Siklus Kehidupan
SIKLUS KEHIDUPAN
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Jika kulit mulai keriput, rambut mulai rontok dan memutih, pandangan mata mulai berkurang, pendengaran mulai tidak jelas, gigi mulai tanggal satu demi satu, tenaga mulai berkurang dan berbagai penyakit mulai bermunculan, itu pertanda seseorang tidak muda lagi. Dia akan kembali lemah seperti bayi.
Dimana awalnya manusia itu dalam keadaan lemah, sebagai seorang bayi kecil yang tidak bisa apa-apa, kemudian tumbuh menjadi manusia dewasa yang kuat perkasa, lantas Allah Ta'ala kembalikan lemah pada usia tua. Itulah siklus kehidupan manusia.
Allah Ta'ala berfirman:
وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ ۖ أَفَلَا يَعْقِلُونَ
Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan? (QS. Yasin 68).
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah di dalam tafsirnya:
Allah Subhannallahu wa Ta'ala menceritakan tentang anak Adam, bahwa manakala usianya dipanjangkan, maka dikembalikanlah ia kepada keadaan lemah sesudah kuat dan lelah sesudah semangat. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ}
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (QS. Ar-Rum: 54)
Dan firman Allah Subhannallahu wa Ta'ala:
{وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا}
Dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (lanjut dan pikun) supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. (QS. An-Nahl: 70)
Makna yang dimaksud hanya Allah Yang Maha Mengetahui memberitakan tentang keadaan dunia ini, bahwa ia adalah negeri yang lenyap dan sebagai tempat persinggahan, bukan negeri yang abadi, bukan pula tempat menetap selamanya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
Maka apakah mereka tidak memikirkan? (QS. Yasin: 68)
Yakni tidakkah mereka menggunakan akal pikirannya untuk merenungkan permulaan kejadian mereka, kemudian perjalanan hidup mereka yang berakhir di usia tua, lalu usia pikun, agar mereka mengetahui bahwa diri mereka itu diciptakan bukan untuk menetap di negeri yang fana ini, melainkan untuk negeri akhirat yang abadi. Dia harus pindah dari negeri fana ke negeri kekekalan yang tidak berpindah lagi sesudahnya. (Tafsir Ibnu Katsir).
Jika Allah Ta'ala takdirkan dipanjangkan umur, seseorang bisa hidup sampai usia tua, maka hendaklah dia banyak berbuat baik dan banyak bertaubat.
Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah radhiyallahu anhu, dari bapaknya, bahwa seorang laki-laki berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ ». قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ »
“Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”. Dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya”. [HR. Ahmad; Tirmidzi; dan al-Hâkim. Berkata Syekh al-Albâni : Hadits Shahih).
Dan dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِكُمْ ». قَالُوا نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ : خِيَارُكُمْ أَطْوَلُكُمْ أَعْمَاراً وَأَحْسَنُكُمْ أَعْمَالاً
“Tidakkah aku beritahukan kepada kamu tentang orang yang paling baik di antara kamu?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Ya wahai Rasûlullâh”. Beliau bersabda, “Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang paling panjang umurnya di antara kamu dan paling baik amalnya”. [HR. Ahmad; Ibnu Hibbân; dan al-Baihaqi. Berkata al-Albâni : Hadits Shahih).
Namun kadang kalau usia semakin tua, bermunculan berbagai macam penyakit, yang membuat hidup tambah menderita. Kalau yang lemah imannya membuat sebagian orang banyak mengeluh dan putus asa. Dan sampai-sampai pada tingkat mengharapkan kematian.
Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi pamannya ‘Abbas radhiyallahu anhu yang sedang sakit. Dia mengeluh dan berharap kematian segera datang menjemputnya. Maka beliau bersabda kepadanya:
يَا عَبَّاسُ يَا عَمَّ رَسُولِ اللَّهِ لَا تَتَمَنَّ الْمَوْتَ إِنْ كُنْتَ مُحْسِنًا تَزْدَادُ إِحْسَانًا إِلَى إِحْسَانِكَ خَيْرٌ لَكَ وَإِنْ كُنْتَ مُسِيئًا فَإِنْ تُؤَخَّرْ تَسْتَعْتِبْ خَيْرٌ لَكَ فَلَا تَتَمَنَّ الْمَوْتَ قَالَ يُونُسُ وَإِنْ كُنْتَ مُسِيئًا فَإِنْ تُؤَخَّرْ تَسْتَعْتِبْ مِنْ إِسَاءَتِكَ خَيْرٌ لَكَ
“Wahai pamanku, janganlah engkau berharap kematian itu datang. Jika engkau adalah orang baik, maka engkau bisa menambah kebaikanmu, dan itu baik untukmu. Namun jika engkau adalah orang yang banyak melakukan kesalahan, maka engkau dapat mengingkari dan membenahi kesalahanmu itu, dan itu baik bagimu. maka janganlah berharap akan kematian.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim. Hadits Shahih).
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ يَزْدَادُ وَإِمَّا مُسِيئًا فَلَعَلَّهُ يَسْتَعْتِبُ
“Janganlah salah seorang dari kalian mengharap kematian. Jika ia orang yang baik maka kemungkinan kebaikannya akan ditambah. Sedangkan jika ia orang yang jahat maka kemungkinan ia bisa memohon taubat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Berkata Imam Nawawi rahimahullah:
فِي الْحَدِيث التَّصْرِيح بِكَرَاهَةِ تَمَنِّي الْمَوْت لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ مِنْ فَاقَة ، أَوْ مِحْنَة بِعَدُوٍّ ، وَنَحْوه مِنْ مَشَاقّ الدُّنْيَا , فَأَمَّا إِذَا خَافَ ضَرَرًا أَوْ فِتْنَة فِي دِينه فَلا كَرَاهَة فِيهِ لِمَفْهُومِ هَذَا الْحَدِيث , وَقَدْ فَعَلَهُ خَلَائِق مِنْ السَّلَف
“Pada hadits ini terlihat jelas bahwa dimakruhkan mengharap kematian dikarenakan mudharat yang menimpanya atau penderitaan karena perbuatan musuhnya, dan yang sejenisnya dari kerasnya kehidupan dunia. Sedangkan jika seseorang mengkhawatirkan kerugian atau fitnah kepada (kelangsungan) agamanya, maka tidak makruh (mengharapkan kematian). Inilah yang dipahami dari hadits ini. Begitu pula beberapa salaf telah melakukannya.” (Syarh Shahiih Muslim).
Namun seandainya tidak kuat lagi menahan berbagai penyakit dan tidak bersabar dengan ujian yang menimpanya, bolehlah berdoa, dengan doa yang diperbolehkan oleh syariat.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, bacalah:
اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي
“Ya Allah hidupkanlah aku apabila kehidupan itu lebih baik bagiku. Dan matikanlah aku apabila kematian itu lebih baik bagiku.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mudah-mudahan kalau Allah Ta'ala panjangkan umur, kita semakin banyak berbuat dan beramal kebaikan dan semakin banyak bertaubat. Serta mati dalam keadaan husnul khotimah.
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Jika kulit mulai keriput, rambut mulai rontok dan memutih, pandangan mata mulai berkurang, pendengaran mulai tidak jelas, gigi mulai tanggal satu demi satu, tenaga mulai berkurang dan berbagai penyakit mulai bermunculan, itu pertanda seseorang tidak muda lagi. Dia akan kembali lemah seperti bayi.
Dimana awalnya manusia itu dalam keadaan lemah, sebagai seorang bayi kecil yang tidak bisa apa-apa, kemudian tumbuh menjadi manusia dewasa yang kuat perkasa, lantas Allah Ta'ala kembalikan lemah pada usia tua. Itulah siklus kehidupan manusia.
Allah Ta'ala berfirman:
وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ ۖ أَفَلَا يَعْقِلُونَ
Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan? (QS. Yasin 68).
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah di dalam tafsirnya:
Allah Subhannallahu wa Ta'ala menceritakan tentang anak Adam, bahwa manakala usianya dipanjangkan, maka dikembalikanlah ia kepada keadaan lemah sesudah kuat dan lelah sesudah semangat. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ}
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (QS. Ar-Rum: 54)
Dan firman Allah Subhannallahu wa Ta'ala:
{وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا}
Dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (lanjut dan pikun) supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. (QS. An-Nahl: 70)
Makna yang dimaksud hanya Allah Yang Maha Mengetahui memberitakan tentang keadaan dunia ini, bahwa ia adalah negeri yang lenyap dan sebagai tempat persinggahan, bukan negeri yang abadi, bukan pula tempat menetap selamanya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
Maka apakah mereka tidak memikirkan? (QS. Yasin: 68)
Yakni tidakkah mereka menggunakan akal pikirannya untuk merenungkan permulaan kejadian mereka, kemudian perjalanan hidup mereka yang berakhir di usia tua, lalu usia pikun, agar mereka mengetahui bahwa diri mereka itu diciptakan bukan untuk menetap di negeri yang fana ini, melainkan untuk negeri akhirat yang abadi. Dia harus pindah dari negeri fana ke negeri kekekalan yang tidak berpindah lagi sesudahnya. (Tafsir Ibnu Katsir).
Jika Allah Ta'ala takdirkan dipanjangkan umur, seseorang bisa hidup sampai usia tua, maka hendaklah dia banyak berbuat baik dan banyak bertaubat.
Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah radhiyallahu anhu, dari bapaknya, bahwa seorang laki-laki berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ ». قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ »
“Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”. Dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya”. [HR. Ahmad; Tirmidzi; dan al-Hâkim. Berkata Syekh al-Albâni : Hadits Shahih).
Dan dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِكُمْ ». قَالُوا نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ : خِيَارُكُمْ أَطْوَلُكُمْ أَعْمَاراً وَأَحْسَنُكُمْ أَعْمَالاً
“Tidakkah aku beritahukan kepada kamu tentang orang yang paling baik di antara kamu?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Ya wahai Rasûlullâh”. Beliau bersabda, “Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang paling panjang umurnya di antara kamu dan paling baik amalnya”. [HR. Ahmad; Ibnu Hibbân; dan al-Baihaqi. Berkata al-Albâni : Hadits Shahih).
Namun kadang kalau usia semakin tua, bermunculan berbagai macam penyakit, yang membuat hidup tambah menderita. Kalau yang lemah imannya membuat sebagian orang banyak mengeluh dan putus asa. Dan sampai-sampai pada tingkat mengharapkan kematian.
Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi pamannya ‘Abbas radhiyallahu anhu yang sedang sakit. Dia mengeluh dan berharap kematian segera datang menjemputnya. Maka beliau bersabda kepadanya:
يَا عَبَّاسُ يَا عَمَّ رَسُولِ اللَّهِ لَا تَتَمَنَّ الْمَوْتَ إِنْ كُنْتَ مُحْسِنًا تَزْدَادُ إِحْسَانًا إِلَى إِحْسَانِكَ خَيْرٌ لَكَ وَإِنْ كُنْتَ مُسِيئًا فَإِنْ تُؤَخَّرْ تَسْتَعْتِبْ خَيْرٌ لَكَ فَلَا تَتَمَنَّ الْمَوْتَ قَالَ يُونُسُ وَإِنْ كُنْتَ مُسِيئًا فَإِنْ تُؤَخَّرْ تَسْتَعْتِبْ مِنْ إِسَاءَتِكَ خَيْرٌ لَكَ
“Wahai pamanku, janganlah engkau berharap kematian itu datang. Jika engkau adalah orang baik, maka engkau bisa menambah kebaikanmu, dan itu baik untukmu. Namun jika engkau adalah orang yang banyak melakukan kesalahan, maka engkau dapat mengingkari dan membenahi kesalahanmu itu, dan itu baik bagimu. maka janganlah berharap akan kematian.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim. Hadits Shahih).
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ يَزْدَادُ وَإِمَّا مُسِيئًا فَلَعَلَّهُ يَسْتَعْتِبُ
“Janganlah salah seorang dari kalian mengharap kematian. Jika ia orang yang baik maka kemungkinan kebaikannya akan ditambah. Sedangkan jika ia orang yang jahat maka kemungkinan ia bisa memohon taubat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Berkata Imam Nawawi rahimahullah:
فِي الْحَدِيث التَّصْرِيح بِكَرَاهَةِ تَمَنِّي الْمَوْت لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ مِنْ فَاقَة ، أَوْ مِحْنَة بِعَدُوٍّ ، وَنَحْوه مِنْ مَشَاقّ الدُّنْيَا , فَأَمَّا إِذَا خَافَ ضَرَرًا أَوْ فِتْنَة فِي دِينه فَلا كَرَاهَة فِيهِ لِمَفْهُومِ هَذَا الْحَدِيث , وَقَدْ فَعَلَهُ خَلَائِق مِنْ السَّلَف
“Pada hadits ini terlihat jelas bahwa dimakruhkan mengharap kematian dikarenakan mudharat yang menimpanya atau penderitaan karena perbuatan musuhnya, dan yang sejenisnya dari kerasnya kehidupan dunia. Sedangkan jika seseorang mengkhawatirkan kerugian atau fitnah kepada (kelangsungan) agamanya, maka tidak makruh (mengharapkan kematian). Inilah yang dipahami dari hadits ini. Begitu pula beberapa salaf telah melakukannya.” (Syarh Shahiih Muslim).
Namun seandainya tidak kuat lagi menahan berbagai penyakit dan tidak bersabar dengan ujian yang menimpanya, bolehlah berdoa, dengan doa yang diperbolehkan oleh syariat.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, bacalah:
اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي
“Ya Allah hidupkanlah aku apabila kehidupan itu lebih baik bagiku. Dan matikanlah aku apabila kematian itu lebih baik bagiku.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mudah-mudahan kalau Allah Ta'ala panjangkan umur, kita semakin banyak berbuat dan beramal kebaikan dan semakin banyak bertaubat. Serta mati dalam keadaan husnul khotimah.
Komentar
Posting Komentar