Satgas Papua

SATGAS PAPUA

Dua puluh tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1999, Papua bergejolak. Satgas Papua menguasai obyek-obyek vital. Pelabuhan, bandara, pasar dan yang lainnya.

Gereja-gereja besar menjadi markas-markas mereka. Sebagian pendatang eksodus pulang kampung. Mereka jual murah toko, rumah dan tanahnya. Keadaan sangat begitu mencekam. Rasa takut dan kekuatiran begitu merasuk dihati-hati masyarakat pendatang.

Seorang teman yang ditugasi belanja di Surabaya untuk keperluan yayasan, dengan membawa barang sekitar 22 karton, berisi busana muslim, alquran dan buku-buku islam, sejadah dan yang lainnya disita satgas Papua di pelabuhan Pomako Timika.

Teman yang membawa barang tersebut dan seorang teman lagi yang menjemput di pelabuhan melapor ke penulis tentang apa yang terjadi.

Di pagi hari, di hari jumat, dengan bismillah, penulis pergi sendiri ke markas Satgas Papua, mau mengambil barang yayasan yang di sita mereka. Penulis yakin, hidup dan mati ada yang mengatur, sedangkan barang yang disita harus bisa diambil.

Disebuah rumah, dipinggir sungai Pomako Timika, penulis menjumpai sang panglima dan pasukannya.

Terjadilah dialog yang sangat panjang, diselingi saut-sautan pasukan satgas memotong pembicaraan dengan bahasa mereka.

Ternyata mereka marah terhadap teman penulis. Ketika barang diperiksa, teman penulis ini berkata dusta, untuk nakut-nakuti mereka, agar barang tidak diambil, "Saya anggota, jangan macam-macam." Lantas si pemimpin satgas minta kartu anggotanya, ternyata tidak ada. Makanya mereka menyita barang tersebut karena dongkolnya.

Waktu sudah menunjukkan jam 11.00, barang belum juga dikembalikan. Akhirnya si pimpinan satgas, mengajak penulis keluar rumah. 

Dia bertanya nama dan dari mana asal penulis. Setelah mengetahui penulis berasal dari Jawa Barat, langsung dia ngomong pakai bahasa sunda, ternyata sang pemimpin satgas ini kuliahnya di Bandung, padahal kalau dilihat dari tampangnya, tidak menunjukkan dia orang berpendidikan. Rambut panjang dan kumal yang diikat kain, bulu yang memenuhi wajah dan dada telanjangnya, celana selutut, tidak pakai sandal, panah dan busurnya bergelayutan dipunggungnya.

Alhamdulillah, akhirnya barang milik yayasan yang disita satgas bisa diambil kembali sebelum shalat jumat.

Beberapa bulan kemudian, bapak-bapak TNI dan Polri bisa menguasai keadaan dan bisa melumpuhkan para satgas.

Mudah-mudahan kerusuhan yang terjadi sekarang di Papua, kembali bapak-bapak aparat kita bisa menguasai keadaan dan mengembalikan keamanan masyarakat. NKRI harga mati. Aamiin.

AFM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?