Mendahulukan Puasa Syawal Atau Qadha?

NDAHULUKAN PUASA SYAWAL ATAU QADHA ?

Ada pendapat, mendahulukan puasa syawal terlebih dahulu daripada puasa qadha, dengan alasan bahwa mengqadha puasa ramadhan waktunya panjang, bisa dibulan-bulan lain, sedangkan puasa syawal waktunya terbatas.

Pendapat yang lain, mendahulukan puasa qadha daripada puasa syawal, dengan alasan mengqadha adalah wajib dan puasa syawal adalah sunnah. Maka mendahulukan yang wajib lebih utama daripada mendahulukan yang sunnah.

Dari kedua pendapat ini, yang paling kuat adalah pendapat yang kedua. Yang mendahulukan yang wajib daripada yang sunnah, berdasarkan dalil :

Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ (رواه مسلم، رقم 1164)

"Barangsiapa yang berpuasa bulan Ramadan, kemudian diikuti dengan enam hari dari bulan Syawal, maka seperti puasa setahun." (HR. Muslim, 1164).

Berkata Syeikh Muhammad Sholeh Al Munajed hafidzohullôh :

فقوله " ثم " حرف عطف يدل على الترتيب والتعقيب، فيدل على أنه لا بد من إتمام صيام رمضان أولا ( أداءً وقضاءً ) ، ثم يكون بعده صيام ست من شوال، حتى يتحقق الأجر الوارد في الحديث .
ولأن الذي عليه قضاء من رمضان يقال عنه : صام بعض رمضان ، ولا يقال صام رمضان.

Kata ‘tsumma’ adalah huruf athaf (sambung) yang menunjukkan berurutan dan ada senggang waktu. Hal itu menunjukkan harus menyempurnakan puasa Ramadan dahulu, baik yang bersifat langsung maupun qadha. Kemudian setelah itu puasa enam syawal. Agar teralisasikan pahala yang ada dalam hadits. Karena orang yang masih mempunyai tanggungan Ramadan masih dikatakan ‘Puasa sebagian Ramadan' Bukan ‘Puasa seluruh Ramadan’. (Al Islam Sual Wa Jawab 40389).

Ulama Al Lajnah Daimah berfatwa :

يضاف إلى ذلك أن القضاء واجب في ذمة من أفطر لعذر بل هو جزء من هذا الركن من أركان الإسلام وعليه فتكون المبادرة إلى القيام به وإبراء الذمة منه مقدمة على فعل المستحب من حيث العموم. 

Ditambah lagi, bahwa qadha adalah kewajiban yang dibebankan kepada orang yang berbuka puasa karena ada uzur, bahkan ia termasuk bagian dari rukun Islam. Maka dari situ, bersegera untuk melaksanakannya dan menyelesaikan tanggungan itu lebih dikedepankan dibandingkan melakukan amalan sunnah secara umum. (Fatawa Al-Lajanh Ad-Daimah, 10/392).

Namun jika memiliki udzur, misalkan wanita yang nifas, sehingga sebulan penuh dia menggantinya di bulan syawal secara keseluruhan, sehingga tidak sempat puasa sunnah 6 hari di bulan syawal, maka boleh mengadha puasa syawalnya di bulan dzulkaidah.

Berkata Syeikh Utsaimin rahimahullah :

إذا كان على المرأة قضاء من رمضان فإنها لا تصوم الستة أيام من شوال إلا بعد القضاء ، ذلك لأن النبي صلى الله عليه وسلم يقول : ( من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال ) ومن عليها قضاء من رمضان لم تكن صامت رمضان فلا يحصل لها ثواب الأيام الست إلا بعد أن تنتهي من القضاء ، فلو فرض أن القضاء استوعب جميع شوال ، مثل أن تكون امرأة نفساء ولم تصم يوما من رمضان ، ثم شرعت في قضاء الصوم في شوال ولم تنته إلا بعد دخول شهر ذي القعدة فإنها تصوم الأيام الستة ، ويكون لها أجر من صامها في شوال ، لأن تأخيرها هنا للضرورة وهو ( أي صيامها للست في شوال) متعذر ، فصار لها الأجر . " انتهى مجموع الفتاوى 20/19 ، راجع الأسئلة

"Kalau wanita mempunyai qadha di bulan Ramadan, maka dia tidak diperkenankan puasa enam hari bulan Syawal kecuali setelah puasa qadha. Karena Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa berpuasa Ramadan, kemudian diikuti dengan enam hari Syawal" dan orang yang mempunyai qadha Ramadan, dia tidak puasa Ramadan (penuh), maka dia tidak mendapatkan pahala enam hari bulan syawal kecuali kalau diselesaikan dahulu qadhanya.

Jika qadhanya memenuhi semua bulan Syawal seperti wanita nifas, karena dia tidak puasa seharipun di bulan Ramadan. Kemudian dia memulai puasa qadha di bulan Syawal, dan tidak selesai kecuali setelah habis bulan Syawal, maka dia dibolehkan puasa enam hari Syawal. Dan dia akan mendapatkan pahala puasa orang di bulan Syawal. Karena pengakhirannya disini darurat, yaitu puasa enam hari di bulan Syawal terbentur uzur. Maka dia mendapatkan pahalanya." (Majmu Fatawa, 20/19).

Kapan mulai puasa syawal? 

Ada yang berpendapat, satu hari setelah hari raya idul fitri, yakni dua syawal, sudah bisa dimulai puasa, dengan dalil bersegera untuk berbuat kebaikan. Namun ada juga yang berpendapat, boleh setelah beberapa hari setelahnya, mungkin tanggal empat atau lima syawal, dengan alasan hari kedua dan ketiga syawal adalah hari bersilaturahim dan hari berkunjung, hari untuk makan-makan.

Yang jelas disini ada keluasan. Namun yang paling utama, kalau tidak ada udzur, bersegera mengerjakan kebaikan itu lebih baik. Termasuk apakah puasanya berurutan, selang seling atau sembarang hari yang penting masih di bulan syawal, maka ini boleh-boleh saja, namun yang lebih utama adalah berurutan.

Syekh Utsaimin rahimahullah berkata :

الأفضل صيام ستة أيام من شوال أن تكون متتابعة، وأن تكون بعد يوم الفطر مباشرة، لِما في ذلك من المسارعة إلى الخير، ولا بأس أن يُؤخِّر ابتداء صومها عن اليوم الثاني من شوال، ولا بأس أن يُؤخِّر فيصومها الإنسان مُتفرِّقة إلى آخر الشهر) فتاوى نور على الدرب 11/2 عبر المكتبة الشاملة.

Lebih utama puasa enam hari di bulan Syawal dilakukan secara berturut-turut dan dilakukan langsung setelah hari Idul Fitri (selesai). Karena yang demikian ini merupakan upaya untuk bersegera melakukan kebaikan.

Namun tidak mengapa ditunda permulaan puasanya dari hari kedua bulan Syawal. Tidak masalah pula seseorang melakukannya secara terpisah hingga akhir bulan.  (Silsilah Fatawa Nur 'alad Darb kaset nomor 2/11). Sumber : https://www.alukah.net/web/shathary/0/117663/#ixzz6NOXR6Pzo

Bagaimana dengan menggabungkan niat ?

Menggabungkan niat puasa wajib dengan puasa sunnah, sebagian ulama memperbolehkan dengan syarat tidak ada keterkaitannya antara puasa wajib dan puasa sunnah. 

Berkata Syeikh Utsaimin rahimahullah :

من صام يوم عرفة ، أو يوم عاشوراء وعليه قضاء من رمضان فصيامه صحيح ، لكن لو نوى أن يصوم هذا اليوم عن قضاء رمضان حصل له الأجران : أجر يوم عرفة ، وأجر يوم عاشوراء مع أجر القضاء ، هذا بالنسبة لصوم التطوع المطلق الذي لا يرتبط برمضان

”Orang yang melakukan puasa hari arafah, atau puasa hari asyura, dan dia punya tanggungan qadha ramadhan, maka puasanya sah. Dan jika dia meniatkan puasa pada hari itu sekaligus qadha ramadhan, maka dia mendapatkan dua pahala: Pahala puasa arafah, atau pahala puasa Asyura, dan Pahala puasa qadha. Ini untuk puasa sunah mutlak, yang tidak ada hubungannya dengan ramadhan.” (Fatawa as-Shiyam, 438).

Sedangkan qadha puasa ramadhan digabungkan dengan niat puasa syawal, maka hal ini tidak boleh, karena ada keterkaitannya antara puasa ramadhan dan puasa syawal, sebagaimana dalil tentang enam hari puasa syawal. 

Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ (رواه مسلم، رقم 1164)

"Barangsiapa yang berpuasa bulan Ramadan, kemudian diikuti dengan enam hari dari bulan Syawal, maka seperti puasa setahun." (HR. Muslim, 1164).

Dalam Fatawa Syabakah Islamiyah dinyatakan,

فإن من عليه صيام واجب من قضاء رمضان، أو من كفارة، أو نحو ذلك، فلا يصح له أن يجمعه مع صوم التطوع بنية واحدة، لأن كلاً من الصوم الواجب وصوم التطوع عبادة مقصودة مستقلة عن الأخرى، ولا تندرج تحتها، فلا يصح أن يجمع بينهما بنية واحدة

”Orang yang melaksanakan puasa wajib, baik qadha ramadhan, puasa kaffarah, atau puasa lainnya, tidak sah untuk digabungkan niatnya dengan puasa sunah. Karena masing-masing, baik puasa wajib maupun puasa sunah, keduanya adalah ibadah yang harus dikerjakan sendiri-sendiri. Dan puasa sunah bukan turunan dari puasa wajib. Sehingga tidak boleh digabungkan niatnya.” (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 7273).

AFM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?