Lihatlah Akhirnya

LIHATLAH AKHIRNYA

Dalam lomba lari maraton jarak jauh dengan hadiah yang begitu spesial dan menggiurkan, banyak yang menjadi pendaftarnya.

Awal pluit lomba dibunyikan, orang berlari sekencang-kencangnya untuk menuju finish dan meraih hadiah yang begitu mewah, mahal, berharga dan istimewa. Apa yang terjadi, ditengah jalan banyak yang berguguran. Dan yang mencapai finish hanya segelintir orang saja.

Begitu pula orang yang beramal ibadah di bulan Ramadhan, awal star begitu banyak yang bersemangat. Baik puasanya, shalat wajibnya, shalat tarawih, membaca alquran, shalat malam, bersedekah dan ibadah lainnya. Namun di akhir-akhir Ramadhan mulai banyak yang oleng dan tumbang.

Bahkan bukan hanya ritual ibadah di bulan ramadhan, hampir dalam segala hal, baik urusan dunia maupun urusan akhirat.

Awalnya banyak orang, namun yang tinggal dan tersisa hanya segelintir orang. Seperti orang yang masuk pondok, belajar nahwu sharaf, belajar tahsin sampai belajar bela diri, banyak yang berguguran di tengah jalan.

Maka dari itu, penilaian itu di akhir, bukan diawal-awal memulai.

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalany rahimahullah berkata:

الْحِكْمَةُ فِي جَعْلِ الْمُحَرَّمِ أَوَّلَ السَّنَةِ أَنْ يَحْصُلَ الِابْتِدَاءُ بِشَهْرٍ حَرَامٍ وَيُخْتَمَ بِشَهْرٍ حَرَامٍ وَتُتَوَسَّطَ السَّنَةُ بِشَهْرٍ حَرَامٍ وَهُوَ رَجَبٌ، وَإِنَّمَا تَوَالَى شَهْرَانِ فِي الْآخِرِ لِإِرَادَةِ تَفْضِيلِ الْخِتَامِ وَالْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ.

"Hikmah pada dijadikannya al-Muharram sebagai awal tahun adalah agar tahun diawali dengan bulan suci dan ditutup dengan bulan suci juga, dan tahun di tengah-tengahnya juga terdapat bulan suci yaitu Rajab, dan berturut-turutnya dua bulan suci di akhir tahun (Dzulqa'dah dan Dzulhijjah) untuk menunjukkan keutamaan penutup dan bahwasanya amal-amal itu tergantung atau dinilai berdasarkan penutupnya." (Fathul Bary, jilid 8 hlm. 108).

Begitu pula dalam menilai amal seseorang. Mungkin awalnya seseorang itu hidupnya jauh dari islam, banyak melanggar syariat dan aturan agama, namun akhir hidupnya, dia menjadi orang yang baik, bahkan menjadi ulama.

Sebaliknya, awalnya orang yang shaleh, taat beragama, akhlaknya baik, namun di akhir-akhir hidupnya menjadi orang yang brengsek dan bejat moralnya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

لَا تَعْجَبُوا بِعمل أَحَدٍ حَتَّى تَنْظُرُوا بِمَ يُخْتَمُ لَهُ

“Janganlah kalian merasa terkagum-kagum  dengan amalan salah seorang dari kalian hingga kalian dapat melihat amalan di akhir hayatnya. (HR Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah (1/174), Ahmad dalam Musnadnya (19/246). Berkata Syeikh Syu’aib Al-Arna’ut dan Syeikh Al-Albani : Hadist Shahih).

Lengkapnya hadits ini sebagai berikut :

 عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “لَا عَلَيْكُمْ أَنْ لَا تَعْجَبُوا بِعمل أَحَدٍ حَتَّى تَنْظُرُوا بِمَ يُخْتَمُ لَهُ فَإِنَّ الْعَامِلَ يَعْمَلُ زَمَانًا مِنْ عُمْرِهِ أَوْ بُرْهَةً مِنْ دَهْرِهِ بِعَمَلٍ صَالِحٍ لَوْ مَاتَ عَلَيْهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ ثُمَّ يَتَحَوَّلُ فَيَعْمَلُ عَمَلًا سَيِّئًا وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ الْبُرْهَةَ مِنْ دَهْرِهِ بِعَمَلٍ سَيِّئٍ لَوْ مَاتَ عَلَيْهِ دَخَلَ النَّارَ ثُمَّ يَتَحَوَّلُ فَيَعْمَلُ عَمَلًا صَالِحًا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ قَبْلَ مَوْتِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ قَالَ يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَيْهِ” (صحيح، أخرجه ابن أبي عاصم في السنة (1/174) وأحمد في مسنده (19/246)، صححه الشيخ الأرناؤوط والألباني وغيره)

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu berkata; Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallambersabda:

“Janganlah kalian merasa terkagum-kagum  dengan amalan salah seorang dari kalian hingga kalian dapat melihat amalan di akhir hayatnya,

Sesungguhnya ada seseorang selama beberapa waktu dari umurnya beramal dengan amal kebaikan, yang sekiranya ia meninggal pada saat itu, ia akan masuk ke dalam surga, namun ternyata ia berubah [di akhir hayatnya] dan beramal dengan amal keburukan [maka ia termasuk ahli neraka].

Dan sungguh, ada seorang hamba selama beberapa waktu dari umurnya beramal dengan amal keburukan, yang sekiranya ia meninggal pada saat itu, ia akan masuk neraka, namun ternyata ia berubah dan beramal dengan amal kebaikan [maka ia termasuk ahli Surga].

Jika Allah menginginkan kebaikan atas seorang hamba maka Ia akan membuatnya beramal baik sebelum kematiannya, ” para sahabat bertanya; “Wahai Rasulullah, bagaimana Allah membuatnya beramal?” beliau bersabda: “Allah akan Memberinya taufik untuk beramal kebaikan –pada akhir hayatnya-, setelah itu Ia mewafatkannya.” (HR Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah (1/174), Ahmad dalam Musnadnya.  (19/246). Berkata Syeikh Syu’aib Al-Arna’ut dan Syeikh Al-Albani : Hadist Shahih).

AFM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?