Orang Lain Lebih Baik

ORANG LAIN LEBIH BAIK 

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Jika seseorang menganggap dirinya lebih mulia, lebih baik atau perasaan lebih lainnya dibandingkan orang lain, maka orang seperti ini jauh dari akhlak salaf.

Seorang salaf itu, selalu menganggap orang lain lebih mulia atau lebih baik daripada dirinya. Seorang salaf itu selalu menganggap dirinya penuh kekurangan dan mengganggap orang lain banyak kelebihannya.

Berkata Bakr Bin Abdullah Al-Muzani rahimahullah dalam kitab Hilyatul Auliya :

إن عرض لك إبليس بأن لك فضلاً على أحد من أهل الإسلام فانظر، فإن كان أكبر منك فقل قد سبقني هذا بالإيمان والعمل الصالح فهو خير مني، وإن كان أصغر منك فقل قد سبقت هذا بالمعاصي والذنوب واستوجبت العقوبة فهو خير مني، فإنك لا ترى أحداً من أهل الإسلام إلا أكبر منك أو أصغر منك

“Jika iblis memberikan was-was kepadamu bahwa engkau lebih mulia dari muslim lainnya, maka perhatikanlah, jika ada orang lain yang lebih tua darimu, maka seharusnya engkau katakan, ‘Orang tersebut telah lebih dahulu beriman dan beramal shalih dariku, maka ia lebih baik dariku’. Jika ada orang lainnya yang lebih muda darimu, maka seharusnya engkau katakan, ‘Aku telah lebih dahulu bermaksiat dan berlumuran dosa serta lebih pantas mendapatkan siksa dibanding dirinya, maka ia sebenarnya lebih baik dariku’. Demikianlah sikap yang seharusnya engkau perhatikan ketika engkau melihat orang yang lebih tua atau yang lebih muda darimu.”
[Hilyatul Awliya’ 2/226].

Ucapkan yang serupa, terdapat dalam kitab Shifatus Shafwah, Berkata Bakr bin Abdullah Al Muzani rahimahullah :

إن عرض لك إبليس بأن لك فضلاً على أحد من أهل الإسلام فانظر، فإن كان أكبر منك فقل قد سبقني هذا بالإيمان والعمل الصالح فهو خير مني، وإن كان أصغر منك فقل قد سبقت هذا بالمعاصي والذنوب واستوجبت العقوبة فهو خير مني، فإنك لا ترى أحداً من أهل الإسلام إلا أكبر منك أو أصغر منك

“Jika iblis memberikan was-was kepadamu bahwa engkau lebih mulia dari muslim lainnya, maka perhatikanlah!

Jika engkau melihat seorang yang lebih tua dari engkau, maka katakanlah; Orang ini telah mendahuluiku dalam keimanan dan amalan shaleh Ia lebih baik dariku.

Jika engkau melihat seorang yang lebih muda dari engkau maka katakanlah;  Aku telah mendahuluinya dengan dosa dan maksiat Ia lebih baik dariku.

Jika engkau melihat saudara-saudaramu memuliakan dan mengagungkanmu maka katakanlah;  Ini adalah keutamaan yang mereka ambil dengannya.

Jika engkau melihat kekurangan pada mereka maka katakanlah; Ini adalah dosa yang aku telah perbuat.

Demikianlah sikap yang seharusnya engkau perhatikan ketika engkau melihat yang lebih tua atau yang lebih muda darimu. Shifatus Shafwah (3/175).

Ada juga seseorang yang merasa paling berilmu dibandingkan dengan yang lain. Merasa dirinya paling mengilmui seluruh cabang ilmu. Merasa dirinya menguasai berbagai ilmu. Padahal di atas langit ada langit.

Nabi Musa alaihissalam merasa dirinya paling berilmu di kolong langit ini. Lantas Allah Ta'ala menegurnya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata :

بَيْنَمَا مُوسَى فِي مَلَإٍ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ جَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ هَلْ تَعْلَمُ أَحَدًا أَعْلَمَ مِنْكَ قَالَ لَا فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَى مُوسَى بَلَى عَبْدُنَا خَضِرٌ فَسَأَلَ مُوسَى السَّبِيلَ إِلَيْهِ فَجُعِلَ لَهُ الْحُوتُ آيَةً

“Suatu ketika Nabi Musa sedang bermajelis di tengah Bani Israil, ada seseorang mendatanginya dan bertanya: “Apakah engkau (wahai Musa) mengetahui ada seseorang yang lebih berilmu daripadamu?” Musa menjawab: “Tidak ada.” Kemudian Allah memberi wahyu kepada Musa: “Iya ada, yaitu hamba Kami Khadlir.” Maka Musa bertanya tentang jalan menemui Khadlir dan dijadikan ikan sebagai tanda atasnya… dst.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Iblis, merupakan makhluk yang merasa dirinya punya kelebihan dibandingkan dengan makhluk lain. Merasa lebih mulia daripada Adam.

Ketika Iblis ditanya olel Allah Ta’ala tentang apa sebabnya sehingga tidak mau mengikuti perintahNya, untuk sujud kepada Adam sebagai bentuk penghormatan. Iblis mengatakan saya lebih baik dari Adam, engkau ciptkan aku dari api dan engkau ciptakan Adam dari tanah.

Allah Ta'ala berfirman:

وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ. قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ. قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ.

Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis.  Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.  Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis:  SAYA LEBIH BAIK DARIPADANYA, ENGKAU CIPTAKAN SAYA DARI API, SEDANGKAN DIA ENGKAU CIPTAKAN DARI TANAH. "". Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".  (QS. Al ‘Araf : 11-13).

Perhatikan nasehat para salaf yang begitu agung, untuk mengoreksi diri kita masing-masing untuk tidak bangga diri dan meremehkan orang lain.

Berkata Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah : 

قـال الفضيـل بـن عيـاض رحمه الله تعالى :
(( يـا مسكيـن أنـت مسـيّء وتـرى أنـك محسـن ، وأنـت جاهـل وتـرى أنـك عالـم ، وتبخـل وتـرى أنـك كريـم ، وأحمـق وتـرى أنـك عاقـل ، أجلـك قصيـر وأملـك طويــل ! ))

"Wahai orang "miskin" (hamba yang lemah dan sangat membutuhkan ampunan dan rahmat Allah), sebenarnya engkau adalah pelaku keburukan, namun engkau menganggap dirimu sebagai pelaku kebaikan. Engkau orang bodoh, namun engkau menganggap dirimu sebagai orang yang berilmu. Dan engkau adalah seorang yang kikir, namun engkau memandang dirimu sebagai seorang dermawan. Dan engkau juga sebenarnya orang dungu, namun engkau memandang dirimu sebagai seorang yang berakal. Umurmu sangat pendek, namun angan-anganmu terlalu panjang."

Berkata Imam Adz-Dzahabi rahimahullah mengomentari perkataan Fudhail bin Iyadh rahimahullah :

إي واللـه صـدق ، وأنـت ظالـم وتـرى أنـك مظلـوم، وآكـل للحـرام وتـرى أنـك متـورع ، وفاسـق وتعتقـد أنـك عـدل ، وطالـب العلـم للدنيـا وتـرى أنـك تطلبـه للـه. (سيـر أعـلام النبـلاء [8/440]).

"Demi Allah, perkataan beliau benar. Dan engkau sebenarnya adalah orang yang berbuat kezaliman, namun engkau menganggap dirimu sebagai orang yang terzalimi. Engkau suka memakan hal-hal yang haram, namun engkau memandang dirimu sebagai orang yang wara' (menjaga diri dan berhati-hati dari sesuatu yang haram). Engkau seorang yang fasik, namun engkau menganggap dirimu sebagai seorang yang adil. Engkau juga sebenarnya menuntut ilmu (agama) hanya untuk mendapatkan kepentingan dunia, namun engkau menganggap dirimu sebagai penuntut ilmu yang ikhlas karena Allah." (Siyar A'lam an-Nubala' VIII/440).

Berkata Al-Munawi rahimahullah :

ينبغي للإنسان أن لا يحتقر أحدًا؛ فربما كان المحتقَرُ أطهرَ قلبًا، وأزكى عملًا، وأخلَص نيَّةً، فإنَّ احتقار عباد الله يورث الخسران، ويورث الذُّل والهَوان. فيض القدير  5 / 380 

Sepantasnya seseorang tidak meremehkan seorangpun, kadang orang yang diremehkan itu, paling bersih hatinya, paling suci amalannya dan paling ikhlas niatnya.

Karena meremehkan hamba hamba Allah itu akan melahirkan kerugian dan juga melahirkan kehinaan dan kerendahan. (Fidhul qodir 5/380).

Kita berharap kepada Allah Ta'ala, terhindarkan dari sikap merendahkan dan meremehkan orang lain dan merasa diri lebih mulia, merasa diri lebih berilmu dan perasaan lebih lainnya, supaya kita tidak termasuk orang yang menyombongkan diri yang menyebabkan terhalangi untuk masuk surga.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?