Nama Kunyah

NAMA KUNYAH

Nabi shalallahu alaihi wa sallam memiliki nama kunyah Abul Qosim, demikian pula para sahabat dan para salaf lainnya banyak yang memiliki nama kunyah, sampai 4 imam mazhab pun seperti Imam Nu’man bin Tsabit (kunyahnya Abu Hanifah), Imam Malik bin Anas (kunyahnya Abu Abdillah), Imam Asy-Syafii (kunyahnya Abu Abdillah) dan Imam Ahmad bin Ahmad (kunyah Abu Abdillah), sehingga jangan ragu lagi untuk memakai nama kunyah.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Abul Qasim shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«سَمُّوا بِاسْمِي وَلاَ تَكْتَنُوا بِكُنْيَتِي»

“Namailah dengan namaku dan jangan berkunyah dengan kunyahku.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Biasanya nama kunyah diawali dengan nama Abu atau Ibnu (kalau laki-laki) dan Ummu (kalau perempuan). Karena anaknya bernama Muhammad, dipanggillah Abu Muhammad atau Ummu Muhammad.

Bagaimana kalau yang belum punya anak atau tidak punya anak di panggil Abu Fulan atau Ummu Fulan? Ya tidak mengapa, karena ada dalil yang menunjukkan kebolehannya.

Berkata Aisyah radhiyallahu anha :

يَا رَسُوْلَ اللهِ كُلُّ نِسَائِكَ لَهَا كُنْيَةٌ غَيْرِيْ, فَقَالَ لَهَا رَسُوْلُ اللهِ: إِكْتَنِيْ أَنْتِ أُمَّ عَبْدِ اللهِ, فَكَانَ يُقَالُ لَهَا أُمُّ عَبْدِ اللهِ حَتَّى مَاتَتْ وَلَمْ تَلِدْ قُطُّ

“Wahai Rosululloh shalallahu, seluruh istrimu mempunyai kunyah selain diriku.”Maka Rosulullohshalallahu bersabda, “Berkunyahlah dengan Ummu Abdillah.” Setelah itu ’Aisyah radhiyallahu ‘anha selalu dipanggil dengan Ummu Abdillah hingga meninggal dunia, padahal dia tidak melahirkan seorang anak pun.” (Riwayat Ahmad - Berkata Syekh Al Albani - Sanad Shahih).

Berkata Umar Bin Khattab radhiyallahu anhu kepada Shuhaib :

 مَا لَكَ تَكْتَنِى بِأَبِى يَحْيَى وَلَيْسَ لَكَ وَلَدٌ. قَالَ كَنَّانِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِأَبِى يَحْيَى.

"Kenapa engkau berkunyah dengan Abu Yahya padahal kamu belum mempunyai anak?’ Maka dia menjawab: ‘Rosululloh shalallahu ‘alayhi wa sallam yang memberiku kunyah Abu Yahya." (Riwayat Ibnu Majah - Berkata Syekh Al Albani - Hadits Shahih).

Nama anak laki-laki tertua, itu yang dijadikan nama kunyah. Kecuali kalau tidak punya anak laki-laki, boleh berkunyah dengan anak perempuan. 

Berkata Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al 'Abbad hafizhahullah :

معلوم أن التكني إنما يكون بالأكبر من الأولاد، كما جاء في حديث أبي شريح الذي كان يكنى بـ أبي الحكم، فقال له صلى الله عليه وسلم: (هل لك من ولد؟ قال: نعم، فقال: من هم؟! قال: فلان وفلان وشريح قال من أكبرهم؟ قال: شريح، قال: أنت أبو شريح)، 

Telah diketahui bahwa berkunyah hanyalah dengan menggunakan anak yang paling tua sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Syuraih yang berkunyah dengan Abul Hikam.

Lantas Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya kepadanya: apakah engkau memiliki anak? Ia pun menjawab: ya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya: siapa saja mereka?! Ia menjawab: Fulan dan Fulan serta Syuraih. Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya: siapa yang paling tua? Ia menjawab: Syuraih. Beliaupun bersabda: Berarti engkau Abu Syuraih.

فكناه بالأكبر، لكن إذا كان الإنسان ليس عنده ذكور وكنى نفسه ببنت من بناته ليس في ذلك مانع، لكن كونه يتكنى بأنثى ويترك الأولاد هذا فيه محذور؛ لأن الرسول صلى الله عليه وسلم أرشده إلى أن يتكنى بالذكور وبأكبر الذكور، وقد يتكنى الإنسان قبل أن يولد له.
فالحاصل أنه في الأصل لا محذور فيه، وإنما المحذور أن يترك البنين ويتكنى بالإناث.

Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam memberi kunyah kepadanya dengan anak yang paling tua. Akan tetapi jika seseorang tidak memiliki anak laki-laki, sehingga ia memberi kunyah dirinya dengan salah seorang anak perempuannya, maka hal itu boleh saja.

Namun jika ia berkunyah dengan anak perempuan dan bukan dengan anak laki-lakinya, inilah yang dilarang padanya. Karena Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam membimbing Sahabat Abu Syuraih untuk berkunyah dengan anak laki-laki dan yang paling tuanya. Dan adakalanya juga seseorang berkunyah sebelum memiliki anak.

Jadi, pada asalnya tidak ada larangan padanya. Akan tetapi yang dilarang tidak berkunyah dengan anak laki-laki, namun malah berkunyah dengan anak perempuan. (Syarh Arba'in an Nawawiyah 14). 

Dalil-dalil dan penjelasan ulama di atas, menunjukkan bahwa nama kunyah ada syariatnya dan ada salafnya. Dan ini juga sebagai hujjah bolehnya menggunakan nama-nama kunyah baik di dunia maya maupun di dunia nyata. Yang tidak boleh itu menggunakan nama kunyah untuk menipu dan mengelabui orang lain. 

AFM

Copas dari berbagai sumber

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?