Menyembunyikan Kebaikan

MENYEMBUNYIKAN KEBAIKAN

Zaman sekarang ini adalah zaman yang dipenuhi dengan selfie. Masa yang kebanyakan orang ingin tenar dan terkenal.

Dikit-dikit selfie. Makan dan minum selfie. Duduk dan tidur selfie. Gendong anak, selfie. Mandiin kerbau selfie. Bahkan beramal kebaikan dan ibadah pun selfie.

Berbeda dengan para salaf. Dalam beramal kebaikan dan ibadah, mereka berusaha untuk menyembunyikannya, sebagaimana mereka menyembunyikan keburukan-keburukannya.

Bisyr Al Hafi rahimahullah mengatakan,

لا تعمل لتذكر، اكتم الحسنة كما تكتم السيئة.

"Jangan engkau beramal agar dirimu disebut. Sembunyikanlah kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan kejelekan."

Beliau juga mengatakan,

ما اتقى الله من أحب الشهرة.

"Tidaklah bertakwa kepada Allah, orang yang cinta ketenaran." (Siyar A'lam An Nubala' 10/ 476).

Orang yang beramal ikhlas karena Allah Ta'ala dia akan berusaha menjaga amal-amal kebaikannya dengan menyembunyikan.

Berkata Ya'qub rahimahullah :

المخلص النيات على العمل أشد عليهم من جميع الأعمال

"Orang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikan-kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan keburukan-keburukannya." (Ihya' Ulumuddin, IV: 378).

Yang lebih mengherankan lagi, ada orang yang menyebut-nyebut kebaikan-kebaikannya. Mereka tidak takut kalau amal-amal sholehnya akan terhapuskan.

Sebagian mereka berkata, "Saya yang wakafkan tanah masjid ini. Saya yang bangun pesantren. Saya yang bantu dia. Saya yang mengawali dakwah." Dan seabrek ucapan-ucapan lainnya agar orang tahu, "Siapa Gue."

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِين.
َ
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (QS. Al Baqarah : 264).

AFM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?