Mengumbar Mata Di Hari Raya
Edisi Lebaran
MENGUMBAR MATA DI HARI RAYA
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Sudah menjadi budaya ditengah-tengah masyarakat kita, jika berhari raya idul fitri sudah menjadi keharusan mengenakan pakaian yang baru. Terutama wanita, baik gadis maupun yang sudah bersuami, bahkan nenek-nenek sekalipun tidak mau ketinggalan.
Tidak berhenti sampai disitu, tapi bersolek secantik mungkin bak artis naik panggung, agar menjadi perhatian banyak orang.
Nah disinilah fitnahnya terjadi, jangankan orang awam, yang sudah mengaji berpuluh tahun pun, bahkan mungkin yang sudah diustadzkan, terpancing untuk sekedar melirik sedikit, termasuk penulis sendiri.
Untuk sekedar mengingatkan untuk diri sendiri dan para pembaca semua, Allah Ta'ala menyuruh kita untuk menundukkan pandangan. Karena memandang yang bukan mahram merupakan salah satu bentuk zina.
Allah Ta’ala berfirman :
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ . وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ
فُرُوجَهُنّ
َ
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan memelihara kema-luannya...(An Nur : 30-31).
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا أَدْرَكَ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ. (رواه البخاري).
Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas anak Adam nasibnya dari perzinaan, dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat. (HR. Imam Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).
Apabila kita melihat wanita atau laki-laki yang bukan mahram karena tidak sengaja, maka pandangan yang pertama itu tidak mengapa dan segera tundukkan pandangan. Tidak boleh kita memandang yang berikutnya. Atau sekali pandang, tapi pandangannya lama, ini pun terlarang.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
يَا عَلِىُّ لاَ تُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ فَإِنَّ لَكَ الأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الآخِرَةُ ». (رواه ابو داود و الترمذي. قال الشيخ الألباني : حسن).
Wahai Ali, tidak boleh mengikuti pandangan dengan pandangan berikutnya, maka sesungguhnya bagi kamu yang pertama (pandangan pertama tidak mengapa), dan tidak boleh bagi kamu yang berikutnya. (HR. Abu Daud dari Abu Buraidah radhiyallahu ’anhu. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Hasan).
Perhatikan bagaimana yang dilakukan para salaf pertama kali ketika berhari raya.
Sejumlah sahabat Sufyan ats-Tsauri berkata : Kami keluar di hari Ied bersama beliau, lalu beliau berkata :
إِنَّ أَوَّلَ مَا نَبْدَأُ بِهِ فِي يَوْمِنَا هَذَا غَضُّ الْبَصَرِ
“Sesungguhnya hal yang pertama kali kami lakukan di hari Ied ini adalah, menundukkan pandangan.” [At-Tabshiroh karya Ibnul Jauzî hal 106].
Hassân bin Abî Sinân ketika pulang dari sholat Ied ditanya isterinya :
كم من امرأة حسناء قد رأيت؟ ما نظرت إلا في إبهامي منذ خرجت إلى أن رجعت
“Berapa banyak wanita cantik yang telah kau pandangi?” Beliau menjawab : “Saya tidak melihat apapun semenjak saya keluar sampai saya balik pulang kecuali melihat jempol kakiku saja.” [At-Tabshiroh karya Ibnul Jauzî hal 106]
Saudaraku, banyak orang yang kuat berpuasa, membaca alquran, shalat malam dan ketaatan-ketaatan lainya namun tumbang untuk menahan diri dari memandang yang bukan mahram.
Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah :
كثير مِن الناس يصبرُ على مكابدة قيام الليل في الحَرِّ ، والبَرْدِ ، وعلى مشقة الصيام ؛ولا يصبر عن نظرة محرّمة ! .عدة الصابرين (٢٨)
“Banyak diantara manusia mampu bersabar menanggung beratnya dalam menjalani shalat malam, baik pada musim panas maupun musim dingin, dan menanggung beratnya berpuasa. Akan tetapi dia tidak mampu bersabar dalam menahan diri dari pandangan yang haram.” (‘lddatu ash-Shabirin (28)).
MENGUMBAR MATA DI HARI RAYA
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Sudah menjadi budaya ditengah-tengah masyarakat kita, jika berhari raya idul fitri sudah menjadi keharusan mengenakan pakaian yang baru. Terutama wanita, baik gadis maupun yang sudah bersuami, bahkan nenek-nenek sekalipun tidak mau ketinggalan.
Tidak berhenti sampai disitu, tapi bersolek secantik mungkin bak artis naik panggung, agar menjadi perhatian banyak orang.
Nah disinilah fitnahnya terjadi, jangankan orang awam, yang sudah mengaji berpuluh tahun pun, bahkan mungkin yang sudah diustadzkan, terpancing untuk sekedar melirik sedikit, termasuk penulis sendiri.
Untuk sekedar mengingatkan untuk diri sendiri dan para pembaca semua, Allah Ta'ala menyuruh kita untuk menundukkan pandangan. Karena memandang yang bukan mahram merupakan salah satu bentuk zina.
Allah Ta’ala berfirman :
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ . وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ
فُرُوجَهُنّ
َ
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan memelihara kema-luannya...(An Nur : 30-31).
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا أَدْرَكَ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ. (رواه البخاري).
Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas anak Adam nasibnya dari perzinaan, dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat. (HR. Imam Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).
Apabila kita melihat wanita atau laki-laki yang bukan mahram karena tidak sengaja, maka pandangan yang pertama itu tidak mengapa dan segera tundukkan pandangan. Tidak boleh kita memandang yang berikutnya. Atau sekali pandang, tapi pandangannya lama, ini pun terlarang.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
يَا عَلِىُّ لاَ تُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ فَإِنَّ لَكَ الأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الآخِرَةُ ». (رواه ابو داود و الترمذي. قال الشيخ الألباني : حسن).
Wahai Ali, tidak boleh mengikuti pandangan dengan pandangan berikutnya, maka sesungguhnya bagi kamu yang pertama (pandangan pertama tidak mengapa), dan tidak boleh bagi kamu yang berikutnya. (HR. Abu Daud dari Abu Buraidah radhiyallahu ’anhu. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Hasan).
Perhatikan bagaimana yang dilakukan para salaf pertama kali ketika berhari raya.
Sejumlah sahabat Sufyan ats-Tsauri berkata : Kami keluar di hari Ied bersama beliau, lalu beliau berkata :
إِنَّ أَوَّلَ مَا نَبْدَأُ بِهِ فِي يَوْمِنَا هَذَا غَضُّ الْبَصَرِ
“Sesungguhnya hal yang pertama kali kami lakukan di hari Ied ini adalah, menundukkan pandangan.” [At-Tabshiroh karya Ibnul Jauzî hal 106].
Hassân bin Abî Sinân ketika pulang dari sholat Ied ditanya isterinya :
كم من امرأة حسناء قد رأيت؟ ما نظرت إلا في إبهامي منذ خرجت إلى أن رجعت
“Berapa banyak wanita cantik yang telah kau pandangi?” Beliau menjawab : “Saya tidak melihat apapun semenjak saya keluar sampai saya balik pulang kecuali melihat jempol kakiku saja.” [At-Tabshiroh karya Ibnul Jauzî hal 106]
Saudaraku, banyak orang yang kuat berpuasa, membaca alquran, shalat malam dan ketaatan-ketaatan lainya namun tumbang untuk menahan diri dari memandang yang bukan mahram.
Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah :
كثير مِن الناس يصبرُ على مكابدة قيام الليل في الحَرِّ ، والبَرْدِ ، وعلى مشقة الصيام ؛ولا يصبر عن نظرة محرّمة ! .عدة الصابرين (٢٨)
“Banyak diantara manusia mampu bersabar menanggung beratnya dalam menjalani shalat malam, baik pada musim panas maupun musim dingin, dan menanggung beratnya berpuasa. Akan tetapi dia tidak mampu bersabar dalam menahan diri dari pandangan yang haram.” (‘lddatu ash-Shabirin (28)).
Komentar
Posting Komentar