقُولُ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

"Hendaklah kalian selalu waspada di waktu pagi dan petang. Aku diutus, sementara antara aku dan hari kiamat adalah seperti dua jari ini (yakni jari telunjuk dan jari tengah).” Kemudian beliau melanjutkan bersabda: “Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim).

Dan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ».

"Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memimpin kalian adalah budak Habsyi. Karena barangsiapa yang hidup di antara kalian setelahku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, kalian wajib berpegang pada sunnahku dan sunnah al-Khulafâ’ al-Muhtadîn ar-Râsyidîn yang mendapatkan petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian (maksudnya peganglah dengan teguh). Hati-hatilah dengan perkara yang diada-adakan karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi. Berkata Syaikh al-Albani Hadits Shahih)

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. (رواه النسائي و ابن خزيمة. قال الشيخ الألباني: صحيح).

Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah kitab Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muahammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sejelek-jelek urusan adalah perkara baru (dalam agama). Dan setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat. Dan setiap kesesatan adalah di dalam neraka. (HR. An Nasai dan Ibnu Khuzaimah. Berkata Syekh Al Albani :Hadits Shahih).

Ada yang mengatakan bahwa tidak setiap bid'ah adalah sesat. Mereka mengatakan bahwa kata كل (kullu) tidak menunjukkan keseluruhan, namun sebagian. Mereka juga berdasarkan perkataan Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu yang mengatakan bahwa shalat tarawih adalah bid'ah hasanah.

Sehingga perkataan Umar Bin Khaththab radhiyallahu anhu tentang shalat tarawih itu bid'ah hasanah, bukan dari segi syariah, tapi dari segi bahasa.

Kalau pengertian dari segi syariah, tidak mungkin beliau menyelisihi Rasulullah. Disamping itu pula shalat tarawih berjamaah bukan perkara baru, karena ini pernah dilakukan dan dicontohkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sekalipun seandainya perkataan Umar ini benar ada bid'ah hasanah, tentulah kita akan membuangnya dan kita mengambil perkataan Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang mengatakan SETIAP BID'AH ADALAH SESAT, dan Umar sudah dipastikan tidak akan menyelisihi Rasulullah.

Ini dalil yang ahlul bid'ah pakai untuk pembenaran adanya bid'ah hasanah.

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ, وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ. فَقَالَ عُمَرُ: وَاللَّهِ إِنِّي لَأَرَانِي لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ, فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ. قَالَ: ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلَاةِ قَارِئِهِمْ, فَقَالَ عُمَرُ: نِعْمَتِ الْبِدْعَةُ هَذِهِ, وَالَّتِي تَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنْ الَّتِي تَقُومُونَ, يَعْنِي آخِرَ اللَّيْلِ وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ

Dari Abdurrahman bin Abdil Qaary katanya; aku keluar bersama Umar bin Khatthab di bulan Ramadhan menuju masjid (Nabawi). Sesampainya di sana, ternyata orang-orang sedang shalat secara terpencar; ada orang yang shalat sendirian dan ada pula yang menjadi imam bagi sejumlah orang. Maka Umar berkata: “Menurutku kalau mereka kukumpulkan pada satu imam akan lebih baik…” maka ia pun mengumpulkan mereka –dalam satu jama’ah– dengan diimami oleh Ubay bin Ka’ab. Kemudian aku keluar lagi bersamanya di malam yang lain, dan ketika itu orang-orang sedang shalat bersama imam mereka, maka Umar berkata, “Sebaik-baik bid’ah adalah ini, akan tetapi saat dimana mereka tidur lebih baik dari pada saat dimana mereka shalat”, maksudnya akhir malam lebih baik untuk shalat karena saat itu mereka shalatnya di awal malam. (Imam Malik-Al Muwaththa).

Berkata Ibnu Taymiyah rahimahullah:(Iqtidha', 2:589):

وهذه تسمية لغوية لا تسمية شرعية، وذلك أن البدعة في اللغة تعم كل ما فعل ابتداء من غير مثال سابق

Dan bid'ah disini yang dimaksud adalah bid'ah secara bahasa bukan secara syariah, dan sesungguhnya bid'ah di dalam segi  bahasa mencakup seluruh apa yang diperbuat  yang tidak ada contoh sebelumnya. (Iqtidha' : 2/589)

Berkata Ibnu Rajab rahimahullah:

وأما وقع في كلام السلف من استحسان بعض البدع فإنما ذلك في البدع اللغوية لا الشرعية

Dan adapun perkataan salaf yang mengaitkan hasanah dengan sebagian bid'ah, maka sesungguhnya yang dimaksud bid'ah  disitu adalah dari segi bahasa bukan dari syariah. Jami' al-Uloom, 233).

Berkata Syekh Shaleh Al Fauzan hafidzahullah:

الرسول صلى الله عليه وسلم يقول كل بدعة ضلالة وأنت تقول توجد بدعة حسنة؟ افتح المجيد ٠٨-٠٦-١٤٣٨

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Setiap bid'ah adalah sesat, dan kamu mengatakan ada bid'ah hasanah? (Iftah Al Majid - 08-06-1438).

Mereka juga beralasan, bahwa Imam Syafii rahimahullah membagi bid'ah menjadi dua bagian, bid'ah terpuji dan bid'ah tercela, namun sebagaimana prilaku ahlul bid'ah, mereka memotong perkataan Imam Syafii rahimahullah ini sampai disitu tidak meneruskannya untuk pembenaran penyimpangannya, inilah lengkapnya perkataan beliau:

Berkata Imam Syafi’i rahimahullah ;

البدعة بدعتان: بدعة محمودة، وبدعة مذمومة، فما وافق السنة، فهو محمود، وما خالف السنة، فهو مذموم

“Bid’ah itu ada dua macam yaitu bid’ah mahmudah (yang terpuji) dan bid’ah madzmumah (yang tercela). Jika suatu amalan bersesuaian dengan tuntunan Rasul, itu termasuk amalan terpuji. Namun jika menyelisihi tuntunan, itu termasuk amalan tercela” Abu Nu’aim dalam Al Hilyah, 9: 113.

Kesimpulannya, siapa saja yang menyelisihi alquran dan as sunnah dia ahlul bid'ah, walaupun ilmunya banyak dan gelarnya berderet serta kitab-kitab bertumpuk di perpustakaan pribadinya.

Berkata Al Imam Al Barbahari rahimahullah:

ومن خالف الكتاب و السنة فهو صاحب بدعة و ان كان كثير العلم و الكتب

Dan barangsiapa menyelisihi al kitab (al quran) dan as sunnah maka dia adalah pelaku bid'ah, walaupun ilmu dan kitab-kitabnya banyak. Syahrus Sunnah hal 104.

Agama Islam ini telah sempurna, tidak perlu lagi berkreasi dan berinovasi, tinggal menjalankan.

Allah Ta'ala berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.  (QS. Al Maidah : 3).

Kalau pelaku bid'ah itu tetap saja memandang baik amalan bid'ahnya, berarti mereka telah menuduh bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak mengajarkan islam semuanya. Mereka telah menuduh beliau khianat terhadap risalah.

Imam Malik rahimahullah berkata:

مَنِ ابْتَدَعَ فِيْ اِلإِسْلاَمِ بِدْعَةً يَرَاهَا حَسَنَةً فَقَدْ زَعِمَ أَنَّ مُحَمَّدًا خَانَ الرِّسَالَةَ، لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُوْلُ: (الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِيْنًا) فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِيْنًا فَلاَيَكُنِ اْليَوْمَ دِيْنًا

"Barangsiapa mengada-adakan dalam Islam suatu bid'ah dia melihatnya sebagai suatu kebaikan maka dia telah menuduh Muhammad menghianari risalah, karena Allah telah berfirman: "Pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah kucupkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Ku ridhoi Islam menjadi agamamu." Maka sesuatu yang bukan termasuk ajaran agama pada hari itu (saat hidup Rasul), bukan pula termasuk ajaran agama pada hari ini." (Dakwatul Kholaf Ila Thoriqis Salaf, Muhammad bin Ali bin Ahmad Bafadhl, hal.)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?