Bersedekah Tanpa Izin Suami

BERSEDEKAH TANPA IZIN SUAMI

Seorang isteri bersedekah, walaupun dengan hartanya sendiri sebaiknya izin suaminya.

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda :

لاَ يَجُوزُ لاِمْرَأَةٍ أَمْرٌ فِى مَالِهَا إِذَا مَلَكَ زَوْجُهَا عِصْمَتَهَا

 “Tidak boleh bagi seorang perempuan yang bersuami untuk membelanjakan harta pribadinya (tanpa seizin suaminya).” (HR Abu Daud, Nasai dan Ibnu Majah-Hadits Hasan Shahih).

Dan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَعْطَى كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ، فَلَا وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ، وَلَا تُنْفِقُ الْمَرْأَةُ شَيْئًا مِنْ بَيْتِهَا إِلَّا بِإِذْنِ زَوْجِهَا، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلَا الطَّعَامَ، قَالَ: «ذَاكَ أَفْضَلُ أَمْوَالِنَا»

 "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah memberikan hak kepada setiap yang memiliki hak, maka tidak ada wasiat bagi pewaris. Dan tidak boleh seorang wanita menginfakkan sesuatu dari rumahnya kecuali dengan seizin suaminya." Kemudian beliau ditanya, "Wahai Rasulullah, tidak juga dengan makanan?" Beliau menjawab: "Itu adalah harta kita yang terbaik." (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah - Hadits Shahih).

Namun seandainya tidak izin dulu, itupun boleh, walaupun izin terlebih dahulu itu lebih baik.

Dulu di zaman Nabi shalallahu alaihi wa sallam, setelah khutbah id, beliau mendatangi para ummahat menyeru untuk berinfak, seketika itu pula mereka berinfak. Dan tidak diriwayatkan bahwa mereka lari dulu mencari suaminya untuk izin terlebih dahulu.

Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu anhu :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – خَرَجَ وَمَعَهُ بِلاَلٌ ، فَظَنَّ أَنَّهُ لَمْ يُسْمِعِ النِّسَاءَ فَوَعَظَهُنَّ ، وَأَمَرَهُنَّ بِالصَّدَقَةِ ، فَجَعَلَتِ الْمَرْأَةُ تُلْقِى الْقُرْطَ وَالْخَاتَمَ ، وَبِلاَلٌ يَأْخُذُ فِى طَرَفِ ثَوْبِهِ .

 “Bahwa Nabi shalallahu alaihi wa sallam pergi ditemani Bilal saat shalat ‘Ied. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengira bahwa para wanita tidak mendengar khutbah yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam nasehati mereka secara khusus dan Nabi perintahkan mereka supaya bersedekah. Para wanita pun melemparkan anting-anting dan cincin mereka ke arah kain yang dibentangkan oleh Bilal dan Bilal memegang ujung kainnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Seorang isteri Nabi, dia memerdekakan budak perempuan miliknya, tanpa seizin Nabi shalallahu alaihi wa sallam.

Maimunah binti al Harits radhiyallahu anha pernah berkata kepada Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhuma :

أَنَّهَا أَعْتَقَتْ وَلِيدَةً وَلَمْ تَسْتَأْذِنِ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – ، فَلَمَّا كَانَ يَوْمُهَا الَّذِى يَدُورُ عَلَيْهَا فِيهِ قَالَتْ أَشَعَرْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنِّى أَعْتَقْتُ وَلِيدَتِى قَالَ « أَوَفَعَلْتِ » . قَالَتْ نَعَمْ . قَالَ « أَمَا إِنَّكِ لَوْ أَعْطَيْتِيهَا أَخْوَالَكِ كَانَ أَعْظَمَ لأَجْرِكِ »

Sesungguhnya  bahwa dia memerdekakan budak perempuannya tanpa meminta izin kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terlebih dahulu. Pada saat hari giliran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menginap di rumah istrinya, Maimunah barulah Maimunah berkata kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, apakah kau tahu bahwa aku telah memerdekakan budak perempuan yang kumiliki?” Komentar Nabi: “Benarkah kau telah melakukannya?” “Ya!” Jawab Maimunah. Sabda Nabi: “Jika kau berikan budak perempuan tersebut kepada pamanmu tentu pahalanya lebih besar.” (HR Bukhari dan Muslim).


Asy-Syaikh Ubaid bin Abdillah al-Jabiri hafidzhulloh ditanya :

بارك اللهُ فيكم شيخنا، السؤال الخامِس في هذا اللقاء؛ تقول السائِلة: هل يجوز للمرأة أن تتصدَّقَ بدونِ إذن زوجها؟

Semoga Allah memberkahi Engkau. Wahai Syaikh kami, (ini adalah) pertanyaan ke-5 dalam pertemuan ini. Seorang wanita bertanya, “Apakah boleh seorang wanita bersedekah tanpa seizin  suaminya?”

Beliau menjawab :

إذا كانَ المالُ مالها هي فلا مانِع، ونوصيها إن كانَ زوجها من ذوي الحاجات أن تبدأ بهِ.

Apabila harta yang disedekahkan itu adalah harta milik si wanita, tidak ada penghalang baginya untuk menyedekahkannya. Apabila suaminya termasuk orang yang membutuhkan, kami wasiatkan kepada si wanita untuk memulai bersedekah kepada suaminya.

ثانيًا: إذا كان مالُ زوجها فلا يخلو الأمر من حالين:

Kedua, apabila harta yang disedekahkan adalah milik suaminya. Dalam hal ini, urusannya tidak lepas dari dua keadaan :

الحالُ الأولى: أن تعلَمَ مِن خِلالِ خبرتها أثناء عشرتها له أنَّهُ مُحبٌّ للخير ولا يمنع فلا مانِع، ولكن لا تُسرِف، تتصدّق بما لا يَضُر.


Keadaan yang pertama : Dari pergaulannya dengan suami, istri mengetahui benar bahwa suami adalah orang yang mencintai kebaikan dan tidak akan melarang (istri bersedekah).

Tidak ada halangan bagi istri untuk bersedekah, hanya saja tidak boleh berlebihan. Istri menyedekahkan (harta dalam kadar) yang tidak memadharatkan.

الحالُ الثانية: إذا كانت تعلم أنهُ يُحاسبها، وأنهُ لا يرضى أن تتصرَّف إلَّا بإذنهِ، فلتستأذنهُ في التَّصَدُّقِ مِن مالِهِ فإن أذِنَ فلها مثل أجره بما أنفقت، وهو لهُ أجرهُ بما اكتسب في الحالين – إن شاء الله- في هذه والتي قبلَها

Keadaannya yang kedua : Istri tahu bahwa suami akan menanyainya dan tidak ridha apabila istri berbuat terhadap harta tanpa seizinnya.

Hendaknya istri meminta izin kepada suami ketika akan bersedekah dari harta suami. Jika suami mengizinkan, istri mendapatkan pahala atas infak tersebut sebagaimana pahala yang didapat oleh suami.

Suami tetap mendapatkan pahala—in sya Allah—pada dua keadaan di atas, yaitu keadaan (yang kedua) ini dan yang sebelumnya. Sumber : http://ar.miraath.net/fatwah/11126

Kesimpulannya, boleh seorang isteri bersedekah dengan hartanya sendiri tanpa izin suaminya. Namun jika izin terlebih dahulu itu lebih baik.

AFM







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?