Para Salaf Memaknai Ied
PARA SALAF MEMAKNAI IED
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Sebagian orang memaknai hari idul fitri adalah hari berbuka. Hari untuk makan dan minum. Sebagian lagi memahami bahwa ini hari kembali suci, kembali seperti bayi yang baru lahir, suci bersih dari dosa. Sebagian lagi mengatakan, hari untuk bersenang-senang dan bergembira. Dan berbagai pemaknaan lainnya.
Lantas bagaimana sebagian para salaf memaknai hari ied?
Pertama, Hari Bagi Yang Takut Dengan Pembalasan Di Akhirat.
Di hari Ied, datanglah puteri-puteri ‘Umar bin ‘Abdul ‘Azîz rahimahullah. Mereka berkata kepada ayahnya :
يا أمير المؤمنين، العيد غدًا، وليس عندنا ثياب جديدة نَلْبَسُها. قال عمر بن عبد العزيز يا بناتي، ليس العيد من لبس الجديد، إنما العيد لمن خاف يوم الوعيد
Wahai Amirul Mu’minin, besok sudah hari Ied sedangkan kami tidak memiliki pakaian baru untuk bisa kami kenakan.” 'Umar bin ‘Abdil ‘Azîz pun menjawab : “Wahai puteri-puteriku, sesungguhnya Ied itu bukanlah dengan berpakaian baru, namun Ied itu adalah bagi orang yang takut dengan hari pembalasan.” [‘Umar bin Abdil ‘Azîz Kânat Hayâtuhu Mu’jizahkarya Muhammad Jum’ah].
Kedua, Hari Bagi Orang Yang Bertambah Ketaatan Dan Diampuni Dosa-Dosanya.
ليس العيد لمن لبس الجديد، إنما العيد لمن طاعاته تزيد، ليس العيد لمن تجمل باللباس والركوب، إنما العيد لمن غفرت له الذنوب، في ليلة العيد تفرق خلق العتق والمغفرة على العبيد؛ فمن ناله منها شيء فله عيد، وإلا فهو مطرود بعيد
“Ied itu bukanlah bagi orang yang berpakaian baru, namun Ied itu adalah bagi orang yang bertambah ketaatannya. Ied itu bukanlah bagi orang yang menghias pakaian dan kendaraannya, namun Ied itu adalah bagi orang yang diampuni dosa-dosanya. Di malam Ied, dibagikan pembebasan dan ampunan bagi para hamba, maka barangsiapa yang meraihnya maka ia mendapatkan Ied, dan siapa yang tidak memperolehnya maka ia terusir jauh.” [Lathâ’if al-Ma’ârif hal. 277]
Abûl Manshûr asy-Syîrâzî rahimahullâhu di dalam majelis beliau di tanah suci pada hari Ied, pernah berwasiat :
لَيْسَ الْعِيدُ لِمَنْ غُرِفَ لَهُ إِنَّمَا الْعِيدُ لِمَنْ غُفِرَ لَهُ
“Ied itu bukanlah bagi orang yang disuguhkan dengan berbagai makanan namun Ied itu adalah bagi orang yang diampuni dosa-dosanya.” [Mu’jamus Safar hal 312]
Ketiga, Hari Beramal Ketaatan Dan Tidak Maksiat
Al-Hasan al-Bashri rahimahullâhu berkata :
كل يوم لا يعصى الله فيه فهو عيد، كل يوم يقطعه المؤمن في طاعة مولاه وذكره وشكره فهو له عيد
“Setiap hari yang Allah tidak dimaksiati di dalamnya maka itulah sejatinya hari Ied. Setiap hari yang mana setiap mukmin melakukan amal ketaatan kepada Allah, selalu berdzikir dan bersyukur pada-Nya, maka itulah sejatinya hari Ied.” [Lathâ’if al-Ma’ârif hal. 278]
Keempat, Hari Yang Diterima Puasa Dan Shalatnya
Seseorang datang menemui Amirul Mu’minin ‘Alî Radhiyallâhu ‘anhu pada hari Iedul Fithri. Lalu ia dapati ‘Ali memakan roti yang sudah keras. Orang itu lalu berkata :
يا أمير المؤمنين، يوم عيد وخبز خشن! قال علي رضي الله عنه اليوم عيد مَن قُبِلَ صيامه وقيامه، عيد من غفر ذنبه وشكر سعيه وقبل عمله، اليوم لنا عيد وغدًا لنا عيد، وكل يوم لا يعصى الله فيه فهو لنا عيد
Wahai Amirul Mu’minin, sekarang ini hari Ied namun roti yang Anda makan sudah keras (tidak layak)!” ‘Ali radhiyallahu anhu pun menimpali : “Hari ini adalah Ied bagi orang yang diterima puasa dan sholatnya. Ied itu bagi orang yang diampuni dosanya, diapresiasi jerih payahnya dan diterima amalnya. Hari ini dan esok adalah Ied bagi kita. Bahkan setiap hari itu adalah Ied bagi orang yang tidak memaksiati Allah di dalamnya. Inilah Ied kita (yang sesungguhnya).”
Kelima, Hari Seseorang Masuk Ke Surga.
Diriwayatkan bahwa Imam Mâlik bin Anas rahimahullâhu pernah berkata : “Orang yang beriman memiliki 5 hari Ied :
كل يوم يمر على المؤمن ولا يكتب عليه ذنب فهو يوم عيد
Setiap hari yang berlalu melewati seorang mu’min dan tidak dicatat baginya perbuatan dosa, maka ini adalah hari Ied.
اليوم الذي يخرج فيه من الدنيا بالإيمان فهو يوم عيد
Hari yang seorang mu’min keluar dari dunia (meninggal dunia) dengan keimanan, maka ini adalah hari Ied.
واليوم الذي يجاوز فيه الصراط ويأمن أهوال يوم القيامة فهو يوم عيد
Dan hari yang seorang (mu’min) bisa melewati titian Shirath dan selamat dari ujian hari kiamat yang mengerikan, maka ini adalah hari Ied.
واليوم الذي يدخل فيه الجنة فهو يوم عيد
Dan hari yang mana seorang mu’min masuk ke dalam surga, maka ini adalah hari Ied.
واليوم الذي ينظر فيه إلى ربه فهو يوم عيد
Dan hari yang mana seorang mu’min bisa memandang wajah Rabb-nya, maka inilah hari Ied. [Farhatul Ied karya Badr ‘Abdul Hamîd Humaisoh].
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Sebagian orang memaknai hari idul fitri adalah hari berbuka. Hari untuk makan dan minum. Sebagian lagi memahami bahwa ini hari kembali suci, kembali seperti bayi yang baru lahir, suci bersih dari dosa. Sebagian lagi mengatakan, hari untuk bersenang-senang dan bergembira. Dan berbagai pemaknaan lainnya.
Lantas bagaimana sebagian para salaf memaknai hari ied?
Pertama, Hari Bagi Yang Takut Dengan Pembalasan Di Akhirat.
Di hari Ied, datanglah puteri-puteri ‘Umar bin ‘Abdul ‘Azîz rahimahullah. Mereka berkata kepada ayahnya :
يا أمير المؤمنين، العيد غدًا، وليس عندنا ثياب جديدة نَلْبَسُها. قال عمر بن عبد العزيز يا بناتي، ليس العيد من لبس الجديد، إنما العيد لمن خاف يوم الوعيد
Wahai Amirul Mu’minin, besok sudah hari Ied sedangkan kami tidak memiliki pakaian baru untuk bisa kami kenakan.” 'Umar bin ‘Abdil ‘Azîz pun menjawab : “Wahai puteri-puteriku, sesungguhnya Ied itu bukanlah dengan berpakaian baru, namun Ied itu adalah bagi orang yang takut dengan hari pembalasan.” [‘Umar bin Abdil ‘Azîz Kânat Hayâtuhu Mu’jizahkarya Muhammad Jum’ah].
Kedua, Hari Bagi Orang Yang Bertambah Ketaatan Dan Diampuni Dosa-Dosanya.
ليس العيد لمن لبس الجديد، إنما العيد لمن طاعاته تزيد، ليس العيد لمن تجمل باللباس والركوب، إنما العيد لمن غفرت له الذنوب، في ليلة العيد تفرق خلق العتق والمغفرة على العبيد؛ فمن ناله منها شيء فله عيد، وإلا فهو مطرود بعيد
“Ied itu bukanlah bagi orang yang berpakaian baru, namun Ied itu adalah bagi orang yang bertambah ketaatannya. Ied itu bukanlah bagi orang yang menghias pakaian dan kendaraannya, namun Ied itu adalah bagi orang yang diampuni dosa-dosanya. Di malam Ied, dibagikan pembebasan dan ampunan bagi para hamba, maka barangsiapa yang meraihnya maka ia mendapatkan Ied, dan siapa yang tidak memperolehnya maka ia terusir jauh.” [Lathâ’if al-Ma’ârif hal. 277]
Abûl Manshûr asy-Syîrâzî rahimahullâhu di dalam majelis beliau di tanah suci pada hari Ied, pernah berwasiat :
لَيْسَ الْعِيدُ لِمَنْ غُرِفَ لَهُ إِنَّمَا الْعِيدُ لِمَنْ غُفِرَ لَهُ
“Ied itu bukanlah bagi orang yang disuguhkan dengan berbagai makanan namun Ied itu adalah bagi orang yang diampuni dosa-dosanya.” [Mu’jamus Safar hal 312]
Ketiga, Hari Beramal Ketaatan Dan Tidak Maksiat
Al-Hasan al-Bashri rahimahullâhu berkata :
كل يوم لا يعصى الله فيه فهو عيد، كل يوم يقطعه المؤمن في طاعة مولاه وذكره وشكره فهو له عيد
“Setiap hari yang Allah tidak dimaksiati di dalamnya maka itulah sejatinya hari Ied. Setiap hari yang mana setiap mukmin melakukan amal ketaatan kepada Allah, selalu berdzikir dan bersyukur pada-Nya, maka itulah sejatinya hari Ied.” [Lathâ’if al-Ma’ârif hal. 278]
Keempat, Hari Yang Diterima Puasa Dan Shalatnya
Seseorang datang menemui Amirul Mu’minin ‘Alî Radhiyallâhu ‘anhu pada hari Iedul Fithri. Lalu ia dapati ‘Ali memakan roti yang sudah keras. Orang itu lalu berkata :
يا أمير المؤمنين، يوم عيد وخبز خشن! قال علي رضي الله عنه اليوم عيد مَن قُبِلَ صيامه وقيامه، عيد من غفر ذنبه وشكر سعيه وقبل عمله، اليوم لنا عيد وغدًا لنا عيد، وكل يوم لا يعصى الله فيه فهو لنا عيد
Kelima, Hari Seseorang Masuk Ke Surga.
Diriwayatkan bahwa Imam Mâlik bin Anas rahimahullâhu pernah berkata : “Orang yang beriman memiliki 5 hari Ied :
كل يوم يمر على المؤمن ولا يكتب عليه ذنب فهو يوم عيد
Setiap hari yang berlalu melewati seorang mu’min dan tidak dicatat baginya perbuatan dosa, maka ini adalah hari Ied.
اليوم الذي يخرج فيه من الدنيا بالإيمان فهو يوم عيد
Hari yang seorang mu’min keluar dari dunia (meninggal dunia) dengan keimanan, maka ini adalah hari Ied.
واليوم الذي يجاوز فيه الصراط ويأمن أهوال يوم القيامة فهو يوم عيد
Dan hari yang seorang (mu’min) bisa melewati titian Shirath dan selamat dari ujian hari kiamat yang mengerikan, maka ini adalah hari Ied.
واليوم الذي يدخل فيه الجنة فهو يوم عيد
Dan hari yang mana seorang mu’min masuk ke dalam surga, maka ini adalah hari Ied.
واليوم الذي ينظر فيه إلى ربه فهو يوم عيد
Dan hari yang mana seorang mu’min bisa memandang wajah Rabb-nya, maka inilah hari Ied. [Farhatul Ied karya Badr ‘Abdul Hamîd Humaisoh].
Komentar
Posting Komentar