Melangkahi Kubur
MELANGKAHI KUBUR
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Penulis berusaha mencari dalil larangan melangkahi kubur sampai saat ini belum juga menemukan.
Justru yang penulis dapati beberapa larangan terhadap kubur yang banyak kaum muslimin melanggarnya. Diantaranya :
Pertama, Duduk Di Atas Kubur
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَأَنْ يَجْلِسَ أَحَدُكُمْ عَلَى جَمْرَةٍ فَتُحْرِقَ ثِيَابَهُ فَتَخْلُصَ إِلَى جِلْدِهِ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَجْلِسَ عَلَى قَبْرٍ
“Lebih baik salah seorang di antara kalian duduk di atas bara api hingga membakar pakaian dan kulitnya, daripada duduk di atas kubur” (HR. Muslim).
Dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَا تَجْلِسُوا عَلَى الْقُبُورِ، وَلَا تُصَلُّوا إِلَيْهَا
“Jangan duduk di atas kubur dan jangan pula shalat menghadapnya.” (HR. Muslim).
Kedua, Menginjak Kubur
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَأَنْ أَمْشِيَ عَلَى جَمْرَةٍ، أَوْ سَيْفٍ، أَوْ أَخْصِفَ نَعْلِي بِرِجْلِي، أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَمْشِيَ عَلَى قَبْرِ مُسْلِمٍ، وَمَا أُبَالِي أَوَسْطَ الْقُبُورِ قَضَيْتُ حَاجَتِي، أَوْ وَسْطَ السُّوقِ
“Sungguh! Berjalan di atas bara api atau pedang atau aku ikat sandal dengan kakiku lebih aku sukai daripada berjalan di atas kubur seorang muslim. Sama saja buruknya bagiku, buang hajat di tengah kubur atau buang hajat di tengah pasar” (HR. IIbnu Majah. Berkata Syeikh Al Albani : Hadist Shahih).
Berkata Imam Asy Syafii rahimahullah :
وَأَكْرَهُ وَطْءَ الْقَبْرِ وَالْجُلُوسَ وَالِاتِّكَاءَ عَلَيْهِ، إِلَّا أَنْ لَا يَجِدَ الرَّجُلُ السَّبِيلَ إِلَى قَبْرِ مَيِّتِهِ، إِلَّا بِأَنْ يَطَأَهُ، فَذَلِكَ مَوْضِعُ ضَرُورَةٍ، فَأَرْجُو حِينَئِذٍ أَنْ يَسَعَهُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى
“Aku membenci menginjak kubur, duduk, atau bersandar di atasnya; kecuali apabila seseorang tidak menemukan jalan lain ke kubur yang ditujunya melainkan dengan menginjaknya. Kondisi tersebut adalah dlarurat, dan aku harap ia mendapat keringanan (keluasaan) insya Allahu ta’ala”[Al-‘Umm, 1/277-278].
Ketiga, Meninggikan Kuburan.
Berkata Fadhalah bin Ubaid radhiyallahu ‘anhu :
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِتَسْوِيَتِهَا
“Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk meratakannya (kuburan).” (HR. Muslim).
Dari Abu Al-Hayyaj Al-Asadi dia berkata: Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata kepadaku:
ألَا أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِي عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ لَا تَدَعَ تِمْثَالًا إِلَّا طَمَسْتَهُ وَلَا قَبْرًا مُشْرِفًا إِلَّا سَوَّيْتَه
ُ
“Maukah kamu aku utus sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengutusku? Hendaklah kamu jangan meninggalkan gambar-gambar kecuali kamu hapus dan jangan pula kamu meninggalkan kuburan kecuali kamu ratakan.” (HR. Muslim).
Gundukan tanah kubur hanya sejengkal tingginya atau setinggi punuk unta.
Berkata Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُلْحِدَ وَنُصِبَ عَلَيْهِ اللَّبِنُ نَصَبًا ، وَرُفِعَ قَبْرُهُ مِنَ الأَرْضِ نَحْوًا مِنْ شِبْرٍ.
“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dibuatkan untuk beliau liang lahad dan diletakkan di atasnya batu serta ditinggikannya di atas tanah sekitar satu jengkal” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahiihnya dan al Baihaqi, Berkata Syekh Al Albani dalam kitab ahkamul janaiz hadits ini sanadnya hasan).
Berkata Sufyan at Tamar radhiyallahu anhu:
رَأَى قَبْرَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم مُسَنَّمًا. (رواه البخاري).
“Aku melihat makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dibuat gundukkan seperti punuk”. (HR. Bukhari).
Keempat, Menembok, Mengkramik. Mencat, Membangun Bangunan Di Atasnya dan Menuliskan Nama Di Batu Nisannya.
Berkata Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma:
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ (رواه مسلم).
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang mengapur kuburan, duduk di atasnya, dan membuat bangunan di atasnya.” (HR. Muslim).
Berkata Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma:
نَهَى النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم أَنْ تُجَصَّصَ الْقُبُورُ وَأَنْ يُكْتَبَ عَلَيْهَا وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهَا وَأَنْ تُوطَأَ (رواه الترمذي و ابن حبان - قال الشيخ الألباني : صحيح).
Bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang menyemen kuburan, menulisinya, mendirikan bangunan di atasnya, duduk di atasnya dan menginjaknya (HR, Ibnu Majah dan At Tirmidzi. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Shahih).
Kelima, Shalat Di Kuburan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
الْأَرْضُ كُلُّهَا مَسْجِدٌ إِلَّا الْمَقْبَرَةَ وَالْحَمَّامَ =رواه ابو داود والترمذي وابن ماجة=
“Bumi ini seluruhnya adalah tempat sholat kecuali kuburan dan kamar mandi.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah. Berkata Syeikh Al Albani : Hadist Shahih).
Kecuali kalau mau shalat jenazah, maka ini diperbolehkan karena ada contoh dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Abu Hurairah radhiyallahu anhu bercerita tentang kisah seorang wanita yang biasa membersihkan masjid, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menanyakan wanita tersebut, lalu mereka (para sahabat) menjawab: Ia telah meninggal. Maka beliau bersabda:
“أَفَلاَ كُنْتُمْ آذَنْتُمُونِي”? فَكَأَنَّهُمْ صَغَّرُوا أَمْرَهَا] فَقَالَ: “دُلُّونِي عَلَى قَبْرِهَا”, فَدَلُّوهُ, فَصَلَّى عَلَيْهَا =مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ= وَزَادَ مُسْلِمٌ, ثُمَّ قَالَ: ( إِنَّ هَذِهِ الْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى أَهْلِهَا, وَإِنَّ اللَّهَ يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلاَتِيْ عَلَيْهِمْ
“Mengapa kalian tidak memberitahukan kepadaku?” Mereka seakan-akan meremehkan urusannya. Beliau lalu bersabda: “Tunjukkan aku kuburannya.” Lalu mereka menunjukkannya, kemudian beliau menshalatkannya (shalat jenazah). (HR. Bukhari Muslim).
Keenam, Membangun Masjid Di Atas Kuburan Atau Kuburan Di Depan Atau Sekitar Masjid.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
َإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيهِمْ مَسَاجِدَ أَلَا فَلَا تَتَّخِذُوا الْقُبُورَ مَسَاجِدَ إِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ =رواه مسلم=
“Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian menjadikan kuburan para nabi dan orang-orang shalih mereka sebagai masjid. Ketahuilah! Janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid, sesungguhnya aku melarang kalian dari hal itu.” (HR. Muslim).
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
أُولَئِكَ قَوْمٌ إِذَا مَاتَ فِيهِمْ الْعَبْدُ الصَّالِحُ أَوْ الرَّجُلُ الصَّالِحُ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ أُولَئِكَ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ =متفق عليه=
Mereka itu adalah kaum yang bila meninggal seorang yang shaleh di kalangan mereka, mereka membangun masjid di atas kuburannya dan membuat lukisan-lukisan tersebut di dalamnya. Mereka adalah makhluk yang paling jelek di sisi Allah.” (HR. Bukhari Muslim).
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ =متفق عليه=
“Laknat Allah lah di atas orang Yahudi dan Nasrani yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid.” (HR. Bukhari Muslim).
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
لَعَنَ اللَّهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسْجِدًا قَالَتْ وَلَوْلَا ذَلِكَ لَأَبْرَزُوا قَبْرَهُ غَيْرَ أَنِّي أَخْشَى أَنْ يُتَّخَذَ مَسْجِدًا =رواه البخاري=
“Allah melaknat orang Yahudi dan Nasrani karena menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid. Berkata Aisyah radhiyallahu ‘anha, kalau bukan karena itu tentulah mereka (para sahabat) menjadikan di tempat kuburannya, melainkan aku takut akan dijadikan masjid.” (HR.Bukhari).
Ketujuh, Memakai Sandal Di Kuburan.
Berkata Basyir bin Khashashiyyah Radhiyallahu anhu :
أَنَّ النَّبِيَّ رَأَى رَجُلاً يَمْشِي بَيْنَ الْقُبُورِ وَعَلَيْهِ نَعْلاَنِ سِبْتِيَّتَانِ ، فَقَالَ: يَا صَاحِبَ السِّبْتِيَّتَيْنِ، أَلْقِ سِبْتِيَّتَكَ! فَنَظَرَ الرَّجُلُ فَلَمَّا عَرَفَ رَسُوْلَ اللهِ، خَلَعَهُمَا فَرَمَى بِهِمَا
Bahwa Rasulullah melihat seorang laki-laki berjalan di antara kuburan dengan memakai sandal kulit maka Rasulullah bersabda: “Lemparkanlah ke dua sandalmu.” Maka laki-laki tersebut melihat, ternyata yang mengatakan itu adalah Rasulullah, diapun segera melepas dan melemparkan sandalnya. (HR. Abu Daud dan an-Nasa’i. Berkata Al Hakim : Hadits Shahih).
Cuma larangan disini bukan haram, hanya makruh, begitulah kata ulama.
Semoga tulisan ini bermanfaat, bagi orang mau mengambil manfaat.
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Penulis berusaha mencari dalil larangan melangkahi kubur sampai saat ini belum juga menemukan.
Justru yang penulis dapati beberapa larangan terhadap kubur yang banyak kaum muslimin melanggarnya. Diantaranya :
Pertama, Duduk Di Atas Kubur
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَأَنْ يَجْلِسَ أَحَدُكُمْ عَلَى جَمْرَةٍ فَتُحْرِقَ ثِيَابَهُ فَتَخْلُصَ إِلَى جِلْدِهِ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَجْلِسَ عَلَى قَبْرٍ
“Lebih baik salah seorang di antara kalian duduk di atas bara api hingga membakar pakaian dan kulitnya, daripada duduk di atas kubur” (HR. Muslim).
Dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَا تَجْلِسُوا عَلَى الْقُبُورِ، وَلَا تُصَلُّوا إِلَيْهَا
“Jangan duduk di atas kubur dan jangan pula shalat menghadapnya.” (HR. Muslim).
Kedua, Menginjak Kubur
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَأَنْ أَمْشِيَ عَلَى جَمْرَةٍ، أَوْ سَيْفٍ، أَوْ أَخْصِفَ نَعْلِي بِرِجْلِي، أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَمْشِيَ عَلَى قَبْرِ مُسْلِمٍ، وَمَا أُبَالِي أَوَسْطَ الْقُبُورِ قَضَيْتُ حَاجَتِي، أَوْ وَسْطَ السُّوقِ
“Sungguh! Berjalan di atas bara api atau pedang atau aku ikat sandal dengan kakiku lebih aku sukai daripada berjalan di atas kubur seorang muslim. Sama saja buruknya bagiku, buang hajat di tengah kubur atau buang hajat di tengah pasar” (HR. IIbnu Majah. Berkata Syeikh Al Albani : Hadist Shahih).
Berkata Imam Asy Syafii rahimahullah :
وَأَكْرَهُ وَطْءَ الْقَبْرِ وَالْجُلُوسَ وَالِاتِّكَاءَ عَلَيْهِ، إِلَّا أَنْ لَا يَجِدَ الرَّجُلُ السَّبِيلَ إِلَى قَبْرِ مَيِّتِهِ، إِلَّا بِأَنْ يَطَأَهُ، فَذَلِكَ مَوْضِعُ ضَرُورَةٍ، فَأَرْجُو حِينَئِذٍ أَنْ يَسَعَهُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى
“Aku membenci menginjak kubur, duduk, atau bersandar di atasnya; kecuali apabila seseorang tidak menemukan jalan lain ke kubur yang ditujunya melainkan dengan menginjaknya. Kondisi tersebut adalah dlarurat, dan aku harap ia mendapat keringanan (keluasaan) insya Allahu ta’ala”[Al-‘Umm, 1/277-278].
Ketiga, Meninggikan Kuburan.
Berkata Fadhalah bin Ubaid radhiyallahu ‘anhu :
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِتَسْوِيَتِهَا
“Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk meratakannya (kuburan).” (HR. Muslim).
Dari Abu Al-Hayyaj Al-Asadi dia berkata: Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata kepadaku:
ألَا أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِي عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ لَا تَدَعَ تِمْثَالًا إِلَّا طَمَسْتَهُ وَلَا قَبْرًا مُشْرِفًا إِلَّا سَوَّيْتَه
ُ
“Maukah kamu aku utus sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengutusku? Hendaklah kamu jangan meninggalkan gambar-gambar kecuali kamu hapus dan jangan pula kamu meninggalkan kuburan kecuali kamu ratakan.” (HR. Muslim).
Gundukan tanah kubur hanya sejengkal tingginya atau setinggi punuk unta.
Berkata Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُلْحِدَ وَنُصِبَ عَلَيْهِ اللَّبِنُ نَصَبًا ، وَرُفِعَ قَبْرُهُ مِنَ الأَرْضِ نَحْوًا مِنْ شِبْرٍ.
“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dibuatkan untuk beliau liang lahad dan diletakkan di atasnya batu serta ditinggikannya di atas tanah sekitar satu jengkal” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahiihnya dan al Baihaqi, Berkata Syekh Al Albani dalam kitab ahkamul janaiz hadits ini sanadnya hasan).
Berkata Sufyan at Tamar radhiyallahu anhu:
رَأَى قَبْرَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم مُسَنَّمًا. (رواه البخاري).
“Aku melihat makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dibuat gundukkan seperti punuk”. (HR. Bukhari).
Keempat, Menembok, Mengkramik. Mencat, Membangun Bangunan Di Atasnya dan Menuliskan Nama Di Batu Nisannya.
Berkata Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma:
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ (رواه مسلم).
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang mengapur kuburan, duduk di atasnya, dan membuat bangunan di atasnya.” (HR. Muslim).
Berkata Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma:
نَهَى النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم أَنْ تُجَصَّصَ الْقُبُورُ وَأَنْ يُكْتَبَ عَلَيْهَا وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهَا وَأَنْ تُوطَأَ (رواه الترمذي و ابن حبان - قال الشيخ الألباني : صحيح).
Bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang menyemen kuburan, menulisinya, mendirikan bangunan di atasnya, duduk di atasnya dan menginjaknya (HR, Ibnu Majah dan At Tirmidzi. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Shahih).
Kelima, Shalat Di Kuburan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
الْأَرْضُ كُلُّهَا مَسْجِدٌ إِلَّا الْمَقْبَرَةَ وَالْحَمَّامَ =رواه ابو داود والترمذي وابن ماجة=
“Bumi ini seluruhnya adalah tempat sholat kecuali kuburan dan kamar mandi.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah. Berkata Syeikh Al Albani : Hadist Shahih).
Kecuali kalau mau shalat jenazah, maka ini diperbolehkan karena ada contoh dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Abu Hurairah radhiyallahu anhu bercerita tentang kisah seorang wanita yang biasa membersihkan masjid, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menanyakan wanita tersebut, lalu mereka (para sahabat) menjawab: Ia telah meninggal. Maka beliau bersabda:
“أَفَلاَ كُنْتُمْ آذَنْتُمُونِي”? فَكَأَنَّهُمْ صَغَّرُوا أَمْرَهَا] فَقَالَ: “دُلُّونِي عَلَى قَبْرِهَا”, فَدَلُّوهُ, فَصَلَّى عَلَيْهَا =مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ= وَزَادَ مُسْلِمٌ, ثُمَّ قَالَ: ( إِنَّ هَذِهِ الْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى أَهْلِهَا, وَإِنَّ اللَّهَ يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلاَتِيْ عَلَيْهِمْ
“Mengapa kalian tidak memberitahukan kepadaku?” Mereka seakan-akan meremehkan urusannya. Beliau lalu bersabda: “Tunjukkan aku kuburannya.” Lalu mereka menunjukkannya, kemudian beliau menshalatkannya (shalat jenazah). (HR. Bukhari Muslim).
Keenam, Membangun Masjid Di Atas Kuburan Atau Kuburan Di Depan Atau Sekitar Masjid.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
َإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيهِمْ مَسَاجِدَ أَلَا فَلَا تَتَّخِذُوا الْقُبُورَ مَسَاجِدَ إِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ =رواه مسلم=
“Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian menjadikan kuburan para nabi dan orang-orang shalih mereka sebagai masjid. Ketahuilah! Janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid, sesungguhnya aku melarang kalian dari hal itu.” (HR. Muslim).
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
أُولَئِكَ قَوْمٌ إِذَا مَاتَ فِيهِمْ الْعَبْدُ الصَّالِحُ أَوْ الرَّجُلُ الصَّالِحُ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ أُولَئِكَ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ =متفق عليه=
Mereka itu adalah kaum yang bila meninggal seorang yang shaleh di kalangan mereka, mereka membangun masjid di atas kuburannya dan membuat lukisan-lukisan tersebut di dalamnya. Mereka adalah makhluk yang paling jelek di sisi Allah.” (HR. Bukhari Muslim).
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ =متفق عليه=
“Laknat Allah lah di atas orang Yahudi dan Nasrani yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid.” (HR. Bukhari Muslim).
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
لَعَنَ اللَّهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسْجِدًا قَالَتْ وَلَوْلَا ذَلِكَ لَأَبْرَزُوا قَبْرَهُ غَيْرَ أَنِّي أَخْشَى أَنْ يُتَّخَذَ مَسْجِدًا =رواه البخاري=
“Allah melaknat orang Yahudi dan Nasrani karena menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid. Berkata Aisyah radhiyallahu ‘anha, kalau bukan karena itu tentulah mereka (para sahabat) menjadikan di tempat kuburannya, melainkan aku takut akan dijadikan masjid.” (HR.Bukhari).
Ketujuh, Memakai Sandal Di Kuburan.
Berkata Basyir bin Khashashiyyah Radhiyallahu anhu :
أَنَّ النَّبِيَّ رَأَى رَجُلاً يَمْشِي بَيْنَ الْقُبُورِ وَعَلَيْهِ نَعْلاَنِ سِبْتِيَّتَانِ ، فَقَالَ: يَا صَاحِبَ السِّبْتِيَّتَيْنِ، أَلْقِ سِبْتِيَّتَكَ! فَنَظَرَ الرَّجُلُ فَلَمَّا عَرَفَ رَسُوْلَ اللهِ، خَلَعَهُمَا فَرَمَى بِهِمَا
Bahwa Rasulullah melihat seorang laki-laki berjalan di antara kuburan dengan memakai sandal kulit maka Rasulullah bersabda: “Lemparkanlah ke dua sandalmu.” Maka laki-laki tersebut melihat, ternyata yang mengatakan itu adalah Rasulullah, diapun segera melepas dan melemparkan sandalnya. (HR. Abu Daud dan an-Nasa’i. Berkata Al Hakim : Hadits Shahih).
Cuma larangan disini bukan haram, hanya makruh, begitulah kata ulama.
Semoga tulisan ini bermanfaat, bagi orang mau mengambil manfaat.
Komentar
Posting Komentar